Cara Divisi Transportasi Gojek Mengambil Keputusan untuk Setiap Perubahan

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Bergabung sejak Juni 2015, Radityo Wibowo merupakan salah seorang yang ikut membantuGojektumbuh hingga sebesar sekarang. Saat ini ia menjabat sebagai Head of Transport yang bertanggung jawab mengatur seluruh layanan Gojek terkait transportasi. Mulai dari GoRide, GoCar, GoFood, hingga GoBox.

“Waktu itu Gojek masih berkantor di sebuah gedung dua lantai. Pemesanan masih pakaicall center,” kenang sosok yang akrab dipanggil Dito ini. 

Empat tahun berselang, Gojek kini hadir di 207 kota di lima negara Asia Tenggara. Jumlah mitradriverGojek pun terus tumbuh hingga menjadi2 juta orang

Menjadi salah satu pemimpin di perusahaan yang memiliki cakupan luas tentu jadi tantangan yang menarik. KepadaTech in Asia, Dito menceritakan beberapa prinsip yang ia percaya dalam mengambil keputusan, hingga visi yang ingin dicapai Gojek dalam mendukung transportasi umum di Indonesia.

Data-informed,bukandata-driven

Aplikasi Gojek telah diunduh oleh 155 juta pengguna, lebih dari 2 juta mitradriver, dan 400.000 mitramerchant. Itu artinya, perubahan sekecil apapun yang dilakukan Gojek akan berdampak pada begitu banyak orang. Itulah sebabnya, berbagai keputusan yang diambil harus benar-benar sudah dipertimbangkan dengan matang.

“Kita tidak bisa hanya duduk di belakang meja, melihat angka-angka, lalu mengambil keputusan. Sering kali kita harus melihat lebih jauh, seperti apa kenyataan di lapangan,” jelas Dito.

Dito menegaskan, jargondata-drivenyang kerap diusung perusahaan teknologi tidak seharusnya menjadikan suatu perusahaan mengikuti angka dan data secara gelap mata. Ia mengakui bahwaangka dan data adalah elemen pertimbangan yang sangat krusial.Namun tetap perlu ada verifikasi lebih lanjut untuk memastikan data tersebut sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Itu sebabnya Dito kerap terjun langsung ke lapangan. Mulai dari menemui komunitasdriver, berdiskusi denganmerchant, hingga mencoba menjalani perandriverselama satu hari.

Data memang referensi penting, tapi dengan melihat langsung keadaan lapangan, kita jadi tahu apa pain point utama yang perlu diselesaikan.

Radityo Wibowo,Head of Transport Gojek

Di sinilah Dito menilai peran tim regional Gojek menjadi penting. Hadir di ratusan kota di Indonesia membuat Gojek tidak bisa mengambil keputusan berdasarkan mitradriverataupunmerchantyang berada di ibu kota saja. Kerap kali ada masalah-masalah berskala lokal yang tidak terepresentasikan lewat datadrivernasional ataupundriveribu kota.

“Di Bali contohnya, ada daerah yang kita kenakan tarif khusus setelah kita ngobrol dengan pemuka daerah setempat. Jadi tidak bisa disamakan begitu saja, ada beberapa solusi yang perlulocalized.”

Berpegang pada tiga prinsip utama

Menjadi salah satu pemimpin di perusahaan sebesar Gojek diakui Dito memang sesuatu yang menantang. Dalam menjalankannya, Dito berpegang pada tiga prinsip: 

  • Empati untuk mitra
  • Empat untuk diri sendiri
  • Empati terhadap bisnis perusahaan

Radityo Wibowo, Head of Transport Gojek dalam acara NextICorn International Summit 2019

Empati untuk mitra, artinya Gojek sebagai perusahaan harus selalu menyadari bahwa mereka tidak bisa besar tanpa bantuan mitra.

Menyadari itu, Dito akan berusaha melihat dan mendengar perspektif mitra saat mengambil keputusan. Ini demi menghindari munculnya keputusan-keputusan yang terlalu memberatkandriver, yang pada akhirnya juga akan memberatkan langkah Gojek.

Empati untuk diri sendiriartinya menyadari bahwa sebagai pemimpin kita tidak bisa selalu menghadirkan kebijakan yang menyenangkan semua pihak. Saran dan kritik akan tetap ada meskipun suatu keputusan sudah diambil dengan pertimbangan matang.

Yang terakhirempati terhadap bisnis perusahaan. Sebagai pemimpin tentu akan ada waktu di mana harus mengambil keputusan-keputusan sulit yang tidak populer. Saat itu terjadi, Dito menekankan pentingnya mengingat kembali apa tujuan kehadiran Gojek dan apa yang perlu diprioritaskan agar bisnis perusahaan bisa terus berkembang.

