David Foster ‘Sihir’ Yogyakarta
Musisi legendaris asal Kanada, David Foster, berhasil memukau Yogyakarta.
Hujan yang mengguyur Kota Gudeg sejak siang tak menyurutkan minat penggemar musik untuk hadir di Grand Pacific Hall, Kamis 6 April 2017 malam itu. Mereka bakal menonton konser bertajuk Hitman David Foster & Friends.
Dalam pertunjukan kali ini sang legenda juga menampilkan sejumlah musisi dan penyanyi lain seperti Chaka Khan, Brian McKnight, Thirdstory, Dira Sugandhi, Marcell dan Putri Ayu.
Sejak Maghrib, Jl Magelang terlihat sesak. Laju kendaraan tersendat akibat lalu-lalang orang memasuki gedung pertunjukan. Beberapa polisi tampak mengatur lalu lintas di depan gerbang gedung.
Memasuki halaman halaman gedung beberapa orang calo menyambut pengunjung yang baru datang dengan teriakan, “Tiket, tiket, gold, gold.” Mereka menawarkan tiket kelas gold.
Pengunjung yang baru datang itu ada yang tertarik membeli, ada pula yang cuma melengos sembari berujar singkat, “Sudah punya.”
Walau begitu, para calo ini tak patah arang. Mereka terus berusaha menjual tiket seraya mendekati orang-orang yang terus berdatangan memasuki halaman gedung pertunjukan.
Eko Santoso misalnya, ia menjajakan tiket kelas festival seharga Rp 350 ribu. Harga ini adalah harga resmi. Di tangannya terdapat sekitar 10 lembar tiket. Ia mengaku dapat tiket dari orang-orang yang tak jadi nonton dengan membayar seharga Rp 200 ribu.
“Saya hanya dapat untung sebesar Rp 150 ribu,” tuturnya. “Kalau nanti kurang laku, saya turunkan lagi harganya. Pokoknya biar tidak rugi.”
Kemungkinan, kata Eko, pengunjung tak mau beli karena memang telah memegang tiket dari rumah. “Bisa juga karena faktor cuaca. Karena dari siang hujan terus. Jadi tak banyak orang yang datang.”
Eko tak mau menjual tiket kelas gold karena harga ‘kulakannya’ lebih mahal ketimbang kelas festival. Memang, selain kelas festival, tiket yang paling banyak dijual adalah kelas gold. Bahkan untuk kelas gold, harganya didiskon menjadi Rp 500 ribu. Padahal harga resminya Rp 750 ribu.
Selain kelas festival dan gold, panitia juga menyediakan tiket kelas platinum seharga Rp 1,5 juta dan kelas VVIP seharga Rp 2,5 juta. Kedua jenis tiket ini sudah ludes jauh sebelum acara pertunjukan dimulai.
Juadi, calo tiket khusus gold termasuk yang kurang beruntung. Dari tiga lembar tiket di tangannya, yang laku baru cuma selembar. “Memang agak sepi, Mas. Dari tadi susah dapat orang yang mau beli,” ujar lelaki berkumis tebal ini.
Saat ditanya darimana ia dapat tiket? Ia enggan menjawab. Ketika kami tengah asyik berbincang, tiba-tiba Juadi ditarik oleh temannya ke sudut gedung yang terletak beberapa meter dari gerbang. Sang teman membawa dua orang calon pembeli, seorang pria paruh baya dan pasangannya. Mereka berempat lantas terlibat pembicaraan yang lumayan serius.
Tak lama berselang, si pria paruh baya dan wanita berkerudung yang jadi pasangannya itu meninggalkan Juadi dan kawannya. Si pengunjung sepertinya tak jadi membeli tiket dari Juadi. Hal ini tampak dari lembaran-lembaran tiket yang masih utuh di genggeman calo itu.
“Harganya tak cocok. Mereka nggak mau beli,” kata Juadi kepada saya.
Pembuktian David
Memasuki gedung pertunjukan, kerumunan penonton membludak di pintu masuk. Pintu masuk ini dipisahkan oleh pagar besi setinggi kurang lebih dua meter yang terletak di halaman gedung.
Masing-masing pintu masuk dibagi menurut kelas tiket yang dipegang penonton. Lolos pemeriksaan tiket, penonton harus melewati pemeriksaan sinar-x sebelum menaiki tangga gedung dan ruang pertunjukan.
Sebelum konser dimulai, ruang pertunjukan tampak sesak oleh ribuan penonton dan penggemar David, mulai dari kelas festival hingga VVIP. Penonton yang tak hanya dari seputaran Yogyakarta tapi juga Jakarta dan Bandung ini, terlihat antusias menantikan sang idola.
“Sekitar 4.000 tiket sudah terjual,” ujar CEO Rajawali Indonesia Communication, Anas Syahrul Alimi, pada konferensi pers sehari sebelumnya. Rajawali Indonesia Communication adalah promotor yang menghadirkan David Foster ke Indonesia.
