Dear Ibu yang Jadi Teroris, Dengarkan Kisah Ibu Driver Go-jek Ini

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Publik langsung terhenyak, kayak ada petir di siang bolong saat tahu pelaku pemboman di Gereja GKI Surabaya adalah ayah, ibu dan anak mereka.

Dita Upriyanto sebagai kepala keluarga membagi tugas kepada istri, Puji Kuswati dan keempat anak mereka, Yusuf Fadil (18), Firman Halim (16), Fadila Sari (12), dan Pamela Riskita (9) untuk menjalankan misi bom bunuh diri ke tiga titik gereja yang saat itu ada umat yang sedang beribadah.

Dan, korban pun berjatuhan. 13 tewas (termasuk pelaku teror) dan 47 lainnya luka-luka.

Melibatkan anak sendiri untuk jadi 'pengantin' bikin publik sangat geram. Kok, tega-teganya sih sampai mengajak anak bunuh diri dengan meninggalkan ketakutan.

Lagipula, kenapa sih Puji sampai nurut banget sama perintah suami untuk menjalankan aksi bengis ini dengan mengajak serta empat anak mereka?

Mana yang katanya setulus-tulusnya kasih sayang, adalah kasih sayang ibu terhadap anaknya. Mana yang katanya ibu menjadi tempat keluh kesah anak, apapun itu.

via GIPHY

Pasti dong, kalau anak sakit yang terdepan menolong adalah ibu. Ibu juga biasanya yang paling rajin mendoakan agar putra-putrinya selalu mendapat berkah dari Tuhan dan punya masa depan yang cerah.

Kadang seorang ibu juga menjadi seorang yang kuat hingga energinya melebihi laki-laki. Sayangnya, itu semua lenyap ketika pikiran sang ibu sudah terpatri paham radikal.

Ada perasaan miris ketika psikolog Universitas Indonesia, Mira Noor Milla, berbicara kepada Republika mengatakan kalau perempuan yang sudah didokrin berpotensi jadi teroris yang militan.

Selain itu, katanya, teroris wanita cenderung lebih setia dan taat. Punya pemikiran tertutup sehingga sulit digoyahkan.

Pendapat Mira bukan tanpa bukti. Itu didapatnya ketika diskusi dengan pelaku peledakan.

Mira menceritakan diskusinya dengan pelaku peledakan bom panci di depan Istana Negara pada Agustus 2017, Dian Yulia Novi. Mira meminta pendapat Dian tentang apa yang dilakukan suaminya.

“Saya tanya, ‘kamu gimana melihat suamimu yang nganter, mau nganter istrinya yang lagi hamil untuk meledakkan dirinya. Itu suami seperti apa?" tutur dia.

Mira mengatakan jawaban Dian ketika itu cukup mengagetkan. Mira menerangkan Dian berkata akan tetap pergi meski sang suami tidak mengantarkannya.

 

Ibu jadi driver Go-Jek

Untuk sosok ibu teladan bisa mencontoh kepada Siti Qomariyah, yang menjadi driver Go-Jek demi bisa memenuhi kebutuhan suami dan ketiga anaknya.

Kepada Kumparan, Siti bercerita kalau dirinya rela mencari nafkah dengan menjadi driver Go-Jek karena terinspirasi dari ibunda yang banting tulang dengan berdagang kecil-kecilan demi menghidupi anak.

Bekerja di jalanan sungguh berisiko tinggi bagi seorang wanita. Namun, rasa lelah hilang ketika ingat anak-anaknya.

Ada juga kisah Pipit Pitriasih asal Majalengka, Jawa Barat. Setelah ditinggal suami untuk selama-lamanya, dia pilih jadi driver Go-Jek demi bisa menghidupi ketiga anaknya.

Pipit ingin ketiga anaknya punya masa depan yang cerah dengan mengikuti pendidikan formal, meskipun dirinya harus bekerja dengan menghadapi risiko tinggi setiap harinya.

So, bagi ibu yang memilih jalan radikal demi meraih tujuan bisa belajar dari ibu-ibu yang punya hati tulus dalam membesarkan anak.

Keringat para ibu pekerja keras itu tak bakal sia-sia kalau saja anak-anaknya sudah besar menjadi orang sukses. Termasuk sukses menebar kedamaian, bukan kebencian.