Buka-bukaan Anggaran Chromebook Buatan Indonesia
SPC Chromebook (Foto: YouTube Google Indonesia)
Uzone.id- Google Indonesia telah meluncurkan Chromebook buatan lokal dengan menggandeng enam Original Equipment Manufacturer (OEM), yakni Evercoss, SPC, TSMID, Zyrex, Advan, dan Axioo.
Dana proyek Chromebook untuk mendigitalisasi sekolah di masa pandemi Covid-19 ini berasal dari anggaran pemerintah Indonesia.
Wikan Sakarinto, Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, telah buka-bukaan soal anggaran pengadaan Chromebook untuk digunakan pengajar dan juga pelajar di seluruh Indonesia itu.
“Anggaran dan harga harus dibedakan antara anggara dengan harga produk, kalau kita bicara berapa harga produk kita sudah diatur dalam E-Katalog. Di dalam sistem pengadaan barang dan jasa resmi pemerintah menggunakan E-Katalog, nanti harganya sesuai dengan E-Katalog,” kata Wikan Sakarinto di acara "Google for Education dan peluncuran Chromebook buatan Indonesia tahun 2021", Selasa (4/8/2021).
Dia kemudian bilang, “Di situlah ada mekanisme kompetisi yang sehat, jadi kita tidak mengeset harga.”
BACA JUGA:TKDN Chromebook Buatan Zyrex Mencapai 44 Persen
Wikan menjelaskan, anggaran pengadaan Chromebook yang dibuat oleh perusahaan lokal itu sekitar Rp3,7 triliun untuk tahun 2021.
“Sumber anggarannya dari dua. Satu itu sumber anggaran Kemendikbudristek pusat, tepatnya Ditjen PAUD dan Dikdasmen (Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah) sekitar Rp1,3 trilun,” kata dia.
Berikutnya, kata Wikan, sisanya sebesar Rp2,4 triliun merupakan anggaran didistribusikan ke pemerintah daerah melalui Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK-Fisik).
Jadi, imbuhnya, untuk pembelanjaan belanja untuk kebutuhan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) produk dalam negeri dengan anggaran Rp3,7 triliun berasal dari duga sumber. Satu, di Kementerian pusat Rp1,3 triliun dan Rp2,4 triliun ke daerah
“Nah, dari total anggaran itu peruntukannya memang laptop. Itu jadi produk utama, memang kita ingin mengembangkan digitalisasi di proses pendidikan kita. Laptop menjadi produk yang langsung kita tangkap,” tutur Wikan.
Soal anggaran keseluruhan sebesar Rp3,7 triliun, Wikan memilah bahwa angka itu bukan hanya untuk laptop.
Selain laptop, juga untuk belanja access point. Menurutnya, kalau tidak ada access point berarti tidak ada internet.
“Saya pertegas ya, untuk yang Rp1,3 triliun yang anggaran pusat itu pembelian untuk 189.840 laptop, kemudian 12.674 acces point, kemudian 12.674 connector, kemudian 12.674 proyektor dan 45 speaker,” beber dia.
Kemudian, di angka fisik Rp2,4 triliun diwujudkan jadi 28.4147 laptop produksi dalam negeri dengan sertifikat TKDN juga alat pendukung, yaitu 17.510 wireless router, 10.799 proyektor dan layarnya dan 10.799 connector, 8.205 printer dan 6527 scanner,” jelasnya.