Danau Toba di Sumatera Utara menjadi salah satu dari sepuluh destinasi wisata unggulan yang dipromosikan Kementerian Pariwisata di bawah pimpinan Menteri Arief Yahya. Sepuluh destinasi wisata unggulan ini disebut sebagai '10 Bali Baru', dengan harapan bisa mengikuti sukses industri pariwisata di Pulau Bali.
Bersama Danau Toba, rencananya Kemenpar juga akan mempromosikan Candi Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Pulau Komodo, Kepulauan Seribu, Tanjung Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Morotai, dan Tanjung Lesung.
Setelah dua tahun digaungkan, daftar tersebut mengerucut menjadi empat, yakni Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo.
Alasannya keempat destinasi tersebut paling cepat berkembang sehingga pembangunannya akan lebih difokuskan.
Sepanjang tahun 2017 Danau Toba didatangi oleh sekitar 300 ribu turis atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 200 orang.
Hingga tahun 2019, ditargetkan 1 juta orang bisa datang ke Danau Toba.
Peningkatan status Bandara Silangit menjadi internasional dipercaya menjadi alasannya, sehingga semakin banyak maskapai penerbangan yang mendarat di Sumatera Utara.
Beroperasinya Bandara Silangit tak lagi membuat turis harus mendarat di Bandara Kualanamu, Medan.
Dari Bandara Silangit jarak ke Danau Toba bisa ditempuh maksimal dua jam, lebih cepat lima jam dibandingkan dari Bandara Kualanamu.
Nama Danau Toba menjadi masyhur di dunia karena merupakan danau hasil letusan gunung berapi yang berukuran paling besar se-Asia Tenggara. Luasnya sekitar 1.130 kilometer persegi.
Letusan Gunung Toba yang ketiga pada 74 ribu tahun yang lalu menjadi awal terbentuknya danau ini.
Di tengah danau ada sisa letusan berupa Pulau Samosir, yang juga memiliki dua danau, yakni Sidihoni dan Aek Natonang.
Kabarnya sisa gunung berapi di pulau itu masih aktif namun tak bisa diprediksi letusannya.
Pemandangan Danau Toba dari kawasan perbukitan Simarjarunjung, Simalungun, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)
Danau Toba juga menjadi habitat sejumlah ikan air tawar khas Sumatera Utara, yang populer dengan nama siburincak, asa-asa dan pora-ora.
Ada banyak kantong-kantong wisata di sekitar Danau Toba. Paling banyak berupa tempat makan dengan pemandangan ke danau. Udara sejuk membuat turis dalam dan luar negeri betah kongko di sana.
Sayangnya beberapa hari yang lalu terjadi kecelakaan kapal penumpang di Danau Toba. Ombak yang bergulung tinggi dan angin kencang menjadi penyebab utamanya, selain yang diduga kapal juga mengalami kelebihan muatan.
Kecelakaan ini terjadi setelah tak lama Danau Toba diumumkan sebagai destinasi wisata tambahan menjelang pertemuan Bank Dunia-IMF di Bali pada akhir tahun ini.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebut saat ini sudah ada 192 orang yang dilaporkan hilang terkait dengan tenggelamnya KM Sinar Bangun.
Meski demikian Basarnas mengatakan belum tentu jumlah korban dari insiden ini mencapai angka tersebut, pasalnya KM Sinar Bangun hanya berkapasitas 45 orang.
Hingga kini Basarnas telah menemukan 22 orang korban. Sebanyak delapan belas di antaranya selamat dan telah dikembalikan ke rumah masing-masing. Sementara empat orang lainnya meninggal dunia.
Pencarian korban kapal tenggelam di Danau Toba. (REUTERS/Beawiharta)
Hingga hari ini, Rabu (20/6), Kemenpar belum memberikan pernyataannya terkait musibah di Danau Toba. Tapi sebelumnya Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Nusa Tenggara Timur (Asita) sudah pernah mengimbau agar pemilik kapal penumpang memperhatikan keselamatan penumpangnya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Nusa Tenggara Timur (Asita NTT), Abed Frans, pada Maret sempat mengeluhkan keberadaan kapal wisata tanpa fasilitas keamanan berupa baju pelampung yang beroperasi di kawasan wisata komodo, Pulau Flores.
"Kami selalu menemukan kapal wisata yang membawa wisatawan ke Pulau Komodo tanpa dilengkapi fasilitas baju pelampung," kata Abed di Kupang, seperti yang dilansir dari Antara.
"Baju pelampung merupakan standar keselamatan dalam transportasi laut. Apalagi saat ini Taman Nasional Komodo sudah menjadi destinasi wisata yang mendunia," lanjutnya.
Terkait kondisi itu, Abed meminta otoritas di Labuan Bajo, Kabupetan Manggarai Barat, untuk melakukan sidak ke ratusan kapal wisata yang beroperasi di sana.
"Kapal wisata yang beroperasi mencapai 300 unit, semuanya harus dipastikan aman," tegas Abed.