Cuaca Ekstrem Buat Wisatawan tak Berlibur ke Pahawang

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Pengunjung atau wisatawan yang datang ke Pulau Pahawang di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung dalam beberapa pekan terakhir menurun diduga akibat cuaca ekstrem.

"Sudah dua bulan tidak banyak pengunjung yang datang, ini terjadi sejak awal Januari sampai dengan sekarang," kata Sahat P. Nasution, pengelola transportasi wisata ke pulau tersebut saat dihubungi dari Bandarlampung, Jumat (10/3). Dia mengatakan, dermaga untuk menyeberang ke Pulau Pahawang ada empat, dan seluruhnya sejak dua bulan ini kosong atau tidak banyak pengunjung yang akan menyeberang.

Penurunan pengunjung ini diperkirakan mencapai 70 persen, yang pada hari biasa atau hari libur bisa mendapatkan Rp 3 juta ditambah pendapatan lain dari penyewaan alat. "Saya punya lima kapal, biasanya Sabtu dan Ahad bisa jalan semua tapi untuk sekarang tidak jalan. Jika pun sedang sepi minimal tiga kapal jalan, tapi sekarang tidak ada yang jalan melayani penumpang ke pulau itu," katanya.

Ia melanjutkan, selain faktor cuaca, juga belum memasuki hari libur sekolah menjadi salah satu penyebab berkurangnya atau tidak adanya pengunjung ke pulau tersebut.

Pengusaha transportasi kapal lainnya Ruslan menyatakan bahwa memang sejak sebulan lalu sudah mulai sepi. "Biasanya sudah banyak yang memesan bila Sabtu dan Ahad tapi sekarang sepi," kata dia.

Pihaknya menawarkan paket wisata Pulau Pahawang, dengan biaya Rp 250 ribu dan wisatawan sudah bisa bewisata ke Pasir Timbul, Tanjung Putus dan "snorkling" atau menyelam, dan bila hari biasa hanya Rp 170 ribu.

Dia mengatakan, bahwa fasilitas untuk menuju lokasi sudah baik seperti jalan, kamar mandi dan yang lainnya. Ia mengharapkan, kondisi ini cepat berlalu sebab sangat berpengaruh terhadap perekonomian warga di daerah tersebut.

Sementara itu, cuaca ekstrem masih melanda perairan Lampung sehingga banyak warga enggan berekreasi ke pantai dan nelayan pun tidak banyak yang melaut. "Nelayan juga kurang yang melaut akibat cuaca buruk, hasil tangkapan sedikit sehingga harga ikan pun menjadi mahal," kata Rasih, warga Bandarlampung.