BMKG Prediksi Masih akan Ada Tsunami Susulan di Selat Sunda

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan masih akan ada tsunami susulan terjadi di perairan Selat Sunda. Sebab, BMKG tidak bisa memprediksi sampai kapan aktivitas Gunung Anak Krakatau berhenti.

“Masih akan ada tsunami susulan. Tremor, guncang lereng Gunung Anak Krakatau, kalau itu rontok akan terjadi (tsunami lagi),” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Dengan kondisi ketidakpastian tersebut, dia mengimbau masyarakat jangan kembali ke pantai dahulu. Sebab, berdasarkan papan pengukuran (tide gauge), saat ini tremor masih berjalan.

"Jangan kembali sampai ada perkembangan informasi bencana selanjutnya," ujar dia.

Dwi mengatakan, peristiwa tsunami akibat seismik Gunung Krakatau pernah terjadi saat mengalami erupsi pada 1883. Namun, berbeda dengan bencana saat itu, aktivitas seismik Gunung Anak Krakatau ini tidak langsung mengakibatkan terjadi tsunami.

Pola itu justru mengkhawatirkan, sebabtide gaugemenunjukkan periode pendek-pendek mirip gempa Palu, Sulawesi Tengah. Dia memperkirakan tsunami di perairan Selat Sunda disebabkan karena longsoran guncangan di Gunung Anak Krakatau.

"Yang kami cari, apakah ada tebing lereng yang longsor. Kalau ada, artinya selama ada tremor, longsor masih bisa terjadi," ujar Dwi.

Sebelumnya, Dwikorita memastikan gelombang tinggi di Anyer adalah tsunami. Tipe pola gelombang tsunami sama seperti bencana di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Ahad (23/12) dini hari WIB.

Dwi mengatakan, tsunami yang terjadi bukan seperti tsunami biasa yang dipantau BMKG. Tsunami tersebut bukan disebakan aktivitas tektonik akibat tabrakan lempeng gunung, melainkan, tsunami disebabkan aktivitas erupsi gunung api atau aktivitas vulkanis.

"Erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tak langsung terjadinya tsunami. Kami perlu lihat lagi kalau sudah terang," ujar Dwi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, mencatat sebanyak tiga orang meninggal akibat terjangan gelombang tinggi di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan. Selain itu, sebanyak 21 orang dilaporkan terluka di daerah tersebut.

"Data sementara dampak gelombang pasang yang didapat BPBD pada 23 Desember pukul 00.30 WIB, terdapat tiga orang meninggal dunia dan 21 orang luka-luka di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Ahad (23/12).