Catatan Mudik Jalur Selatan

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Keindahan Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran di pagi hari yang terlihat dari Kota Salatiga, Jawa Tengah menggugah semangat tim mudikkumparan(kumparan.com). Selama 2 hari, Senin (19/6) dan Selasa (20/6), kami melakukan perjalanan untuk menelusuri jalur mudik wilayah selatan.

Senin (19/6), kami menempuh perjalanan 418 kilometer dari Salatiga menuju Ciamis di Jawa Barat. Kami memulai perjalanan melalui Tol Salatiga-Semarang untuk kemudian keluar Bawen dan menuju Ambarawa hingga Yogyakarta. Sayang, pintu keluar Bawen dari arah Salatiga masih ditutup. Mau tak mau, kami pun menggunakan gerbang tol selanjutnya, Ungaran. 

Di H-6 lebaran, arus lalu lintas di Tol Salatiga-Semarang yang baru dioperasikan pada H-7 masih lengang. Selepas keluar tol Ungaran, kami melanjutkan perjalanan dengan rute non tol. Lalu lintas tersendat ketika kami melintas di Pasar Karangjati dan Pasar Ambarawa. Selepas itu, kami harus berbagi jalan dengan truk-truk bertonase besar menuju Yogyakarta. 

Rute dari Ambarawa menuju Yogyakarta memiliki kombinasi tikungan tajam dan jalan naik-turun. Konsentrasi penuh pengendara diperlukan untuk melibas rute ini. 

Sesampainya di Yogyakarta, kami melanjutkan perjalanan ke Ciamis, Jawa Barat. Tiga kabupaten di Jawa Tengah, yakni Purworejo, Kebumen dan Cilacap, kami lalui. Jalur mudik lebaran di selatan ini terpantau lengang. Hanya sesekali tim mudik kumparan berpapasan dengan pemudik dari arah Jakarta.

Memasuki Kebumen, matahari sudah kembali ke peraduan, kami disambut dengan hujan. Namun niatan kami untuk melanjutkan perjalanan masih tinggi. Memasuki Cilacap, hujan semakin deras. 

Kewaspadaan kami untuk melahap jalur yang belum pernah kami lewati semakin meningkat. Saat di Cilacap, terbilang ekstrem kami temukan. Mobil yang kami tunggangi harus mampu melewati tikungan tajam dengan kontur jalan yang miring. 

Selain konsentrasi, perlu juga untuk memastikan kondisi kendaraan untuk melewati jalan yang menghubungkan dengan Kota Banjar di Jawa Barat. Sebab, ban depan mobil kami sempat mengalami selip. Untung, kami masih diberikan keselamatan tiba di Ciamis, Jawa Barat. 

Selanjutnya, pada H-5 lebaran atau Selasa (20/6) kami melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta melalui kawasan Nagreg, Bandung. Mobil kami melaju menuju Tasikmalaya. Saat perjalanan kami sempat menjumpai kecelakaan antara dua pengendara sepeda motor. 

Mereka datang dari arah yang sama dan terlihat ingin mendahului bus dengan melewati marka jalan. Namun sayangnya, saat berhasil, salah satu motor menyenggol dan mengakibatkan pengendara motor lainnya terjatuh. Kami sempat gigit jari saat melihat pengendara itu hampir saja terlindas oleh bus yang sebelumnya mereka salip.

Di musim mudik lebaran ini jalur selatan kerap kali menjadi pilihan bagi pemudik bermotor. Kami menyarankan agar selalu mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalu lintas demi keselamatan.

Selama melakukan pemantauan di jalur non-tol ini kami melihat belum ada peningkatan volume kendaraan pemudik dari Ciamis hingga Kabupaten Bandung. Namun di daerah Malabong dan Limbangan, Garut, kami sempat menjumpai kemacetan. Kendaraan mengular karena adanya pasar di daerah tersebut.

Perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan Tol Cileunyi, Bandung. Kami sempat melakukan pemantauan di pintu tol itu. Sebab, pada tahun sebelumnya menjadi titik rawan kemacetan. Namun ternyata hingga H-5 lebaran ini kami belum menjumpai kemacetan. Kondisi arus lalu lintas terpantau ramai lancar dan hanya belum banyak pemudik yang kami jumpai.

Seperti halnya di perjalanan jalur utara, untuk melintas di jalur tol kali ini agar tidak mengantre lama kami menyiapkan e-money. Jalan tol dari Cileunyi hingga Jakarta tidak memiliki banyak tikungan. Oleh karena itu untuk menghindari kejenuhan perjalanan, kami berbincang dan melepas penat dengan beristirahat sejenak di rest area.

Sore hari, tim mudikkumparanakhirnya kembali mengaspal di jalanan Jakarta. Dengan begitu resmi perjalanan penelusuran jalur mudik utara dan selatan pulau Jawa ini berakhir.