Bicara Keamanan Siber di RI, Eugene Kaspersky: Bangun Infrastruktur Baru

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

CEO sekaligus pendiri Kaspersky, Eugene Kaspersky, menyebut masih banyak yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencegah ancaman kebocoran data dalam konteks keamanan dunia maya atau keamanan siber. Apalagi ancaman keamanan siber di Indonesia belangan ini disebut-sebut sebagai negara ketiga paling ditarget.

Eugene menyarankan agar Indonesia membangun infrastruktur keamanan siber baru. Mengingat Indonesia salah satu negara yang warganya paling banyak menggunakan internet. Kekinian jumlah penduduk Indonesia sekitar 260 juta orang.

"Itu negara yang sangat besar, ada banyak potensi (ancaman), masih banyak hal yang harus dilakukan, dan saya pikir keamanan dunia maya (penting) di negara seperti Indonesia," ujar Eugene usai peresmian Kaspersky Transparency Center terbaru di Cyberjaya, Malaysia, Kamis (15/8/2019).

"Peluang yang sangat baik untuk membangun infrastruktur baru, karena sekarang untuk membangun sistem kekebalan tubuh diperlukan dari sekarang," lanjut Eugene.

CEO Kaspersky, Eugene Kaspersky, di APAC Global Transparency Initiative Update 2019, Cyberjaya, Malaysia, (Suara.com/Dwi Bowo Raharjo)

Menurut Eugene, ancaman keamanan siber tidak akan melemah sedikitpun. Termasuk pada saat era Revolusi Industri 4.0 yang menuntut otomatisasi dan implementasi Internet of Things (IoT) dapat memberikan ancaman baru.

"Karena saya mendengar di Indonesia ada beberapa masalah karena ada banyak orang," katanya.

Lebih lanjut, Eugene khawatir ke depannya akan semakin banyak kejahatan siber yang akan terjadi di sejumlah negara. Untuk itu ia menyebut infrastruktur keamanan siber penting.

"Tapi saya khawatir kita akan melihat lebih banyak kriminal, kemungkinan besar tentang (atau terjadi di sektor) keuangan. Saya khawatir tentang lebih banyak serangan infrastruktur. Kita masih tidak tahu apa yang terjadi pada Venezuela misalnya," katanya.

Pemilik perusahaan keamanan itu kemudian mencontohkan dengan kasus pemadaman aliran listrik yang terjadi di Venezuela beberapa waktu lalu. Apalagi saat itu Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan salah satu fasilitas pembangkit listrik di negaranya menjadi sasaran serangan siber teknologi tinggi.

"Jadi kami tidak tahu apa yang terjadi di sana (Venezuela) karena sangat tertutup (informasinya) sehingga mereka tidak berbagi. Tetapi ketika saya melihat laporan tentang pemadaman, pertanyaan pertama saya adalah apakah mereka ada laporan tentang asap dan denda? jawabannya tidak, mungkinkah ini siber," katanya.

CEO Kaspersky, Eugene Kaspersky di APAC Global Transparency Initiative Update 2019, Cyberjaya, Malaysia, (Suara.com/Dwi Bowo Raharjo)

Serangan siber kata Eugene, terbagi dalam beberapa kategori. Diantaranya serangan siber dan kriminal.

"Kita tidak tahu siapa yang ada di belakang, tetapi kita dapat menganalisis kode dan menerima perilaku aplikasi, dan jika dilihat, sangat penting untuk beroperasi dalam infrastruktur bank," katanya.

 

Berita Terkait: