Bukti Smartfren Gak PHP Soal Gerakan ‘100% Indonesia’: Berdayakan Internet!

pada 2 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Perusahaan telekomunikasi Smartfren semakin gencar menjalankan inisiatif program yang tak hanya fokus pada pengembangan infrastruktur saja, namun pemanfaatan koneksi internet ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk UMKM. Hal ini berusaha dibuktikan melalui gerakan ‘100% Indonesia’.

Pada dasarnya, gerakan 100% Indonesia ini tujuannya hanya satu: Internet untuk Indonesia. Smartfren mengakui bahwa akses internet berperan penting untuk membuka peluang baru.

Rasanya menjadi hal lumrah bagi perusahaan operator untuk menjalankan berbagai program agar masyarakat dari berbagai daerah dapat merasakan manfaat koneksi internet. Lantas, kira-kira apa bukti bahwa Smartfren tidak PHP alias pemberi harapan palsu saat menjalankan program ini?

“Tentu program seperti ini bukan hanya jargon atau janji belaka. Selama ini kami juga fokus pada pemberdayaan UMKM di Indonesia agar go digital, serta mengakomodir perubahan zaman yang membuat anak-anak muda tergerak untuk berkreasi secara positif,” kata Chief Brand Officer Smartfren, Roberto Saputra di kantor pusat Smartfren, Jakarta Pusat, Selasa (23/5).

 

 

Roberto mengklaim bahwa Smartfren menjadi satu-satunya operator yang konsisten menjalankan community development selama satu dekade. Dengan menaruh perhatian pada komunitas, Smartfren memiliki community leader di 130 kota.

“Community leader ini bukan karyawan Smartfren, mereka menjadi motor penggerak keempat program utama kami yang semuanya memberdayakan internet dan digitalisasi,” terangnya.

Adapun keempat program yang dimaksud adalah Teman Pintar, Teman UMKM, Bunda Pintar, dan Teman Kreasi.

Secara merinci, Teman Pintar adalah program Smartfren yang merangkul anak-anak muda, terutama yang masih bersekolah, tentang bagaimana menjadi kreator konten yang dapat memanfaatkan konten positif.

Smartfren mengaku kerap bekerja sama juga dengan content creator untuk memberikan materi dan pelatihan tentang bagaimana meracik konten menarik namun juga informatif.

Kemudian Teman UMKM, sesuai namanya Smartfren merangkul para pelaku UMKM di berbagai kota di Indonesia dan memberikan bekal mengenai cara mempunyai aset digital dengan baik serta pembelajaran dan pelatihan tentang berjualan online.

“Kami sudah menggaet 300 UMKM yang masih mikro, mereka adalah pihak yang akan mendapatkan banyak benefit dengan adanya internet. Pembelajaran ini cukup detail, mulai dari cara masuk ke marketplace, berjualan di e-commerce, bagaimana cara foto produk sampai packaging produk,” kata Roberto.

Lalu ada Bunda Pintar, program yang diperuntukkan ibu-ibu PKK agar mereka mendapatkan edukasi cara mengakses internet sehat. Smartfren percaya, jika para ibu dapat memanfaatkan internet dengan baik dan sehat, maka manfaat ini juga akan dirasakan oleh anak-anak mereka.

Terakhir, Teman Kreasi. Program ini bergerak di bidang kreativitas dan bekerja sama dengan brand lokal, desainer lokal, dan kreator lokal untuk memberikan insight dan edukasi kepada anak-anak muda mengenai cara memproduksi atau membuat karya otentik.

 

 

“Kami memiliki satu kekuatan yang cukup strategis untuk Indonesia, yakni jaringan kami sudah tersedia di 200-an kota dengan jumlah BTS sekitar 45 ribu unit. Pengguna kami saat ini 36 juta user, ini adalah potensi besar dan saya yakin gerakan ini dapat berdampak positif bagi masyarakat,” imbuh Chief Commercial Officer Smartfren, Andrijanto Muljono pada kesempatan yang sama.

Seperti diketahui, Gerakan Internet untuk Indonesia pada dasarnya sudah berjalan dan akan berlanjut sampai sekarang. Gerakan ini hadir untuk mengajak masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam upaya pengembangan potensi, khususnya lokal dengan memanfaatkan internet.

Melalui pemanfaatan berbagai produk Smartfren, pelanggan telah berkontribusi dalam upaya memberikan akses internet untuk masyarakat yang membutuhkan serta membuka peluang baru bagi mereka.

Target pemberian akses tersebut antara lain adalah pelajar yang berada di daerah pelosok, pelajar di kawasan sub-urban yang kesulitan memenuhi kebutuhan akses internet untuk pendidikan, komunitas belajar di berbagai daerah, serta UMKM lokal di berbagai kota di Indonesia.