Begini Cara Copet Beraksi di Tanah Abang

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Masalah yang terdapat di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, bukan hanya mengenai pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di trotoar hingga merebut hak pejalan kaki dan mengakibatkan arus lalu lintas menjadi macet. Para pedagang pun mengeluhkan banyaknya copet yang beraksi di kawasan tersebut.

Salah satu pedagang minuman, Sutiyem, mengungkapkan, ia sering melihat copet beraksi di sekitarnya. Mereka biasanya mengincar pejalan kaki dan calon pembeli yang sedang lengah.

Dia lebih memilih diam melihat aksi pencopetan tersebut agar tak diganggu saat berdagang.

"Sering kalau lagi ramai itu biasanya juga banyak copet," kata Sutiyem saat ditemui di Jalan Jati Baru, Selasa (7/11).

Sutiyem menambahkan, aksi pencopetan sudah menjadi pemandangan biasa bagi para pedagang. Berdasarkan hasil obrolannya dengan rekan-rekan pedagang lain, sambung dia, copet sering kali muncul pada saat Pasar Tanah Abang sedang ramai.

Biasanya, pasar selalu ramai pada akhir pekan. Karena itu, masyarakat diimbau untuk hati-hati menjaga barang bawaannya. "Biasanya, kalau ramai Sabtu atau Ahad, nanti juga banyak copet," lanjut Sutiyem.

Modus pencopet pun kini semakin variatif. Menurut pengakuan salah satu pedagang bernama Eneng, kadang pula pencopet menggunakan pakaian-pakaian tertentu yang juga membuat risih para pedagang. "Copet di sini mah sering pakai kerudung yang besar-besar," ujar Eneng.

Salah seorang pedagang rokok eceran yang akrab disapa Tompel memiliki pengalaman menegangkan terkait copet di kawasan Tanah Abang. Menurut kesaksiannya, copet yang dilihat adalah seorang perempuan paruh baya berkerudung besar.

Tompel mengatakan, perempuan itu tidak terlalu tua dan tidak muda juga. Satu hal yang diingatnya, wajahnya cantik. Tidak sekalipun ia berpikir perempuan itu adalah pencopet.

"Mukanya cakep, gitu. Maaf maaf saja yah, bukannya saya menghina perempuan berkerudung, tapi copet ini pakai kerudung gede," kata Tompel.

Saat itu, lanjut Tompel, pencopet tersebut terlihat mendesak tubuh seorang perempuan muda. Tapi, sepertinya, perempuan muda itu tidak menyadari bahwa dompetnya menjadi sasaran.

Tompel melihat tingkah mencurigakan pencopet tersebut. Dia pun langsung mendatangi si pencopet. "Saya bilang, 'ibu ngapain kayak gitu?'" ujar Tompel sambil memperagakan yang dilihatnya kala itu.

Setelah ditegur, pencopet tersebut langsung menjauh. Tompel pun melihat tas perempuan muda tadi sudah sobek tersilet tanpa menyadari barang berharganya sudah berpindah tangan.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Haji Lulung mengatakan, kemacetan di kawasan Tanah Abang merupakan masalah kompleks. Dia meminta persoalan itu tidak dipolitisasi.  

"Sabar, Tanah Abang jangan dipolitisasi dengan ruang media kaki lima, tapi mari sebagai masyarakat Kota Jakarta harus sama-sama memiliki Kota Jakarta, memiliki aspek-aspek yang bersifat lokal," kata Lulung di gedung DPRD DKI, Selasa.

Tak jelas apa yang dimaksud dengan politisasi oleh Lulung. Tapi, kompleksitas masalah itu dapat dilihat dari banyaknya pejalan kaki yang ingin berbelanja di kawasan Tanah Abang. Ada pula PKL, angkutan umum, dan Stasiun Tanah Abang yang memiliki kepentingan bisnis masing-masing.

Menurut Lulung, Tanah Abang merupakan sentra ekonomi yamg kesohor hingga di negeri tetangga. Karena itu, konsep yang diterapkan di kawasan Tanah Abang seharusnya berupa penataan, bukan penertiban.

Dia meyakini, penertiban tidak akan menyelesaikan masalah, sebab para PKL akan kembali lagi berjualan di jalan. Selain itu, ia berpesan agar Satpol PP tidak boleh mengambil barang dagangan milik PKL. Sebab, bisa saja para pedagang kecil itu berjualan dari hasil utang.