Dipaksa Tonton Video Pencabulan Anak, Microsoft Didugat

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Dua pegawai perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat, Microsoft,  ini tak menyangka pekerjaan mereka justru memicu gangguan kejiwaan.   Henry Soto dan Greg Blauert, nama kedua pegawai itu,  memilih mundur dan menggugat pembuat sistem operasi Windows tersebut.

Keduanya menuding Microsoft tak pernah menyebut mereka akan mengalami masalah mental, PTSD, karena harus menyisir foto-foto pencabulan anak, video pembunuhan dan materi ekstrim lainnya di layanan online perusahaan.

Soto dan Blauert ditugaskan dalam Tim Keamanan Online Microsoft sejak 2008, menyusul aturan pemerintah Amerika Serikat agar materi melanggar hukum seperti pornografi anak harus dilaporkan ke Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Dieksploitasi (NCMEC).

Soto dan Blauert  adalah satu dari sekian pegawai yang bertanggung jawab untuk menyisir material-material ini. Mereka bertugas untuk menghapus atau bahkan melaporkan material yang dianggap melanggar hukum ke polisi.

Soto dalam gugatan yang diajukan ke Pengadilan King County Superior, negara bagian Washington, mengatakan ia dipindah ke tim ini tanpa persetujuannya.

“Dan selama masa kerjanya, Soto harus menyaksikan ribuan foto dan video yang sangat kejam, tidak manusiawi dan memuakkan bagi siapa pun.”

Materi-materi kejam ini sangat mempengaruhi kesehatan jiwa Soto. Puncaknya saat dia mengalami mimpi buruk dan halusinasi setelah menyaksikan video seorang gadis disiksa dan dibunuh.

Soto kemudian dipindahkan ke posisi baru pada 2014 setelah mengalami gejala stress pasca-trauma sebelum akhirnya mundur dengan alasan kesehatan setahun kemudian.

Ben W Wells, pengacara yang mewakili Soto mengatakan kepada The Register bahwa materi-materi ekstrim ini berada di Bing dan disimpan di OneDrive.

"Beberapa dari pengguna layanan ini menyimpan hal-hal yang melanggar hukum," kata Wells. "Berdasarkan hukum, Microsoft  diwajibkan melapor jika ada yang melanggar hukum."

Adapun Blauert mulai bekerja di sebagai kontraktor Microsoft sejak 2011 untuk menyisir konten-konten bermasalah. Setahun kemudian ia menjadi pegawai tetap dengan tugas serupa. Tak kuat menyaksikan konten-konten ekstrim, Blauert akhirnya mundur pada 2013.

Microsoft dalam jawaban tertulisnya membantah gugatan keduanya. Mereka menegaskan kesehatan karyawan menjadi prioritas. “Kami memiliki program untuk membantu karyawan yang harus mengawasi konten-konten bermasalah.”
DAILY MAIL | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI



Berita Terkait: