Bisnis Sempat Terbakar, UMKM Surabaya Ini Mampu Bangkit

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- 2014 lalu, sebuah usaha kecil milik sekelompok anak muda di Surabaya, Revolt Industry, mengalami kebakaran. Padahal mereka baru saja menikmati sukses usai mengikuti event penjualan di Surabaya. Kebakaran membuat hasil kerja keras mereka ludes hanya dalam kurun waktu 15 menit.

Namun Revolt Industry tidak mau terus-terusan larut dalam kesedihan. Jiwa muda mereka memacu untuk bangkit dan akhirnya mampu mempekerjakan puluhan karyawan. Sampai saat ini, yang tadinya hanya lima orang, karyawan mereka meningkat sampai 40 orang.

“Bisnis kami adalah perjuangan tanpa henti untuk mengangkat produk lokal agar kita bisa bangkit bersama karena UMKM lokal adalah penggerak ekonomi nasional. Kami memutar otak agar minimal biaya operasional bisa ter-cover dan pengurangan karyawan tidak perlu dilakukan. Pertahanan paling baik adalah dengan menyerang," cerita Agung Dwi Kurnianto mengingat masa lalu.

Baca juga:Pesan Sembako di Tokopedia Now, 2 Jam Sampai dan Gratis Ongkir

Agung berkisah, Revolt Industry dibangun bersama empat temannya yang semua baru lulus kuliah. Agung dan rekan-rekannya memulai bisnis kerajinan kulit seperti dompet dan tas dari garasi kecil. “Bermodal nekat, kami berlima otodidak belajar menjahit, mengelola bisnis dan keuangan hingga mengurus tim yang ada. Semua dari internet,” jelas Agung.

Pertengahan 2014, Revolt Industry resmi berdiri. Menurut Agung, ‘Revolt’ bisa diartikan perjuangan, perlawanan atau pemberontakan untuk bangkit, sedangkan kata ‘Industry’ melambangkan sesuatu yang terus bergerak.

Revolt Industry pertama kali memasarkan produk lewat sebuah event di Surabaya. Penjualan mereka meledak usai mengikuti event tersebut. Di akhir 2014 mimpi buruk itu dimulai. Kebakaran terjadi.

“Akhirnya kami mulai lagi dari nol, bahkan dapat dibilang minus. Langkah awal dengan sewa kontrakan. Sempat mengalami kebanjiran, perampokan dan masih banyak tantangan lain, tetapi selama masih ada harapan, kami tetap melanjutkan perjuangan,” ujar Agung.

Baca juga: START Women in Tech 2021 Satukan Pemimpin Wanita

Kisah sedih Revolt tidak sampai di situ. Pandemi menjadi pukulan tersendiri. Omzet mereka anjlok hingga 80 persen. Meski pandemi menyerang, imun mereka ternyata masih sanggup bertahan.

Revolt Industry akhirnya dengan gallery store pertama mereka selama tujuh tahun berdiri. Mereka juga terus berinovasi melalui desain produk, menjaga mental manusia-manusia di dalamnya hingga kampanye - misal ‘Play Role Campaign’ untuk mengajak masyarakat membantu pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi dengan memakai produk lokal - namun tidak mengambil untung.

“Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi, tidak melulu menyalahkan keadaan, tapi apa yang dapat kita lakukan untuk diri sendiri maupun sekitar. 10 persen hasil penjualan kami donasikan ke yayasan dan turut serta dalam aksi di Surabaya dan sekitarnya untuk membantu masyarakat yang kelaparan,” tambah Agung.

Platform digital seperti Tokopedia menjadi harapan Revolt Industry untuk bertahan terutama selama pandemi. Tokopedia, menurut Agung, sangat memudahkan mengelola bisnis.

"Hanya dari depan laptop, kita bisa mendekorasi toko, mengatur buka tutup toko, stok, hingga menganalisis pasar," tutup Agung.