Cerita Eris Heriyanto, Pilot Pesawat Tempur F-16 Indonesia Pertama

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Kemampuan Marsdya TNI (Purn) Eris Heriyanto dalam menerbangkan pesawat tempur sudah tidak perlu diragukan lagi. Bisa dibilang, Mantan Sekjen Menhan ini merupakan salah satu pilot pesawat tempur terbaik yang dimiliki TNI Angkatan Udara Indonesia.

Apalagi, Eris merupakan penerbang pertama dari Indonesia yang menerbangkan F-16 Fighting Falcon langsung darihome base-nya di Forthworth, Dallas, Amerika Serikat. Eris pun membagikan pengalamannya menerbangkan F-16 Fighting Falcon dalam acara promosi F-16 Block 72 di @america, Pacific Place, Jakarta Pusat.

Kepada pengunjung yang hadir, Eris bercerita betapa takjubnya dia menerbangkan F-16 Fighting Falcon, 27 tahun yang lalu. Dia bahkan menyebut tidak seperti sedang menerbangkan pesawat, melainkan mengendarai panser.

"F-16 punya kecepatan serta kekuatan yang lebih baik dari pesawat tempur lainnya. Awalnya saya rasa seperti kayak berada di dalam panser. Kenapa? Karena pas lihat keluar, langsung pemandangan. Enggak lihat sayapnya karena sayapnya ada di belakang. Enggak cuma itu, rasanya saya kayak cuma duduk, terus terbang," kata Eris di @america, Pacific Place, Jakarta Pusat, Sabtu (29/7).

Kala itu, dia harus membawa F-16 terbang dari Dallas menuju Lanud Iswahjudi, Madiun. Perjalanan dari Dallas menuju Madiun harus dia tempuh selama 3 hari.

"Waktu itu saya ikut membawa pesawat (F-16 Fighting Falcon) dari Dallas tahun 1990 ke Madiun ditempuh 3 hari. Setiap hari terbang 8 jam. Pertama berhenti di Honolulu, kemudian hari kedua dari Honolulu ke Guam itu juga kurang lebih 8 jam. Lalu dari Guam ke Madiun sekitar 5,5 jam. Jadi total 21 jam terbang dalam 3 hari," ujar Eris bercerita.

Secara pribadi, dia berpendapat pesawat tempur F-16 merupakan pesawat yang sangat mendekati keinginan para penerbang tempur. Sebab menurutnya, F-16 dapat membuat penerbang menerbangkan pesawat dengan sangat nyaman.

"Kemudian sistem yang ada juga mengurangi kekhawatiran penerbang dalam menerbangkan pesawat. Ditambah juga persenjataannya cukup advance, sehingga dalam menerbangkan kita ada rasa percaya diri," paparnya.

Sistem keamanan yang dimiliki F-16 pun Eris nilai sangat baik. Karena penerbang pesawat tempur biasanya memikirkan kemungkinan pesawat terjadi stall yang kemudian bisa terjadi spin. Sementara dengan F-16, kekhawatiran itu bisa ditepis.

"Kalau dulu kita terbang masih memikirkan pesawat ini nanti stall, kalau stall bisa spin, dan sebagainya. Dengan F-16 kita sudah dibantu dengan komputer untuk masuk ke daerah-daerah yang kita inginkan," ujarnya.

Meski hanya menjadi penerbang F-16 selama dua tahun, Eris mengaku sangat enjoy menerbangkan F-16 karena dia dapat menerbangkan pesawat tersebut dengan maximum performance.

"Kita sebagai seorang penerbang tempur biasanya sangat senang melakukan manuver dengan maximum performance yang sangat baik. Dan itu kalau apa yang tertulis bisa kita lakukan, rasanya wow betul. Desain pesawat ini memang kenyataannya demikian," tuturnya.

Eris juga masih memiliki banyak masukan terhadap sistem rekruitmen dan pelatihan penerbang pesawat tempur angkatan udara Indonesia. Menurutnya, tidak semua orang dapat menerbangkan pesawat tempur. Bahkan, kata dia, orang pintar sekalipun belum tentu bisa menerbangkan pesawat tempur.

"Rekruitmennya tidak semua orang, menurut saya, ada hal-hal tertentu belum tentu orang pintar itu juga bisa. Karena ada psikologi tertentu yang dibutuhkan penerbang tempur. Nah ini yang mungkin diperlukan dari segi rekrutmen," papar Eris.

"Kedua, training. Bagaimana training ini secara bertingkat sehingga bagaimana bisa membekali penerbang ini. Kemudian latihan. Setelah dia menguasai harus latihan, karena yang namanya skill itu perlu latihan. Betul diperlukan latihan yang cukup berat, sehingga kalau punya pesawat tidak bisa tidak latihan. Berat. Bagaimana nanti karena dia harus menguasai," ujarnya.