Cara Pigijo Bantu Pengrajin Lokal Tetap Berpenghasilan di Tengah Pandemik Covid-19

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Uzone.id- Pandemik Covid-19 memang telah merusak tatanan kehidupan manusia, terutama jual beli dan daerah wisata. Banyak orang yang tidak lagi bisa sesuka hati bepergian ke tempat wisata mengakibatkan pengrajin lokal pun kehilangan penghasilan.

Namun sebuah startup lokal di bidang travel memiliki ide untuk membuat pengrajin lokal di daerah wisata tetap memiliki penghasilan. Pigijo berkomitmen untuk membantu menjualkan hasil karya para pengrajin lokal di daerah wisata di mana saja di seluruh Indonesia.

Dikatakan pihak Pigijo, mereka telah mengumpulkan beberapa pengrajin lokal dan akan membantu menjualkan hasil karya mereka. Hasil karya tersebut tak hanya souvenir tapi juga kerajinan khas daerah tersebut, termasuk oleh-oleh.

"Beberapa pengrajin dan pemilik usaha lokal telah memberikan beberapa produk pada kami. Mulai dari Aceh, berupa kain tenun, kopi, dan kerajinan tangan. Kain tenun dari Lombok. Wedang uwuh dari Jogja, keripik pisang dari Lampung. Masih menanti banyak pengrajin dan pengusaha lokal untuk memberikan list produknya," ujar CEO Pigijo Claudia Ingkirawang, dalam keterangannya, Selasa, 31 Maret 2020.

Baca juga: Startup Lokal Pigijo Resmi Melantai di Bursa

Tak hanya membantu menjualkan. Pigijo mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk menyisihkan hasil keuntungan dari penjualan tersebut kepada para pahlawan dan pejuang Covid-19. Target mereka adalah membantu para dokter dan tenaga kesehatan dan para pekerja harian.

"Komitmen kami adalah menyisihkan setiap Rp1.000 dari setiap produk yang dibeli, untuk mereka yang berada di garda depan, dokter dan tenaga kesehatan. Serta untuk mereka yang membutuhkan, para pekerja harian, dan mereka yang hidup dalam kondisi marginal," jelasnya.

Menurut Claudia, dengan membeli hasil karya pengrajin lokal di daerah wisata, secara tidak langsung kita bisa sekalian mengenang masa indah saat berwisata di daerah tersebut. Kenangan tersebut, kata mereka, pasti masih tertinggal di Kuta, di Mangunan Negri di Atas Awan, di Mandalika, di Labuan Bajo nan memesona, di Lodge Maribaya, di Tomohon.

"Masih terasa juga lezatnya kuliner nusantara, gudeg, mie ongklok, ikan Mak Beng, ayam Betutu, ikan di seputaran Pantai Losari, bebek Sanjay di Madura. Masih terbayang kita menyesal saat itu tidak beli kain-kain batik indah di Trusmi, songket di Padang, kerajinan perak Kotagede, atau sekedar gantungan kunci bertuliskan Laskar Pelangi," katanya.

Oleh karena itu, di saat seperti ini, menurut mereka, merupakan waktu yang tepat untuk membantu para pengrajin lokal itu, sekaligus bernostalgia, dan berdonasi untuk menanggulangi pandemik Covid-19 ini bernas-sama.

Baca juga:Mengenal Pigijo, Startup Baru 3 Tahun yang Nekat IPO

Pigijo merupakan startup lokal untuk travel yang baru berusia 3 tahun. Meski baru seumur jagung namun mereka telah menggebrak tahun ini dengan melantai di bursa.

Aplikasi mobile yang juga hadir dalam bentuk web, Pigijo lahir di bawah PT Tourindo Guide Indonesia. Pigijo hadir di ekosistem startup Indonesia sebagai jembatan bagi orang-orang yang ingin menyusun perjalanan saat traveling.

Uniknya, Pigijo fokus di wisata Indonesia saja. Konten dan segala kebutuhan traveling di dalam Pigijo pun sangat lokal.

Pigijo diklaim telah menjangkau 4.000 titik lokasi di Indonesia, dengan 3.000 paket local experience yang disuguhkan untuk pengguna.

Saat ini cakupan Pigijo sudah mencapai 34 provinsi, 66 travel assistant, 1.276 car rental, 407 guest house, 3.123 local experience, dan 4.820 lokasi. Sementara aplikasi mobile Pigijo sudah tersedia secara gratis di Google Play Store. Untuk Apple App Store akan segera menyusul di tahun ini.