Diboikot Brand, Zuckerberg Tetap Ogah Ubah Kebijakan Facebook

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

(Ilustrasi/Unsplash)

Uzone.id-- Aksi boikot Facebook dari deretan brand ternama agar menghentikan iklan digital di platformnya tampaknya masih dianggap masalah enteng oleh sang CEO, Mark Zuckerberg.

Sebagai pucuk pimpinan, tentu Zuckerberg paham betul siapa-siapa saja yang menangguhkan iklan digitalnya di Facebook. Belakangan ini, brand besar seperti Coca-Cola, Unilever, Verizon, Microsoft, Vans, Starbucks, Adidas, hingga Honda kompak memboikot platform jejaring sosial raksasa itu.

Mayoritas brand memutuskan ini sebagai tanda solidaritas sosial terhadap isu kekerasan dan rasisme yang terjadi di Amerika Serikat, dan Facebook sebagai perusahaan teknologi dianggap menutup mata karena tidak melakukan apa-apa -- konten yang menyerang para pendemo, hingga konten berbau kebencian dibiarkan berseliweran oleh Facebook.

Baca juga:Microsoft Gabung ke 'Geng Boikot' Facebook

Terkait hal itu, Zuckerberg menunjukan sikap bahwa perusahaannya tetap pada pendirian untuk tidak mengubah kebijakan apa-apa.

“Kita tidak akan mengubah kebijakan atau pendekatan terhadap apapun karena adanya ancaman persen kecil dari pendapatan perusahaan, atau persenan apapun terhadap pendapatan kita,” ungkap Zuckerberg kepada para karyawan secara virtual, seperti dikutip dari The Information.

Tak hanya itu, pernyataan Zuckerberg pun tampak tetap ingin menunjukan sikap tenang di tengah boikot ini, karena menurutnya, aksi boikot ini terjadi lebih berdasarkan kepada reputasi dan masalah kemitraan ketimbang finansial.

“Tebakan saya, para pengiklan ini akan kembali ke platform dalam waktu dekat,” kata Zuckerberg.

Baca juga:Honda Indonesia Boikot Facebook?

Facebook mendapati nilai pasar sebesar USD60 juta lenyap dalam dua hari di awal pekan ini karena brand-brand besar kompak memboikot platformnya, namun baru-baru ini sebagian besar sahamnya telah pulih kembali.

Sebelumnya, juru bicara Facebook sempat mengatakan bahwa perusahaan berniat memberikan label “newsworthy” alias “layak diberitakan” di postingan para politikus yang melanggar kebijakan ujaran kebenciannya dan memperketat aturan untuk para pengiklan.

Kemudian eksekutif Facebook juga telah mencoba menggelar diskusi tertutup untuk membahas kekhawatiran para pengiklan, namun tampaknya diskusi tersebut tidak berjalan lancar karena brand menganggap Facebook enggan melakukan apa-apa.

“Kami menganggap serius isu ini dan menghormati masukan dari para mitra. Ada kemajuan dari cara kami mengatasi konten berisi ujaran kebencian, dan kami tidak menerima keuntungan apapun dari sini. Seperti yang sering kami tekankan, kami membuat kebijakan berdasarkan prinsipal, bukan tekanan pendapatan,” ujar juru bicara Facebook.