Digitalisasi, Kunci Sukses Daya Saing Indonesia

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Indonesia bisa memiliki daya saing tinggi di masa depan jika roda ekonomi berjalan efisien dan digitalisasi adalah kunci menghantarkan hal tersebut.

“Selama ini kontribusi dari sektor komunikasi dan informasi menyumbang sekitar 4% dari GDP. Tahun depan mudah-mudahan akan semakin besar. Pada 2020 sekitar 10-12% digital economy akan disumbang oleh sektor digital baik device, network, aplikasi hingga penyiaran digital,” ungkap Menkominfo Rudiantara, dalam sebuah diskusi kemarin.

Menurutnya, agar target itu tercapai, perlu upaya-upaya yang tidak biasa agar industri telekomunikasi tumbuh sehat. Harga dapat turun, pengguna makin banyak karena tarif makin terjangkau (affordable).

Pada kesempatan yang sama, Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, Daya Saing Koperasi dan UKM Kemenko Ekonomi M.Rudy Salahuddin menyebut bahwa untuk mencapai visi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar digital di Asia Tenggara 2020 fokusnya adalah pada penguatan pelaku usaha lokal.

“Sejumlah program prioritas kami siapkan seperti pertumbuhan eCommerce, industri kreatif, keuangan inklusif, UMKM Go Digital dan penguatan perusahaan pemula (start up). Sejumlah tantangan butuh diselesaikan dengan sinergi berbagai pihak seperti meratanya akses internet kecepatan tinggi dan literasi teknologi informasi dan komunikasi agar cerdas memilih dan memilah informasi yang dibutuhkan," katanya.

Anggota Wantiknas (Dewan TIK Nasional) Garuda Sugardo, salah satu yang menjadi perhatian pihakny adalah penerapan smart city.

“Masalah smart city di berbagai kota di Indonesia adalah perlu ada standar yang disepakati dalam penerapan kota cerdas,”ungkapnya.

Garuda menambahkan kalau dalam pengembangan ekonomi digital, alangkah eloknya bila ada keberpihakan industri pada pengembangan infrastruktur dalam negeri.

Wakil Direktur Utama Tri Indonesia Dany Buldansyah mengungkapkan ada beberapa kendala yang membuat industri telekomunikasi khususnya operator sulit bergerak.

“Tingginya biaya infrastruktur dalam memberikan data yang berkuatlitas dan harga terjangkau ke masyarakat,”ungkapnya.

Vice President Samsung Indonesia Lee Kang Hyun mengatakan bahwa sinergi dari pemerintah selaku regulator, operator, dan penyedia ponsel seperti pihaknya harus berjalan dengan baik.

“TKDN pada 4G mendorong penetrasi 4G hingga mencapai 72% di akhir tahun 2016. Jadi, artinya kini semakin banyak ponsel 4G yang berada di konsumen,” katanya.

Sedangkan Marketing Director Advan Tjandra Lianto mengatakan pihaknya terus menerus mencari insight dari konsumen untuk memproduksi ponsel sesuai kebutuhan konsumen. “Ekosistem digital harus diciptakan dengan citarasa lokal dan membumi,” katanya.

Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M.Syarkawi Rauf menggarisbawahi bahwa di industri telekomunikasi tarif atau harga ke konsumen jadi sinyal apakah industri punya kecenderungan praktek-praktek bisnis yang melanggar aturan.

“Konsen kami saat ini yang harus diselesaikan adalah tarif interkoneksi, tarif off-net, frekuensi, dan network sharing,” ungkapnya.(tp)