Chat di WhatsApp Bisa Hilang dalam 24 Jam, Ide Buruk?

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id-- WhatsApp kembali dibicarakan karena fitur barunya. Kali ini, anak usaha Facebook ini memberikan pilihan soal chat-chat di dalam platformnya yang dapat hilang setelah 24 jam.

Di dalam blog resmi perusahaan, WhatsApp mengatakan tujuannya menghadirkan fitur ini adalah untuk menghubungkan dunia secara pribadi.

“Tidak semua pesan harus ada selamanya,” tulis CEO Meta, Mark Zuckerberg di dalam laman Facebooknya.

Cara kerja yang mirip dengan status WhatsApp dan Instagram Stories ini kemudian menuai kritik dari yayasan anak-anak.

Yayasan anak-anak National Society for the Prevention of Cruelty of Children (NSPCC) di Inggris mengatakan, keputusan WhatsApp untuk menghadirkan fitur pesan hilang 24 jam ini adalah ide buruk.

Baca juga:5 Fitur Baru WhatsApp yang Rilis di 2022

Mereka juga meyakini kalau hal ini dapat menciptakan “risiko beracun” ketika sudah dikombinasikan dengan rencana Meta yang ingin mengenkripsi pesan-pesan di seluruh layanannya, termasuk Facebook dan Instagram.

“Pelaku kejahatan seksual menyerang anak-anak di platform terbuka seperti Instagram sebelum mereka pindah ke WhatsApp untuk tindakan lebih jauh karena di sana punya celah lebih sedikit untuk terdeteksi,” tutur Head of Child Safety Online Policy NSPCC, Andy Burrows, seperti dikutip dariThe Guardian.

Menurutnya, dengan gabungan fitur chat hilang dalam 24 jam dan kehadiran enkripsi dari ujung ke ujung di WhatsApp yang dapat mencegah penegak hukum dan pihak-pihak lain melihat pesan tersebut, tidak akan lolos proses peninjauan risiko di Undang-Undang keamanan online di Inggris.

Seperti yang kita tahu, WhatsApp lebih dulu memperkenalkan fitur pesan hilang melalui opsi hapus chat bawaan setelah 7 hari. Kini, fitur ini seakan berevolusi menjadi 24 jam atau 90 hari. Pengguna bisa mengaktifkan fitur ini sebagai “default” untuk semua aktivitas obrolan.

Baca juga:Meta Tunda Enkripsi di Facebook dan Instagram hingga 2023

“Ada nuansa magis tersendiri ketika kita hanya berdiam diri dengan seseorang, berbagi pemikiran dengan percaya diri, menyadari kita berdua terhubung secara privat pada saat itu,” tulis pihak WhatsApp.

Mereka melanjutkan, “kebebasan untuk serba jujur dan rapuh, menyadari obrolan tersebut tidak direkam atau disimpan di suatu tempat selamanya. Menentukan seberapa lama pesan tersebut hidup, seharusnya ada di tangan kalian semua.”

Sebelumnya, pihak NSPCC juga mengkritik Meta yang berencana menghadirkan enkripsi ujung ke ujung untuk aktivitas chat di Instagram karena dianggap dapat membahayakan keselamatan anak jika ada predator seksual beraksi.

Hal ini membuat Meta menunda implementasi enkripsi tersebut yang awalnya akan hadir pada 2022.

Keputusan penundaan enkripsi ujung ke ujung ini diambil di tengah peringatan dari para aktivis keamanan anak yang berharap raksasa teknologi seperti Meta dapat melihat dampak dari enkripsi yang justru malah melindungi para pelaku kejahatan seksual dari deteksi.

Pesan terenkripsi End-to-End memungkinkan hanya pengirim dan penerima yang dapat melihat isi pesan mereka. Meski terdengar aman bagi pihak lainnya, para pengawas mengatakan ini mungkin akan menjadi celah bagi penjahat ketika menargetkan anak-anak di sosial media seperti Facebook dan Instagram.