“Salah satu contohnya adalah ketika kita mengimplementasikan skema performa bagidriver. Ada reaksi penolakan yang cukup keras dari para mitradriver, bahkan sampai ada demonstrasi besar.”

Tujuan penerapan skema performa bagidriveradalah memberikan waktu tunggu yang lebih cepat bagi pelanggan Gojek, terutama di daerah-daerah yang memang memilikidemandtinggi. Sayangnya, hal tersebut dianggap menyulitkandriverkarena tidak lagi leluasa memilihordermana yang akan mereka ambil.

“Di situ saya ingat lagi bahwa prioritas Gojek adalah memberikan yang terbaik bagi konsumen. Jadi meskipun terjadi gelombang penolakan, tetap kita implementasikan. Sambil terus kita sosialisasikan ke mitradriveralasannya.”

Saat itu ia bersamaNadiem Makarim, mantan CEO Gojek, aktif menemui berbagai komunitasdriverdi berbagai wilayah untuk berdialog.

Ia mencoba menyampaikan alasan dan dampak dari kebijakan tersebut sambil memetakanpain pointapa yang dirasakan mitra driver dari kebijakan ini, agar ia dan tim bisa menghadirkan sistem yang lebih baik lagi kedepannya.

Siap terintegrasi dengan moda transportasi umum 

Sebagai Head of Transport, Dito juga menyatakan dukungannya terhadap pengembangan transportasi umum di Indonesia. Ia menegaskan, kehadiran Gojek bukan untuk menggantikan transportasi umum, justru bisa mendukung.

“Gojek dan transportasi umum bisaco-exist. Gojek untuk perjalan pendek di bawah lima kilometer, sementara transportasi umum seperti KRL atau MRT di Jakarta untuk jarak yang lebih jauh,” tegas Dito. 

Ia yakin, seiring dengan transportasi umum yang semakin memadai, peran Gojek dan pola penggunaan ojekonlinejuga akan berubah. Ia berpendapat, ojekonlineseperti Gojek bisa menjadifeederbagi transportasi umum yang ada.

Salah satu visinya, yaitu mengintegrasikan pembelian tiket transportasi umum (khususnya MRT dan KRL) di aplikasi Gojek. Sehingga pengguna Gojek bisa memenuhi kebutuhan transportasi mereka secaraseamless. Namun ia menyatakan akan butuh waktu untuk mewujudkan visi ini.

Inisiatif baru yang tengah diuji oleh Gojek di Jakarta, yaitu GoRide Instant. Lewat inisiatif ini, Gojek mendirikan beberapashelteruntuk mitradrivermereka di sekitar stasiun KRL dan MRT. Nantinyadriverbisa singgah dishelterini sembari menunggu order dari konsumen yang ada di stasiun.

Dito menjelaskan, inisiatif ini diharapkan bisa memecahkan dua permasalahan: 

  • Pertama, memudahkandriverdan pemesan untuk bertemu lebih cepat. Dengan GoRide Instant waktu tunggu penjemputan bisa dipangkas hingga hanya tiga menit.
  • Kedua,shelteryang disediakan juga menghindarkan mitradriveruntuk ‘mangkal’ di tepi jalan menunggu penumpang. Tumpukandriver  mangkal tersebut kerap memakan hingga setengah jalan raya dan memicu kemacetan.

Dito berharap, kehadiran GoRide Instant ini bisa mengurai masalah tersebut. Ia lantas menceritakan saat Gojek pertama kali hadir di Thailand. Mereka sudah memiliki sistem ojek yang nyaman bagi penumpang.Setiap ojek sudah memiliki sistem antrian dan alur pemesanan yang rapi di berbagai stasiun MRT.

Dari situ Dito meyakini bahwa ojek dan transportasi umum pada dasarnya bisa saling melengkapi.

“Kalau sudah rapi dan nyaman seperti itu, ya kami enggak berusaha ubah, karenapain pointIndonesia dan Thailand kan berbeda. Di Thailand, kita fokus di layanan pesan-antar makanan yang memang belum ada,” tutup Dito.

(Diedit olehAncha Hardiansya)

This postCara Divisi Transportasi Gojek Mengambil Keputusan untuk Setiap Perubahanappeared first on Tech in Asia.

The postCara Divisi Transportasi Gojek Mengambil Keputusan untuk Setiap Perubahanappeared first onTech in Asia Indonesia.