Bisnis E-warung Jadi Tumpuan Pertumbuhan GMV Pelaku E-commerce
Warung merupakan salah satu wadah transaksi tradisional yang masih bertahan di tengah gempuran ritel modern. Keberadaannya di kawasan permukiman, dekat dengan warga, dengan sentuhan personal, membuat warung punya keunggulan yang tidak bisa digantikan oleh ritel modern.
CLSA, lembaga riset keuangan yang berbasis di Hong Kong, melalui riset bertajuke-warung, Indonesia’s New Digital Battlegroundmenyoroti perubahan pola pengadaan produk pada warung tradisional akibat kehadiran perusahaan teknologi. Menurut riset tersebut, warung tradisional saat inimasih mengontrol 65-70 persen dari total penjualan ritel di Indonesia. Nilai rantai pasok produk ke warung tradisional bahkan diperkirakan mencapai sedikitnya US$58 miliar (sekitar Rp817 triliun) per tahun.
Potensi inilah yang melatarbelakangi berbagai peritel, layanan pembayaran, hingga perusahaan teknologi menjadikan warung tradisional sebagai jantung dari inisiatifonline-to-offline(O2O). Mereka bekerja sama untuk memotong jalur distribusi rantai produk (khususnya kategorifast moving consumer goods/FMCG) dari produsen langsung ke warung, menghasilkan harga jual produk yang lebih murah ketimbang memasok dari distributor.
Bisnise-warungseperti inilah yang menjadi salah satu motor penggerak bisnise-commerce.Di Indonesia,marketplacesepertiBukalapakdanTokopediamenjadi dua perusahaan yang cukup ekspansif dalam bisnise-warung.
Kisah para pemilik warung
Sugimin, pemilik warung di Bekasi, telah merasakan manfaat dari bisnise-warungselama beberapa bulan terakhir. Setelah mendapatkan penawaran dari berbagai perusahaan sepertiKudo(kini bernama GrabKios), Bukalapak, hingga Tokopedia, akhirnya ia memutuskan bergabung dengan program Mitra Tokopedia.
Dewi, tetangganya yang merupakan Sobat Mitra Tokopedia (sebutan bagi agen yang bertugas mengakuisisi Mitra Tokopedia), memperkenalkannya pada program tersebut. Selain karena faktor kepercayaan, margin keuntungan produk digital yang ditawarkan Tokopedia jadi alasannya bergabung dalam program tersebut.
“Jualan pulsa lewat Tokopedia untungnya lebih besar. Aplikasinya juga mudah dipakai. Sekarang kira-kira 25 persen dari barang dagangan saya dipasok melalui Tokopedia.”
Sugimin menyebut sejumlah barang yang dipasok dari Tokopedia seperti terigu, mi instan, minyak goreng, biskuit, hingga rokok. Sejak bergabung, ia menyebutomzetnya rata-rata bisa meningkat 15-20 persen setiap bulan.
Meski demikian, ia menilai belum banyak produsen yang bekerja sama dengan Tokopedia. Akibatnya, sejumlah merek produk yang populer dijual di warungnya tetap harus menyetok dari distributor lain.
Berbeda dengan Sugimin, Jesi pemilik warung di Jakarta Selatan memilih bergabung dengan program Mitra Bukalapak. Jenis barang yang kerap ia beli mencakup rokok hingga produk kebutuhan rumah tangga seperti pembersih lantai dan lainnya.
“Selisih harganya lumayan [dibandingkan distributor], dan banyak promo. Pesan hari ini, besok barang diantar langsung ke warung. Setiap hari order karena barang sembako pergerakannya cepat,” ujarnya. Usahanya juga kini bisa melayani pembelian produk virtual seperti pulsa seluler, serta pembayaran tagihan listrik dan lainnya yang ingin dilakukan oleh warga sekitar.
Selain itu, ia juga kerap memfasilitasi pedagang asongan yang ingin mencairkan saldo yang diproleh dari transaksi nontunai melalui dompet digital sepertiGoPaydanOVOlewat aplikasi Mitra Bukalapak.
Kontribusi bisnise-warungbagi Bukalapak
Paul McKenzie, konsultan di lembaga riset CLSA dalam laporannya menyatakan Bukalapak merupakan pemimpin pasar dalame-warungsaat ini, dengan memiliki lebih dari 1 juta mitra pada pertengahan 2019 [kini jumlahnya meningkat menjadi 2,5 juta mitra berdasarkan data Bukalapak]. Ia juga memperkirakannilai transaksi kotor Bukalapak dari program Mitra Bukalapak bisa menembus US$1,8 miliar (Rp25 triliun) pada 2019.
