Dicari Popok Super Khusus Astronot

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising


Suara.com– “Cepat ambilkan saya selembar serbet,” seru komandan misi Apollo 10, Tom Stafford, “Ada sepotong kotoran yang mengambang di udara.”

“Itu bukan saya. Itu bukan milik saya,” sahut John Young, yang bertugas sebagai pilot modul antariksa.

“Itu kayaknya bukan milik saya,” imbuh Gene Cernan, pilot modul khusus bulan.

“Punya saya lebih lengket dari itu. Buang benda itu jauh-jauh” jawab Stafford.

“Oh, Tuhan!” teriak Young sebelum ketiganya tertawa terbahak-bahak.

Ini bukan percakapan dalam sebuah film komedi fiksi ilmiah. Ini adalah catatan pembicaraan antara kru antariksa NASA 1969, yang sedang berpetualang ke bulan, tentang sepotong kotoran manusia yang melesat di ruang tanpa gravitasi.

Lebih dari itu, ini merupakan salah satu catatan sejarah awal tentang bagaimana salah satu fungsi dasar tubuh manusia bisa berubah menjadi ancaman terhadap nyawa dan misi antariksa.

Kini hampir separuh abad setelah misi bersejarah itu, NASA rupanya masih dipusingkan dengan masalah yang sama: bagaimana cara buang air yang aman dan sehat di luar angkasa?

Saat ini NASA telah memiliki toilet luar angkasa di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Sementara ketika para astronot bertualang menggunakan pakaian khususspacesuit, mereka biasanya mengenakan popok.

Hanya saja popok ini cuma bisa bertahan selama beberapa jam. Saat NASA berencana menggelar misi yang melampui tata surya, popok ini sudah tak lagi bisa diandalkan.

Untuk mencari solusi masalah ini, NASA menggelar sayembara dengan hadiah 30.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp407 juta. Sayembara ini digelar di situs pendanaan massal, HeroX dan bertujuan mencari teknologi popok super yang bisa digunakan oleh astronot.

“NASA mencari solusi sistem manajemen feses, urin, dan haid yang bisa digunakan oleh para kru dalam pakaian khusus mereka dan yang bisa bertahan hingga 144 jam,” tulis NASA dalam situs tersebut.

Sayembara itu dimulai akhir Oktober lalu dan akan berakhir pada 20 Desember mendatang. (Live Science)



Berita Terkait:



viahttp://www.suara.com/