Cerita CEO Instagram soal Menang Perang Stories dengan Snapchat

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Instagram merayakan ulang tahun fiturnya yang kini sedang sangat populer, yaitu Stories, pada Kamis (2/8). Kehadiran fitur itu awalnya menimbulkan kontroversi karena dengan jelas menjiplak fitur yang dimiliki oleh Snapchat.

Stories adalah fitur yang menayangkan foto atau video yang akan hilang dalam waktu 24 jam setelah diunggah. Snapchat dianggap sebagai inovator untuk fitur ini, yang kemudian dijiplak oleh berbagai media sosial, termasuk Instagram dan Facebook.

Saat itu, pengguna Instagram tercatat lebih sedikit mengunggah konten baru di linimasanya setiap bulan dibandingkan sebelumnya, sementara Snapchat terus meningkat.

Kini, situasinya berubah. Instagram Stories sekarang memiliki 400 juta pengguna per bulannya, 100 juta lebih banyak dari penggunanya pada tahun 2016. Di sisi lain, pertumbuhan Snapchat mulai melambat dan kesulitan mengejar ketertinggalannya dari Instagram.

Bagi Kevin Systrom, CEO dan salah satu pendiri Instagram, ulang tahun kedua dari Stories itu telah memulihkan nama baik mereka yang sebelumnya disebut 'pencuri'.

"Ini benar-benar melawan gagasan jika perusahaan lain tidak bisa mengadopsi fitur ini dan membuatnya sendiri," ujar Systrom, kepadaThe Verge

"Posisi saya selalu untuk format ini, dan saya masih meyakininya. Pertanyaannya, apakah kami memiliki visi yang unik milik kami sendiri? Banyak yang telah kamu lihat selama satu tahun ini (dari Instagram Stories) untuk membuktikannya," jelasnya.

Memang, meski awalnya Stories milik Instagram nyaris sama persis dengan Snapchat, tapi perlahan Instagram memberikan berbagai hal yang berbeda.

Ada banyak fitur baru yang dihadirkan Instagram selama 24 bulan ini ke dalam Stories, misalnya Superzoom, stiker Polling, Emoji Slider, stiker Questions, dan musik yang bekerja sama dengan Spotify.

Instagram juga bekerja sama dengan GoPro untuk memungkinkan penggunanya langsung mengunggah foto dari kamera aksi tersebut ke dalam Stories.

Penambahan fitur-fitur Stories ini dibarengi dengan sejumlah perubahan di Instagram untuk membuat para penggunanya semakin nyaman membuka aplikasinya. 

Kesuksesan Stories yang mengundang ratusan juta orang pengguna itu kemudian menjadi alasan Instagram menciptakan aplikasi video baru bernama IGTV.

Diprediksikan, Instagram dapat menjadi juru selamat induk perusahaan mereka, Facebook, yang belakangan ini terus diterpa masalah, mulai dari keterlibatan dalam Pemilihan Presiden AS pada 2016, serta skandal data privasi Cambridge Analytica.

Stories juga diproyeksikan untuk menjadi lahan iklan baru bagi Instagram. Namun, sejauh ini iklan di Instagram Stories ternyata masih belum menghasilkan pemasukan sebesar di linimasa utama Facebook dan Instagram.

Systrom mengakui format baru ini masih dipelajari agar dapat dioptimalkan dan memberikan nilai maksimal bagi para pengiklan.

 

Stories mengurangi konten yang diunggah di linimasa?

Dengan semakin banyaknya pengguna Stories, muncul spekulasi jika linimasa utama dari Instagram jadi sepi karena banyak pengguna yang lebih memilih mengunggah kontennya di Stories.

Bahkan, bisa saja nantinya posisi linimasa utama dan Stories bertukar karena semakin seringnya fitur tersebut digunakan.

Terkait hal itu, Systrom mencatat linimasa utama Instagram dan Stories-nya sudah digabungkan. Kini, apabila kamu menggeser linimasa Instagram ke bawah, kamu akan melihat deretan Stories di bagian atas tetap terus muncul. Tidak hilang seperti sebelumnya.

Systrom mengatakan linimasa di Instagram "sangat sehat", tapi Stories adalah masa depan.

"Keseimbangan antara dua hal itu berubah karena kami melihat semakin menarik untuk menampilkan lebih banyak Stories. Tapi bukan berarti linimasa utama akan hilang," jelasnya.

Bagaimana menurutmu, apakah saat ini memang lebih menarik untuk membuka Stories dan mengunggah konten di sana dibandingkan di linimasa utama?