Data 1 Juta Pengguna di Indonesia Bocor, Facebook Bisa Kena Sanksi

pada 6 tahun lalu - by

Perusahaan analisis Cambridge Analytica ternyata tidak hanya mengumpulkan jutaan data pengguna Facebook dari Amerika Serikat saja. Indonesia ternyata turut menjadi korbannya.

Facebook mengumumkan ada 1 juta penggunanya di Indonesia yang datanya diambil secara diam-diam oleh Cambridge Analytica.

Menanggapi hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan apabila terbukti ada penyalahgunaan data pengguna di Indonesia, maka ada sanksi-sanksi yang siap dikenakan terhadap Facebook.

"Memang ada indikasi data pengguna Facebook Indonesia menjadi bagiandata caseCA (Cambridge Analytica). Kami sedang meminta angka pastinya," ujar Rudiantara, saat dihubungikumparan(kumparan.com).

"Terlepas dari hasilnya nanti, penggunaan data tidakproperoleh PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik) bisa melanggar PM (Peraturan Menteri) Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi maupun UU ITE. Sanksinya, bisa mulai dari sanksi administrasi, sanksi hukuman badan sampai 12 tahun dan sanksi denda sampai Rp 12 miliar," tegas Rudiantara.

Facebook yang termasuk ke dalam PSE, diminta untuk menaati peraturan yang ada, termasuk melindungi data-data penggunanya dari penyalahgunaan.

Bahkan, pria yang akrab disapa Chief RA itu juga mengatakan sudah mulai berkoordinasi dengan Polri untuk mengantisipasi apabila diperlukan penegakan hukum secepatnya.

Untuk membahas masalah ini, Rudiantara mengaku sudah menelepon dan memanggil perwakilan Facebook untuk menemuinya pada Kamis (5/4) sore.

Facebook sendiri melalui blog resminya telah mengungkapkan jumlah penggunanya di Indonesia yang datanya dikumpulkan Cambridge Analytica mencapai 1.096.666 pengguna. Angka itu menjadi yang terbanyak ketiga, di bawah AS di posisi pertama dan Filipina di posisi kedua.

Skandal Cambridge Analytica membuat Facebook memperbaiki sistem akses data oleh aplikasi pihak ketiga di dalam platform-nya. Platform media sosial itu menerima berbagai kritik terkait skandal ini dikarenakan Cambridge Analytica menggunakan data jutaan pengguna di AS untuk kampanye pemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2016.