Daniele De Rossi: Loyalitas, Perpisahan, dan Ke Mana Ia akan Pergi?
Daniele De Rossi memainkan laga terakhir bersama AS Roma, Senin (27/5/2019) dini hari. Dalam laga itu, ia bermain selama 82 menit, lantas meninggalkan lapangan diiringistanding ovation, dan berhasil membawa Roma menang 2-1 atas Parma.
Pemain bernomor punggung 16 itu pun melepas seragamGiallorossiyang ia kenakan selama 18 tahun dengan catatan: 616 penampilan, 63 gol, dan loyalitas yang tak pernah bisa dibeli di supermarket.
Setelah laga bubar, De Rossi, yang biasanya garang saat berada di atas lapangan, tampak layu di hadapan rekan-rekannya. Saat ia memeluk rekan-rekannya satu per satu, air mata mulai mengalir di pipinya.
Fans Roma, yang sengaja memadati Stadion Olimpico untuk melihat aksi terakhirnya dengan seragam Roma, tak mau kalah haru. Sebagian dari mereka ikut menangis. Spanduk-spanduk dengan kalimat menggetarkan dibentangkan dari berbagai sudut.
"Setiap kartu, sikutan, dan tekel yang Anda terima atau lakukan di atas lapangan, ialah wakil dari kami yang ada atas tribun,"tulissebuah spanduk yang membentang di tribun utara Stadion Olimpico.
De Rossi kemudian menutup malam itu dengan memutari Stadion Olimpico untuk melakukanlap of honour. Ia dan keluarganya kecilnya berjalan sambil melambaikan tangan, sedangkan fans Roma membalasnya dengan tepuk tangan.
Dan, saat De Rossi selesai melakukannya, melihat bagaimana sikap para penggemar Roma, ada satu pesan penting yang muncul pada malam perpisahan itu: sampai ia menjadi hantu kelak, De Rossi jelas tak akan pernah dilupakan Romanisti.
De Rossi pergi bukan karena ingin, melainkan karena Roma sudah tidak lagi membutuhkan jasanya.
Loyalitas Langka
De Rossi menjalani debut bersama tim senior AS Roma saat berusia 18 tahun pada 2001. Kala itu, Roma bertanding melawan Anderlect dalam gelaran Liga Champions Eropa. Sejak saat itu, ia terus-terusan menjadi pemain andalanGialorossi. Alasannya: sebagai gelandang bertahan, ia tak punya rasa takut, pintar mengatur tempo permainan, serta sering membuat aman garis pertahanan Roma.
Di balik semua kemampuannya itu, De Rossi juga punya satu kelebihan menonjol yang barangkali tak dimiliki semua pemain kelas satu: loyalitas.
Selama 18 tahun berada di Roma, De Rossi sebenarnya tidak hanya sekali dua kali digoda pindah klub. Pemain asli Roma ini pernah diincar Manchester City pada 2012, dan satu musim setelahnya menjadi salah satu bidikan utama Manchester United. Terakhir, pada musim 2017, ia juga sempat ingin pindah ketika perpanjangan kontraknya bersama Roma sempat menemui jalan buntu. Namun pada akhirnya, ia tak pernah ke mana-mana.
Soal keputusan tahun 2017, De Rossi urung pindah karena,menurutnya, "Tawaran terbaik datang dari klub asal Italia dan itu tidak masuk akal bagiku: aku tidak ingin mengkhianati Roma, juga para penggemar."
Bagi De Rossi, yang lahir dan besar di Kota Roma, bermain mewakili sebuah klub dari kota kelahirannya adalah kepuasan tersendiri. Bahkan ia pernah mengakui jika ia tidak pernah menjadi pemain sepakbola, ia akan selalu menghabiskan akhir pekannya untuk menonton pertandingan AS Roma di setiap sudut Italia.
De Rossi tak pernah menyesal meskipun tak pernah menikmati gaji kelewat besar maupun gelar-gelar bergengsi saat berseragam Roma. Jika ia mau pindah ke Premier League, ia barangkali sudah mampu meraih gelar liga saat bermain untuk Manchester City maupun Manchester United. Tapi, dua gelar Copa Italia bersama AS Roma ternyata sudah terlalu mewah untuknya. Toh, sewaktu kecil, ia cuma punya cita-cita sederhana.
Dalam surat perpisahannya bersama Roma, yang tayang di situs resmiAS Roma sekitar satu hari sebelum laga terakhirnya, ia membuka suratnya itu dengan sebuah obrolan imajinatif bersama De Rossi kecil yang sedang mengenakan seragam Roma sambil tersenyum bangga:
“[...] Bagaimana jika sekarang aku memberitahumu bahwa, saat dewasa kelak, kamu akan mengenakan seragam itu lebih dari 600 kali?”
“Aku akan mengatakan bahwa, bagiku, mengenakan seragam itu sekali saja dalam sebuah pertandingan sudah lebih dari cukup!”
Merapat ke New York?
Melihat bagaimana loyalitas De Rossi, tentu tak sedikit orang yang kecewa dengan perlakuan Roma terhadap pemain yang pernah membawa Italia menjadi juara dunia pada 2006 itu. Selain fans, rekan-rekan seprofesinya juga menyayangkan keputusan Roma. Andrea Pirlo, mantan rekan De Rossi di timnas Italia, adalah salah satu yang bersuara paling lantang.
Dilansir dariCalciomercato, mantan pemain Juventus itu mengatakan, "Roma sudah melakukan sebuah kesalahan. Mereka seharusnya memperpanjang kontrak Daniele. Mereka akan memulai proyek baru pada musim depan dan Daniele akan menjadi pemain yang tepat untuk menjelaskan kepada para pemain baru tentang apa artinya bermain dengan seragamGiallorossi. Roma adalah satu-satunya hal yang dicintai oleh Daniele."
Pernyataan Pirlo benar belaka. Selepas Francesco Totti pensiun, tak ada pemain selain Daniele De Rossi yang mengerti Roma secara luar dalam. Jika Roma ingin menjaga akarnya, De Rossi tentu bisa menjadi pembimbing yang pas. Namun, Roma punya pertimbangan tersendiri, dan saran Pirlo tentu sudah tak ada artinya lagi.
Pertanyaannya kemudian, ke mana De Rossi akan pergi?
Football-Italiamelaporkan bahwa De Rossi setidaknya punya tiga opsi: merapat ke PSG, Manchester City, atau ke New York City. Namun, melihat dari perkembangan sejauh ini, New York City FC barangkali pilihan yang paling masuk akal. Klub asal New York itu sangat serius memburu tanda tangan De Rossi.
Selain itu, cita-cita De Rossi barangkali bisa menjadi faktor pendukung. Dalam sebuah wawancaranya yang tayang di situs resmiAS Romapada 2016, ia mengaku bahwa suatu saat ia ingin menjadi seorangnew yorker.
"New York adalah salah satu kota yang paling menarik di dunia. Ketika Anda tinggal di Roma, Anda akan kesulitan menemukan tempat lain yang menyerupai kota Roma, tapi budaya dan gaya hidup di New York sangat menarik bagiku. Pada masa depan mungkin aku akan banyak menghabiskan waktuku di sana. Aku sangat terpesona karena New York begitu kontras dengan Roma," tutur De Rossi.
Baca juga artikel terkaitSERIE Aatau tulisan menarik lainnyaRenalto Setiawan