Christine Hakim "Hidupkan" Film Kartini
Film "Kartini" akan tayang 19 April 2017 di bioskop, beberapa hari sebelum peringatan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April. Film itu dibintangi sederet pemain terkenal seperti Dian Sastrowardoyo, Reza Rahadian, Acha Septriasa, Ayushita, hingga Christine Hakim.
Kehadiran aktris karismatik senior papan atas Indonesia, Christine Hakim, adalah jaminan mutu kualitas film yang dibintanginya. Kiprahnya selama lebih dari empat dekade berkarya di layar lebar, berbuah 7 Piala Citra yang sudah pernah diraihnya, terbanyak sepanjang sejarah sampai sekarang. Terakhir, Piala Citra khusus untuk Pencapaian Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award) yang diraihnya 2016 lalu.
Dalam film "Kartini", Christine Hakim mempunyai peran penting sebagai Ngasirah, ibu kandung Kartini. Meskipun sudah cukup sering memerankan karakter yang diangkat dari kisah nyata, namun Christine mengakui bahwa memerankan karakter yang pernah ada dalam catatan sejarah itu tidaklah mudah.
"Membuat film sejarah itu secara tidak langsung seperti merekonstruksi skenario Tuhan. Saya punya tanggung jawab moral yang lebih besar, jauh lebih besar dibanding karya-karya lainnya," kata Christine. Ia harus menapak tilas kehidupan Ngasirah, Kartini, dan kelurga Sosroningrat sampai ke Jepara, Rembang, dan Kudus.
Persiapan Christine Hakim untuk film Kartini memang tidak main-main. Keseriusan Christine menyiapkan peran Ngasirah terlihat dari intensitas yang dijalaninya.
"Tugas saya sebagai aktor adalah memahami dan menghidupkan peran yang diberikan. Termasuk bagaimana peran itu hidup, bernapas, dan berinteraksi dengan karakter yang lain. Saya mencoba menganalisis Ngasirah dengan memahami tokoh-tokoh yang ada di dalam kehidupan Ngasirah, seperti Kartini, Sosroningrat, bagaimana karakternya. Bagaimana Sosroningrat di mata saudara-saudaranya, di mata bupati yang lain, di mata Belanda. Kemudian bagaimana Kartini, Kardinah, dan Kartono dalam kehidupan kesehariannya," ucapnya.
Ini terlihat dari kesungguhan Christine Hakim dalam menyiapkan perannya sebagai Ngasirah, ibu kandung Kartini, untuk film Kartini, yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduseri Robert Ronny.
Untuk bisa menghidupkan peran Ngasirah, yang mungkin tidak banyak diketahui oleh banyak masyarakat Indonesia, persiapan Christine tidak tanggung-tanggung. Dia sempat tinggal di set bangunan yang memang dibangun khusus untuk film Kartini beberapa hari sebelum syuting. Dia ikut membersihkan rumah tersebut, dan berpakaian selayaknya Ngasirah di luar syuting.
Christine menambahkan, "Yang tersulit ketika memerankan Ngasirah adalah kompleksitas beliau sebagai anak seorang kiai, lalu menjadi istri bupati yang berdarah biru, walaupun sebagai istri pertama. Jadi sulit bagaimana menentukan di satu pihak, dia bukan pembantu, di lain pihak status sosialnya di dalam tradisi kehidupan yang harus dia jalani agak lebih tinggi sedikit dari pembantu."
Riset yang dalam dan serius yang dilakukan Christine Hakim untuk peran Ngasirah dan tokoh-tokoh lain di film Kartini membuatnya semakin mengagumi Kartini. "Dilema Kartini itu luar biasa besarnya. Bahwa pada akhirnya Kartini memilih untuk tinggal, tidak menerima beasiswa yang sudah dia dapatkan dari pemerintah Belanda, itu bukan kekalahan menurut saya, tapi itu suatu pilihan," ucapnya.
Ada perbedaan generasi antara Christine sebagai pemain dan Hanung selaku sutradara. Namun, kolaborasi itu tak menyurutkan kekaguman Christine terhadap Hanung. "Ini pertama kali saya bekerja dengan mas Hanung. Jadi, saya punya PR untuk memahami bagaimana bekerjasama dengan mas Hanung. Bagaimana bisa seirama sebagai partner kerja dan membentuk sebuah kolaborasi yang baik, sehingga hasil filmnya pun juga bisa dinikmati dengan baik," ucapnya.***