Meski perusahaan pada pertengahan tahun ini masihnegatif dalam pendapatan sebelum beban pajak, bunga, dan depresiasi (EBITDA), Bukalapak optimistis dapat meraih angka positif dalam enam bulan mendatang.
McKenzie juga menyebutrokok merupakan produk FMCG paling kompetitif. Untuk memastkan bahwa Bukalapak memiliki kelebihan ketimbang kompetitor, mereka bahkan memberikan subsidi kepada warung mitra.
Subsidi inilah yang disebut oleh CLSA jadi alasan utama program Mitra masih merugi. Manajemen berharap dapat mulai meraup laba dari program mitra pada kuartal ketiga atau keempat 2019.
Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono menyatakan saat iniMitra Bukalapak menjadi bagian yang tak terpisahkan dan berkontribusi sangat signifikanpada bisnis Bukalapak secara keseluruhan. Meski demikian, manajemen enggan mengonfirmasi proyeksi nilai transaksi kotor Mitra Bukalapak yang diungkapkan oleh riset CLSA.
“Kami sudah berhasil mengurangi setengah kerugian dari EBITDA selama delapan bulan terakhir ini, sehingga kami optimistis dapat mencapai fokus kami untuk menjadisustainable e-commercedi usia sepuluh tahun Bukalapak pada tahun mendatang,” ujar Intan.
Lebih jauh, Co-Founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid menyatakan perluasan inklusi keuangan hingga ke pelosok melalui warung tradisional akan jadi fokus perusahaan dalam lima tahun ke depan. “Melalui Mitra Bukalapak, kami mengenalkan sistem pembayaran baru kepada masyarakat melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Ke depannya, implementasi QRIS akan dilakukan di sepuluh ribu Mitra Bukalapak hingga Desember 2019.”
Adapun pada Oktober lalu, Bukalapak jugamendaftarkan 95.000 warung Mitra Bukalapak ke GoogleBisnisku. Dengan demikian, warung Mitra Bukalapak dapat muncul pada halaman pencarian seperti Google Maps dan Penelusuran Google.
Strategi Tokopedia di ranah warung tradisional
Menanggapi persaingan dengan sesamamarketplaceyang juga mulai membidik warung tradisional, Intan menyatakan pasar ritel daring Indonesia tengah berada di tahaphypergrowth,yang berarti masih besarnya potensi untuk mengembangkan pasar ini.
Riset CLSA menyebut Mitra Tokopedia, programe-warungmilik Tokopedia, baru diluncurkan pada November 2018. Berdasarkan riset tersebut,Mitra Tokopedia umumnya menargetkan warung yang berlokasi di kotatier-2dantier-3,serta fokus pada warung yang beroperasi lebih dari sepuluh tahun.
AVP of New Retail Tokopedia Adi Putra menyatakan, sejak hadir pada November 2018 lalu, aplikasi Mitra Tokopedia telah diunduh oleh hampir dua juta pengguna Android. Di tahun pertamanya, jumlah pemilik warung yang menjadi Mitra Tokopedia mencapai 350.000 orang di berbagai daerah. Meski demikian, perusahaan menolak memublikasikan besaran kontribusi bisnise-warungTokopedia.
Dalam memperluas cakupan layanannya, tantangan geografis terutama jalur logistik dan distribusi barang memang menjadi tantangan tersendiri. Saat ini, pihaknya terbatas menjangkau daerah yang telah terlayani jalur distribusi produsen produk FMCG. Adapun sejauh ini, Tokopedia telah bekerja sama dengan lebih dari tiga puluh perusahaan multinasional dan nasional sebagai pemasok produk ke warung.
“Kami akan terus berinovasi, dan melakukan ekspansi. Fokus kecustomerjuga menjadi DNA Tokopedia. Yang paling membedakan kami dengan perusahaan lain adalah kemudahan. Aplikasi kami memilikiuser interface paling gampang,” ujarnya.
Adi menyatakan, perjalanan bisnise-warungMitra Tokopedia masih sangat panjang. Ada lebih dari 3 juta warung tradisional yang belum tersentuh. Melalui program ini, ia berharap warung tradisional dapat berkontribusi lebih besar kepada perekonomian, dan tumbuh sejalan dengan bisnis Tokopedia.
(Diedit olehIqbal Kurniawan)
This postBisnisE-warungJadi Tumpuan Pertumbuhan GMV PelakuE-commerceappeared first on Tech in Asia.
The postBisnisE-warungJadi Tumpuan Pertumbuhan GMV PelakuE-commerceappeared first onTech in Asia Indonesia.