Dimas Djayadiningrat dan Misteri Ibu Yang Muncul dari Magic Jar

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Astaghfirullahaladzim...
Kerja lembur bagai kuda,
Sampai lufa orang tua
Oh hati terasa durhaka...

Familier dengan lagu iklan di atas? Ya, iklan departemen store Ramayana tengah viral beberapa pekan terakhir. Selain aransemen kasidah yang eksentrik, ada sejumlah kelucuan di iklan ini.

Salah satu yang ramai dibicarakan warganet, penampakan kepala ibu yang muncul dari magic jar. Iklan ini memanen pujian dari Joko Anwar hingga CEO perusahaan multinasional. Kreator di balik iklan fenomenal ini, sutradara Dimas Djayadiningrat (44).

“Selera humor orang macam-macam. Saya senang dari Joko Anwar hingga warganet lain di pelosok daerah menyukainya, bahkan ada CEO perusahaan multinasional yang menyebutnya bagus. Itu membanggakan bagi saya,” ujar Dimas di Jakarta Selatan, pekan lalu.

Yang menjadi perhatian dan pertanyaan warganet hingga kini, mengapa harus ada kepala ibu muncul dari magic jar. Saat kami menanyakan ini, sutradara kelahiran 24 Agustus itu terbahak. Menurutnya, kepala muncul dari penanak nasi gimik yang tidak direncanakan. Ketika presentasi di depan klien, tidak ada konsep kepala muncul dari magic jar.

“Begini, grup kasidah adalah story teller yang menjabarkan keseluruhan konsep iklan. Jadi mereka harus muncul di berbagai set lokasi. Di ruangan yang besar seperti kantor dan pasar, mereka bisa muncul berjajar. Di rumah indekos, tak semua anggota bisa muncul. Saya mengakalinya. Ada yang muncul di keranjang cucian, di lantai, di meja, tapi masih kurang. Saya melihat ada magic jar. Akhirnya saya bilang kepada kru, suruh si ibu itu muncul dari magic jar,” Dimas mengingat.

Di luar dugaan, adegan kepala muncul dari magic jar menyita perhatian khalayak. Klien  tidak protes, mereka malah menyebut itu ide yang tidak tertebak. Sadar bahwa ide Dimas sangat liar, klien tidak memberi batasan. Ini membuat Dimas nyaman.

“Karena tidak dibatasi, muncul banyak ide ngawur. Ha ha ha!” seloroh Dimas seraya menambahkan, “Gaya melucu saya memang enggak jaim dan receh. Selera humor receh itu bukan berarti jelek, lo. Dulu saya bikin iklan kolosal es krim. Ujug-ujug pendekarnya mengeluarkan gadget. Tidak masuk akal, tapi meledak. Banyak yang suka.”

(wyn / gur)