Data: Rating Acara Mistis Lebih Tinggi dari Bincang-bincang

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Unsur mistis yang menjadi bagian dalam acara realitaKarmabukanlah sesuatu yang baru di dunia pertelevisian. Suguhan konten horor serupa di televisi telah berlangsung sejak kemunculanDunia Lain,Mister Tukul Jalan-Jalan, hinggaPemburu Hantu.

Berdasarkan hasil studi Remotivi dalam videoKarma di Balik Karma ANTV, kondisi tersebut bermula pada era Orde Baru. Genre horor berkembang pesat di Indonesia setelah meledaknya filmRatu Ularpada 1972.

Menjamurnya film horor kala itu dikatakan turut memicu Kode Etik Badan Sensor Film pada 1980 yang mewajibkan tokoh protagonis religius sebagai sosok penyelamat dalam tayangan horor.

Hingga pada akhir era Orde Baru, paham mistis muncul di televisi seiring tumbuhnya stasiun TV swasta lewat tayangan sepertiSi Manis Jembatan AncoldanTuyul dan Mbak Yul.


Tayangan-tayangan itu sempat menimbulkan kontroversi karena dianggap menjauhkan masyarakat dari agama ataupun realitas. Meski demikian, unsur mistis di layar kaca tak sepenuhnya hilang.

"Seiring lengsernya Orde Baru, mistisisme menjamur dan hadir dalam berbagai bentuk dariinfotainmentsepertiSilethinggareality showsepertiDunia Lain," papar narator.

[Gambas:Youtube]

Dalam video itu, Remotivi juga menyatakan, "Perubahan tren ini seakan mengatakan bahwa mistisisme merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dari realitas kehidupan masyarakat Indonesia."

Ini sejalan dengan data perusahaan riset Nielsen yang mengungkap bahwa secara umum acara mistis lebih menarik minat penonton dibandingkan bincang-bincang, sepertiPagi-Pagi Pasti Happy. Dalam periode Maret-April 2018,Pagi-Pagi Pasti Happyditonton rata-rata 300 sampai 400 ribu penonton setiap kali tayang.

Dalam periode yang sama,Karmadisaksikan rata-rata 1,9 juta penonton setiap kali tayang. Sedangkan serial drama turunan dariKarma, yaituKarma The Seriesditonton rata-rata 1,7 juta pemirsa sekali tayang dalam periode yang sama.

Besarnya minat penonton akan acara mistis ini dapat dikatakan bersaing ketat dengan acara yang sudah memiliki basis penonton seperti pertandingan sepak bola.

Dalam data Nielsen periode Maret-April 2018,Karmaberada di urutan kedelapan acara televisi yang paling banyak ditonton di Indonesia. Sebagai perbandingan, 50 persen rating televisi dikuasai oleh pertandingan sepak bola dan 30 persen oleh serial drama.


Nielsen menganggap ada sejumlah faktor yang memengaruhi rating sebuah acara televisi, yaitu konten atau durasi program, kompetisi, jadwal tayang, momen insidental, dan faktor kualitatif lainnya. Berdasarkan data Nielsen, dapat disimpulkan bahwa konten mistis masih cukup menarik minat penonton Indonesia, bahkan porsinya bisa dikatakan sejajar dengan hobi atau minat seperti sepak bola.

Durasi turut berperan dalam kesuksesan program. Sepuluh acara dengan penonton terbanyak di Indonesia versi Nielsen diisi oleh acara dengan durasi lebih dari 60 menit, seperti pertandingan sepak bola dengan durasi 90 menit per acara, juga drama yang rata-rata disiarkan selama 60 menit per tayang.

Karmayang mengandung konten mistis sendiri ditayangkan lebih dari 120 menit, sehingga memungkinkan menjaring lebih banyak penonton untuk menyaksikan acara tersebut.

Dengan pertimbangan itu, wajar ketika acara bincang-bincang sepertiPagi-Pagi Pasti Happyyang ditayangkan lebih dari 60 menit menambah konten mistis dengan menghadirkan paranormal Mbah Mijan guna menarik minat penonton untuk melihat acara tersebut.

[Gambas:Youtube]

Namun, keputusan tim produksi itu memiliki tantangan cukup berat. Faktor kompetisi untuk konten mistis kadung dimiliki olehKarmayang juga ditayangkan nyaris setiap hari, sehinggaPagi-Pagi Pasti Happybutuh dorongan konten dan faktor kualitatif lain yang kuat untuk menyalipKarma.

Data Nielsen mengungkap bahwaKarmamemiliki basis penggemar di kalangan masyarakat paruh baya, yakni berusia 50 hingga 54 tahun. Mereka diduga berasal dari kalangan ibu rumah tangga. Hal itu cocok dengan data Nielsen yang juga menunjukkan kecenderungan penontonKarmadidominasi oleh kaum hawa.

Golongan produktif yang berusia 20 hingga 34 tahun justru jarang menyaksikanKarmadi televisi.

Fakta itu bisa datang dari sejumlah faktor, seperti kesibukan yang membuat tak sempat menontonKarmayang ditayangkan setiap hari pukul 22.00 WIB, sehingga lebih memilih tak menonton, beralih ke YouTube, atau memang kehilangan minat akan acara televisi semacam itu.

Beralihnya minat menonton dari televisi ke acara yang disuguhkan layananstreamingseperti Netflix juga bisa jadi alasan kelompok masyarakat ini minim muncul sebagai penontonKarma.

Serial drama turunanKarma,Karma The Seriesjuga memiliki pola yang sama dengan acara induknya.


Berdasarkan pengelompokan ekonomi, acaraKarmadan serialnya lebih menarik minat golongan menengah, baik ke atas maupun ke bawah, serta golongan ekonomi bawah.

Hal ini bisa dipahami sebagai bentuk akibat kategori masyarakat ini masih mengandalkan televisi sebagai medium hiburan mereka.

Golongan masyarakat atas bukan menjadi kelompok penontonKarma. Banyaknya medium hiburan yang bisa dijangkau oleh golongan ini, seperti layananstreamingNetflix atau lainnya, diduga menjadi salah satu faktor pengalih dari Karma yang ditayangkan di televisi dan YouTube.

Kala dihubungiCNNIndonesia.com, Wakil Direktur Remotivi sekaligus penulis naskah videoKarma di Balik Karma ANTVYovantra Arief menuturkan soal alasan acara dengan genre demikian cukup mendapat tempat dan digandrungi.


"Masalah kultur adalah salah satu yang paling dominan. Kultur ini sebenarnya bisa dikembangkan dalam bentuk beda. Namun, televisi dan media butuh yang bombatis dan fenomenal supaya menarik penonton," katanya melalui sambungan telepon.

KemunculanKarmalantas disebut sebagai pembuka jalan tayangan berbau mistis kembali ke televisi, setelah sebelumnya sempat populerDunia Lain,Mister Tukul Jalan-Jalandan sebagainya.

"Itu merupakan dinamika televisi. Hal mistis itu musiman, ada masa laku banget, kemudian mati, ganti lagi dengan hal seperti joget-joget nyanyi.Karmaini pembuka jalan tayangan [dengan unsur mistis] seperti ini balik ke televisi," katanya.

Berita Terkait