Wis sakmestine ati iki nelongso [Sudah semestinya hati ini sedih] Wong sing tak tresnani mblenjani janji [Orang yang kucintai ingkari janji] Opo ora eling naliko semono [Apa tidak ingat pada waktu itu] Kebak kembang wangi jroning dodo [Bagai bunga wangi dalam dada] ...
Mungkin, tak ada lagu yang paling hebat menggambarkan rasa sakit hati atau lara yang dirasakan seseorang selain lantunan langgam milikDidi Kempot.
Musisi asal Solo ini bukan hanya memiliki kekuatan dari segi lirik yang sederhana namun mengena, tapi juga mampu menusuk hingga relung perasaan para pendengar lagu-lagunya yang diiringi tabuhan gendang.
Didi Kempot adalah salah satu fenomena dalam musik Indonesia, terlepas dari namanya kian viral melambung dalam satu bulan terakhir. Musisi kelahiran 31 Desember 1966 ini sejatinya telah bermusik sejak 1984. Ia menjalani karier bermusik dari tahap yang amat bawah, menjadi pengamen.
Namun bakat seni musik yang berasal dari sang ayah mengalir deras dalam nadinya. Hal itu kemudian membantu Didi dalam menciptakan lirik yang mampu membuat pendengarnya tergugah.
Kemampuan Didi pun mengantarkan dirinya ke ruangan rekaman setelah menjalani kehidupan yang penuh lara di jalanan ibu kota. Tapi rezeki Didi bukan hanya sampai ke rekaman. Ia melesat hingga Belanda dan Suriname.
Musisi kelahiran 31 Desember 1966 ini sejatinya telah bermusik sejak 1984. (dok. Didi Kempot Official)
Didi Kempot sudah menghasilkan puluhan album, setidaknya yang tercatat adaStasiun Balapan(1999),Modal Dengkul,Tanjung Mas Ninggal Janji, Seketan Ewu, Plong(2000),Ketaman Asmoro(2001),Poko'e Melu(2002),Cucak Rowo(2003),Jambu Alas bersama Nunung Alvi(2004) danOno Opo(2005).
Bahkan, dirinya menyebut sudah membuat sampai 700 lagu sepanjang dia berkarier meskipun kini pencatatannya masih dalam proses.
Satu hal lain yang membuat Didi Kempot menarik adalah ia tergolong musisi yang jarang disorot media arus utama, namun tak pernah sepi dari tawaran manggung, meski dari kampung ke kampung.
Kondisi itu juga yang membuat Didi memiliki basis penggemar yang kuat di tahap akar rumput. Bahkan, Didi memiliki fan fanatik yang menyebut dirinya sebagai sadbois atau sadgerls atau Sobat Ambyar.
Mereka juga yang 'bertanggung jawab' karena meriuhkan dunia maya pada awal Juni 2019 lalu. Didi Kempot, sekonyong-konyong, menjaditrending topic.
Bukan hanya namanya, melainkan ada ragam titel yang muncul untuk Didi Kempot alih-alih penyanyi campursari, yaitu Bapak Loro Ati Nasional, hingga Godfather of Broken Heart.
Fenomena 'perkempotan' belum rampung. Sekonyong-konyong pula, banyak orang mendeklarasikan diri menyukai Didi Kempot. Lagunya kembali didengar, bahkan tak sedikit yang mewek sesengukan terbius daya magis Kempot.
Didi Kempot layak disebut legenda. Ia memiliki kemampuan bermusik luar biasa bak tak kenal 'mati kreativitas'. Didi terus bereksperimen di usianya yang 52 tahun dan 30 tahun lebih menjalani karier bermusik.
Didi Kempot bahkan kini bukan hanya favorit para ibu-ibu, bapak-bapak, atau mas-mas atau pun mbak-mbak, ia mampu menarik generasi milenial yang konon lebih fasih berbahasa Inggris dibanding berbahasa Indonesia yang baku.
Bahkan, Didi Kempot kini dikabarkan akan menjadi pengisi festival musik indie yang hit di Jakarta dan menjadi penampil festival jazz bertaraf internasional. Didi, dengan langgam Jawa miliknya, melintas genre dan generasi.
Atas fenomena itu,CNNIndonesia.comberusaha merekam dan mengisahkan kepada para pembaca sebagian dari langgam hidup Didi Kempot dalam fokus seri legenda kali ini, "Langgam 'Loro Ati' Didi Kempot".
Kami menyadari masih ada banyak cerita yang belum terungkap dari sosok Didi Kempot, sebanyak emosi yang dirasakan ketika mendengarkan lagu-lagunya, dan belum masuk dalam catatan kami.
Terlepas dari itu semua, pesan Didi Kempot yang paling nyata dari perjalan kariernya adalah masyarakat sudah semestinya bangga dan tak malu atas karya lokal, sebangga Didi Kempot dengan musik Jawa yang mengantarkannya ke status "Godfather". ... Aku nelongso mergo kebacut tresno [Aku terluka karena ku jatuh cinta] Ora ngiro saikine cidro [Tak terkira kini ku terluka] Ora ngiro saikine kowe cidro [Tak terkira sekarang kau ingkar]