Cerita di Balik Maknyus Bondan Winarno saat Wisata Kuliner
Bondan Winarno sama sekali tak kelihatan sakit ketika memanduWisata Kulinersejak 2002 hingga 2012. Padahal, dia sudah mengalami gangguan pembuluh darah sejak 2005 lalu.
Namun mengeluh sekali pun ia tak pernah. Bondan juga tak punya pantangan dalam menyantap makanan lezat. Mulai santan, daging hingga makanan berlemak semua masuk ke perutnya.
"Kami malah enggak tahu dia sakit. Soalnya makan tetap seperti biasa. Cuma sempat kurus waktu 2011 dan mengaku karena detoks. Tapi enggak pernah mengeluh ada sakit jantung," kata salah satu produserWisata Kuliner,Chris Hutanijaya padaCNNIndonesia.com,Rabu (29/11).
Chris ketika itu sempat menanyai Bondan soal kekhawatirannya makan di banyak restoran dalam waktu yang berdekatan. Sehari saja,Wisata Kulinerbisa mengunjungi tiga hingga enam restoran berbeda. Dalam sepekanWisata Kulinersyuting selama tiga hari berturut-turut.
"Pak Bondan bilang, ‘Saya nyiasatinnya, setelahWisata Kulinersaya detoks. Tidak makan berlemak, hanya sayur dan buah saja,’” tutur Chris mengenang sosok pencetus ‘maknyus’ itu.
Chris pun kaget saat tahu Bondan meninggal pada Rabu pagi tadi. Disebut-sebut, ia meninggal karena gagal jantung. Gejalanya sudah dirasakan Bondan sejak 2005. Mulai dari kesemutan di ujung jari, penggembungan aorta, sampai bocornya katup aorta.
Bondan mengembuskan napas terakhir di RS Harapan Kita, Jakarta, Rabu (29/11).
Yang Chris bisa hanya mengenang satu dekade kebersamaannya dengan Bondan. Selama syutingWisata Kuliner,katanya, Bondan tak pernah sekali pun datang terlambat. Bondan bahkan kesal dan akan mengomel jika ada yang datang tidak tepat waktu.
Itu sesuai dengan kata-katanya di buku Petang Panjang di Central Park: “Terlambat adalah dosa besar menurut ukuran Swedia. Apa pun alasannya.”
"Pak Bondan sih enggak banyak aturan, yang penting jangan telat saja. Dia menghargai waktu, janji jam 10.00, pasti 09.30 sudah ada di lokasi," ujar Chris.
Begitu sampai di lokasi, Bondan bakal berdiskusi santai dengan dengan semua kru. Dia tak mengenal batasan dalam berbincang dan berdiskusi dengan orang lain. Bondan juga tak sungkan memberi masukan dan saran untuk para kru.
Meski santai, Bondan profesional dalam bekerja. Menurut Chris, jika ada yang salah saat syuting, Bondan juga tidak segan bertindak tegas.
"Orangnya tegas dan galak saat diperlukan. Misalnya ada orang leyeh-leyeh sementara yang lain kerja, pasti diomelin abis-abisan. Tapi di satu sisi orangnya baik banget dan perhatian sama kru. Perilakunya juga sopan," tutur Chris.
Bukan hanya kru, beberapa restoran tempat syuting Wisata Kuliner juga pernah kena marah Bondan. Misalnya, ketika makanan yang dipesan tak kunjung dihidangkan. Apalagi jika salah pesanan. Kata Chris, Bondan akan langsung mendatangi dapurnya dan marah-marah.
"Tapi terus minta maaf sendiri. Pernah juga marah sama restoran gara-gara pesan ayam betutu, tapi ternyata itu bukan ayam betutu," ucap Chris.
Saat syuting dan mencicipi makanan satu per satu, Bondan juga tak pernah main-main. Dia selalu jujur dalam berkomentar tentang rasa kudapan yang disantapnya.
Kalau memang enak, ia takkan rugi menyebut ‘maknyus,’ ucapan yang khas dengannya.
"Jadi biasanya, kalau paling enak itu maknyus kalau yang lumayan gitu top markotop, tapi kalau biasa-biasa aja sip markosip. Kalau diam, berarti itu enggak enak," tutur Chris.
Bondan memang sudah menjadi pakar kuliner sejak lama. Chris menyebut Bondan hafal setiap sudut lokasi makanan yang enak di Indonesia, hingga gang-gang kecil di Italia.
Meski begitu, Bondan Winarno tak hanya dikenang lewat sosoknya dan geliatnya di dunia kuliner Indonesia. Ia juga penulis buku dan pernah menjadi wartawan pembongkar kasus.