Ketika waktu menunjukkan pukul 20.35 WIB, David Foster muncul ke panggung yang disambut gemuruh teriakan penonton. Pria 67 tahun itu lantas membuka konser dengan komposisi ‘Winter Games’, walau tak sampai tuntas.
Ia kemudian berdiri sambil menggenggam telepon seluler, lantas mengarahkannya ke penonton dan wajahnya sendiri. “Saya mencoba Instagram Live. Baguskah hasilnya?” kata David, yang lagi-lagi disambut teriakan histeria penonton.
Musisi Kanada itu lantas mengundang Putri Ayu ke atas panggung. Putri, penyanyi sopran berparas ayu, langsung melantunkan tembang ‘Time to Say Goodbye’.
Suara Putri yang khas dan melengking jernih pada nada-nada tinggi terasa menghipnotis. Sayang, gemuruh dan teriakan penonton yang kerap mengiringi alunan lagu agak mengganggu telinga ketika menikmati sajian yang ada.
Usai performa Ayu, giliran Thirdstory naik ke panggung. Trio ini terdiri dari Elliott Skinner, Ben Lusher, dan Richard Saunders. “Mereka bisa memainkan alat musik. Tapi malam ini saya takkan meminjamkan piano kepada mereka," kata Foster yang disambut gelak hadirin. Dan Thirdstory pun menyanyikan dua lagu; ‘Still in Love’ dan ‘G Train’.
Penampilan David di atas panggung sangat menghibur. Komposisi musik dan lagu serta komunikasinya yang kerap diiringi canda menyemarakkan suasana. Ia lantas memainkan sejumlah hits yang melejitkan namanya secaramedley. Dimulai dari ‘St Elmos, ‘Earth, Wind, and Fire’, dan ‘Glory of Love’..
Usai menampilkan sejumlah komposisi itu, David mengundang penyanyi Marcell Siahaan ke atas panggung. Mantan suami Dewi Lestari ini menyanyikan dua lagu; ‘Hard to Say I'm Sorry’ dan ‘Firasat’.
Sayang, penampilan Marcell kurang menggigit. Ia agak lemah di nada-nada tinggi. Walau begitu, penonton tetap menikmati sajian Marcell dengan antusias.
Penampilan memukau justru dipersembahkan oleh Dira Sugandhi. Penyanyi wanita itu menyanyikan lagu ‘Bodyguard’, ‘All by My Self’, dan ‘I Will Always Love You’. Lengkingan vokal Dira mengingatkan penonton akan suara khas Whitney Houston, sang diva Amerika.
David meminta Dira untuk melantunkan reff ‘I Will Always Love You’ kala ia sengaja menghentikan lagu itu secara tiba-tiba. “Biasanya penonton akan bersorak di bagian ini. Bersiaplah, Dira!" ucap David. Dan, suara Dira dan penonton pun bergemuruh melantangkan reff,“… and I will always love, will always love.”
Dapat dikatakan, koor ini adalah salah satu bagian yang paling menarik dan menggetarkan dari konser malam ini.
Brian McKnight yang mengisi pertunjukan usai Dira menyanyikan empat lagu seperti ‘Mornin’, ‘I Swear’, ‘After the Love’, dan ‘Back at Once’. Pada lagu ‘I Swear’, lagi-lagi koor penonton menggema mengikuti irama lagu yang dipopulerkan Boys II Men itu.
Chaka Khan yang mentas paling akhir menghibur penonton dengan ‘Ain't Nobody’, ‘Tell Me Somethin Good’, ‘Thru the Fire’, dan ‘I'm Every Woman’. Sayang vokal Chaka agak kurang pas dengan iringan musik. Seolah-olah ia ‘terbang’ sendiri meninggalkan David dan kawan-kawannya di belakang.
Secara keseluruhan, konser Hitman yang berlangsung sepanjang dua jam itu berhasil memuaskan dahaga pecinta musik di Yogyakarta. Namun, penampilan David dan kawan-kawan yang membawakan hampir 20 lagu ini tak didukung oleh kualitassoundsystemyang mumpuni.
“Sound-nya kurangnendang,” kata Iwan, salah seorang mahasiswa Yogya yang turut berjingkrak-jingkrak di kelas festival. “Apa karena pengaruh interior desain gedung, ya.”
Selain tata suara, antusiasme penonton yang berlebihan bersorak-sorai dan berkoor mengikuti penyanyi di panggung juga sedikit ‘menodai’ pertunjukan. Bagi penonton yang ingin serius menikmati sajian musik berkualitas agaknya harus menahan napas sementara.
“Seperti nonton konser musik metalaja.Nggakbisa menikmati dengan nyaman. Penontonnya terlalu berisik,” gerutu Imran, pria muda yang datang dari Jakarta. Walau begitu, ia tak menampik jika penampilan David Foster cukup memukau.
David sangat menguasai panggung dan begitu akrab dengan penonton. Canda-canda segarnya kala berinteraksi dengan para penyanyi danaudienssangat menghibur. Ia berhasil menampilkan kapasitasnya sebagai musisi kawakan yang juga penguasa panggung.