Centang Biru di Instagram dkk Kini Bisa Dibeli, Ternyata Ini Bahayanya

pada 1 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Akun centang biru biasanya identik dengan akun resmi, akun publik figur, akun brand, dan akun-akun asli dari tokoh yang banyak dikenal pengguna lain. Namun, beberapa tahun terakhir, konsep ini sedikit demi sedikit bergeser ke makna lain.

Dari ikon pembeda antara akun resmi (verified) dan akun biasa, menjadi ikon yang bisa dibeli siapapun dengan cara berlangganan. Agak disayangkan memang, tapi apalah daya, para platform-platform ini mencoba bertahan dengan untuk ‘mencuankan’ segala cara termasuk ikon yang cukup penting ini.

Usai Twitter yang menjual centang biru mereka dalam layanan Twitter Blue, Meta pun mencoba untuk mengikuti jejak dengan menjual ikon verified ini ke pelanggan-pelanggannya di Facebook dan Instagram.

Lagi-lagi, sungguh disayangkan karena pada akhirnya, akun centang biru ini hanya pajangan yang bisa dipamerkan oleh sembarang orang, bukan lagi sebuah hal yang eksklusif digunakan untuk menunjukkan ‘keaslian’ sesuatu.

Bahkan, bisa dibilang ide menjual simbol verifikasi ini merupakan keputusan yang kurang baik. Kenapa? Karena beberapa hal merugikan ini bisa saja terjadi di platform-platform tersebut.

Memberikan ruang untuk ‘misinformasi’

Salah satu yang tawarkan dari fitur berbayar ini adalah memberikan ruang bagi akun-akun berlangganan muncul paling atas di daftar komentar, reply, feed hingga pencarian.

Yang menjadi permasalahan adalah ketika akun centang biru ini memberikan informasi sesat atau pendapat yang menyinggung di kolom komentar. Dimana komentar tersebut akan banyak dibaca oleh warganet lain dan mungkin beberapa orang akan percaya dengan tulisan tersebut karena ikon centang biru yang tersemat di profilnya.

Hal ini menjadi bahaya karena bisa dimanfaatkan oleh akun-akun bodong bercentang untuk menyebarkan informasi sesat dengan modal membuat cuitan yang mudah ditemukan warganet lain dengan akun centang yang tersemat.

Alhasil, tidak ada yang membedakan lagi mana tulisan yang sesat dan mana tulisan yang berasal dari akun-akun resmi.

Maraknya akun-akun palsu

Imbasnya lagi adalah maraknya akun-akun bercentang yang mengatasnamakan tokoh atau brand tertentu. 

Pengguna memang harus menggunakan nama atau identitas asli ketika hendak berlangganan pada Meta Verified atau Twitter Blue, tapi tidak ada yang menjamin kalau nantinya akun-akun ini akan berubah nama menyerupai tokoh atau publik figure tertentu.

Di Twitter misalnya, terdapat akun bercentang biru yang mirip dengan akun milik Elon Musk. Meski memiliki tulisan Parody, akun ini menggunakan foto Elon Musk, mulai dari foto hinggaheader.

Sekilas mungkin pengguna lain akan kegocek dengan cuitan-cuitannya jika tidak melihatdisplay name-nya, karena akun ini memiliki centang biru dan ratusan ribu followers.

Ini lah yang akan menjadi masalah nantinya, karena tidak ada lagi yang membedakan (dengan jelas) mana akun parodi, fan page, fake account dengan akun-akun asli yang memiliki centang biru ‘bawaan’.

Peluang untuk modus penipuan baru

Masalah yang lagi-lagi membahayakan dari langganan centang biru ini adalah kemungkinan adanya modus penipuan baru dengan menggunakan akun centang biru.

Seperti yang sudah disebutkan di awal tulisan, centang biru saat ini masih lekat dengan akun-akun resmi baik itu pemerintahan maupun selebriti. 

Centang biru berbayar bisa jadi dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengaku-ngaku sebagai salah satu dari bagian organisasi atau individu resmi yang kemudian menjerat calon korban dengan jabatan tersebut.

Bukan hanya kerugian soal materi, modus penipuan ini juga bisa membahayakan nyawa korban apabila akun ‘penipu’ tersebut meminta untuk bertemu dengan korban secara langsung.

Melihat dari bahaya centang biru berbayar yang saat ini dilakukan oleh platform-platform populer, seharusnya Elon Musk, Mark Zuckerberg dkk mulai memikirkan kembali soal keputusan mereka untuk ‘mencuankan’ fiturverifiedini.