Bisa Pengaruhi Plasenta, Polusi Berbahaya Bagi Ibu Hamil

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Bahaya polusi bagi ibu hamil tak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga mengintai janin lewat plasenta.

Ibu hamil memiliki beberapa kegiatan yang sebaiknya tak dilakukan agar tak membahayakan janin. Merokok, meminum alkohol hingga menikmati alam bahwa laut dengan scuba diving tak dianjurkan untuk ibu hamil.

Namun tak hanya itu, penelitian baru dari Queen Mary University (QMU) London, menyebut berjalan menyusuri jalan raya yang sibuk dengan polusi tinggi juga turut masuk ke dalam daftar tersebut.

QMU London melakukan penelitian kecil terhadap lima perempuan dan memeriksa plasenta pasca persalinan mereka. Tim peneliti lantas menemukan, bahwa lima perempuan yang tinggal di daerah polusi tinggi memiliki 'partikel jelaga' di plasenta mereka. Jelaga adalah butiran-butiran arang yang halus dan lunak, yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar.

Ini adalah masalah besar, kata tim peneliti, karena plasenta seharusnya menyaring apa pun yang berbahaya bagi bayi. Namun ketika ibu hamil menghirup udara yang tercemar dan partikel-partikel jelaga mencapai plasenta mereka melalui aliran darah, hal ini dapat berbahaya bagi janin.

"Kami mengetahui bahwa polusi udara mempengaruhi perkembangan janin dan dapat terus mempengaruhi bayi setelah lahir dan sepanjang hidup mereka. Kami tertarik untuk melihat apakah efek ini bisa disebabkan oleh partikel polusi yang bergerak dari paru-paru ibu ke plasenta," kata pemimpin penelitian Dr Lisa Miyashita, dikutip dariMetro.

Hasil penelitian adalah bukti pertama bahwa partikel polusi yang dihirup dapat bergerak dari paru-paru melalui sirkulasi darah dan kemudian masuk ke plasenta.

Namun, beberapa ahli, salah satunya Clare Murphy dari British Pregnancy Advisory Service, menyatakan bahwa hal ini tidak perlu membuat ibu hamil khawatir mengingat sampel penelitian yang sangat kecil. Menurutnya, Anda tak perlu pergi ke pedesaan hanya untuk menghindari polusi selama hamil untuk melindungi bayi Anda.

Profesor Mina Gaga, yang merupakan presiden dari European Respiratory Society juga berkomentar mengenai penelitian ini.

"Kami membutuhkan kebijakan yang lebih ketat agar udara bisa lebih bersih, sehingga mengurangi dampak polusi pada kesehatan di seluruh dunia, karena kami sudah melihat populasi baru dewasa muda dengan masalah kesehatan," tutup dia.

 

Berita Terkait: