CrowdStrike Lumpuhkan 8,5 Juta PC Windows, Kerugian Tembus Rp162 T

pada 3 hari lalu - by

Uzone.id— Insiden Blue Screen of Death (BSOD) massal pada 8,5 juta PC Windows mengakibatkan ribuan bisnis di berbagai sektor ikut terdampak. Sebut saja maskapai penerbangan, kesehatan, perbankan, tempat wisata, toko perbelanjaan hingga pengiriman paket harus menanggung dampak dari kesalahan pembaruan CrowdStrike.

Microsoft membocorkan kalau 8,5 juta PC Windows yang bikin kacau berbagai negara—termasuk Indonesia ini cuma mewakili 1 persen dari keseluruhan PC Windows yang ada di dunia.

1 persen PC Windows yang kena dampak CrowdStrike ini juga bikin kerugian yang tidak sedikit. Menurut Nir Perry selaku salah satu pengamat dan juga CEO platform asuransi siber, Cyberwrite, kerugian gara-gara insiden ini bisa mencapai USD10 Miliar.

“Kerugian ekonomi akibat insiden ini bisa mencapai USD10 miliar atau Rp162 Triliun,” ujar Nir Perry, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Rabu, (26/07).

 

 

Kerugian ini tentu ditanggung oleh pihak yang menggunakan layanan dari CrowdStrike, seperti bandara, maskapai penerbangan, dan lainnya. Sementara CrowdStrike hanya berencana untuk mengembalikan biaya langganan pada pelanggan yang terdampak.

Walau begitu, per hari Selasa, (23/07) saham Crowdstrike masih belum pulih. Bahkan, pada Jumat (19/07), harga saham perusahaan ini anjlok 14 persen dan menyebabkan nilai kapitalisasi perusahaan turun sebesar USD20 miliar atau Rp324 Triliun.

Bagi perusahaan-perusahaan yang terdampak dan mengajukan klaim pada asuransi keamanan siber, tentu uang tersebut tidak akan langsung cair, begitupun dengan kerugian yang dialami oleh masing-masing perusahaan.

Sementara itu, error tak terduga CrowdStrike ini kemungkinan juga menghantam beberapa bisnis yang mungkin belum diasuransikan sehingga kerugian bisa lebih besar. Sementara maskapai dan perusahaan besar lainnya bisa melakukan klaim untuk menutupi biaya-biaya seperti biaya hukum, staf, dan hilangnya produktivitas karyawan.

 

 

Kerugian sebesar Rp162 triliun ini kemungkinan akan terus bertambah mengingat hingga saat ini, CrowdStrike maupun Microsoft masih terus melakukan pemulihan pada PC-PC yang terdampak.

Akibat dari gangguan massal ini, Komite Keamanan Dalam Negeri dari Dewan Perwakilan Rakyat AS telah mengirimkan surat kepada CEO CrowdStrike, George Kurtz.

Pihak pemerintah meminta George untuk hadir dan memberikan kesaksian tentang insiden teknologi global tersebut. Dalam surat ini,  Kurtz juga didesak untuk untuk menjadwalkan sidang dengar pendapat dengan sub-komite yaitu Sub-komite Keamanan Siber dan Perlindungan Infrastruktur paling lambat hari Rabu, (24/07) waktu setempat.