Ditemukan Rangka Manusia Berusia 10.000 Tahun Lebih di Gua Pawon
Di bawah coretan vandal di salah satu dinding lubang Gua Pawon, beberapa orang menggali tanah secara saksama, Selasa 21 Maret 2017 siang. Di sanalah, ribuan tahun lalu, manusia-manusia prasejarah pernah bertempat tinggal sekaligus berkubur. Penggalian dimaksudkan untuk mencari tulang manusia prasejarah yang masih tersisa.
”Dari teori hunian gua, di keilmuan arkeologi, ada tiga fungsi gua. Sebagai tempat hunian, tempat penguburan, dan multifungsi atau bisa buat hunian sekaligus penguburan. Gua Pawon ini multifungsi. Nah, yang difungsikan jadi tempat penguburan itu biasanya tempat yang jarang dilalui. Di sinilah tempatnya,” kata Lutfi Yondri, ketua Tim Penelitian Prasejarah Gua Pawon sekaligus peneliti utama di Balai Arkeologi Bandung.
Dalam konstruksi ribuan tahun silam, dia melanjutkan penjelasannya, gua Pawon awalnya berbentuk sangat besar. Proses alam meruntuhkan beberapa bagian gua sehingga menyisakan lubang-lubang berukuran kecil yang terbuka. Itulah yang—sala satunya—berlaku di lokasi penggalian, Desa Gunungmasigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Di depan lokasi penggalian itu, terlihat benang-benang kotak ekskavasi arkeologi. Lutfi menerangkan bahwa penelitian kali ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian awal yang dilakukan sejak 2003. Kalakian, setelah gua Pawon diteliti oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung, muncul dugaan akan kehidupan manusia purba di sekitar gua tersebut.
”Soalnya, di Sungai Cibungkur, yang jadi bagian depan gua Pawon, mereka menemukan benda-benda yang diduga sebagai artefak. Artefak itu kan alat bantu, jadi pasti ada manusianya juga. Di survei-survei, di gua Pawon ini kemudian ditemukan sisa-sisa tulang, batu-batu, dan benda lainnya yang berkaitan dengan manusia purba. Makanya, penelitian dilanjutkan dari sisi arkeologis,” tuturnya.
Pada 2004-2005, ucap dia, hasil penelitian arkeologi yang dia pimpin mendapatkan hasil signifikan. Beberapa rangka manusia prasejarah ditemukan. ”Pada waktu itu, juga diukur kapan usia budayanya. Ini juga terkait dengan kehidupan prasejarah Danau Bandung Purba. Di sekitar Danau Bandung Purba, sudah ditemukan artefak-artefaknya, tapi tidak ditemukan manusianya,” katanya.
Dalam penelitian sampai 2014, sudah didapati lima rangka manusia prasejarah dari lima individu. Rangka-rangka itu ialah tulang tengkorak, tulang tengkorak bagian belakang, tulang rahang atas, tulang rahang bawah, serta dua rangka yang terkubur dengan posisi terlipat dalam keadaan tulang yang rapuh.
Walaupun ditemukan dalam satu ruang gua yang sama, menurut Lutfi, kelima rangka manusia prasejarah itu mewakili umur budaya yang berbeda-beda. Hal tersebut diketahui berdasarkan posisi stratigrafi atau kedalaman dari permukaan tanah. Di dalam hukum superposisi, semakin dalam rangka manusia yang ditemukan, semakin tua usia budayanya.
”Yang menarik di gua Pawon ini, kami menemukan rangka manusia pada lapisan tanah yang berbeda. Kalau berada di lapisan tanah yang sama, kan berarti ada pada umur budaya yang sama. Nah, lima rangka manusia prasejarah itu diperkirakan hidup pada rentang periode 5.600-9.500 tahun yang lalu,” katanya.
Selain usia hidup dan mati manusianya, tutur dia, melalui pengembangan penelitian forensik odontologi, bisa diketahui pula informasi lainnya, seperti kelompok ras dan analisis pola nutrisinya. ”Selain berburu binatang, dia ngapain lagi? Manusia prasejarah yang ditemukan di gua Pawon ini berasal dari ras Mongoloid,” ujarnya.
Sempat terhenti karena meneliti gunung Padang, Kabupaten Cianjur sejak 2014 demi menyelesaikan desertasi, Lutfi kemudian memimpin kembali penelitian arkeologi di gua Pawon pada tahun ini. Sejak Rabu 15 Maret 2017 lalu, ada dua rangka manusia prasejarah dari umur budaya yang berbeda yang ditemukan Lutfi bersama tim yang terdiri atas 7 orang dari Balai Arkeologi Bandung dan 7 warga lokal.
”Sebelumnya sudah ditemukan lima rangka, yaitu 3 rangka di kedalaman 80 sentimeter (berusia 5.600 tahun lalu), 1 rangka di kedalaman 147 sentimeter (berusia 7.300 tahun lalu), dan 1 rangka di kedalaman 167 sentimeter (berusia 9.500 tahun lalu). Nah, dua rangka yang ditemukan pada 2017 ini ada di kedalaman 230 sentimeter dan 245 sentimeter. Jadi, simpulan sementara, dua rangka manusia ini usianya lebih dari 9.500 tahun lalu atau 7.500 SM,” katanya.
Hingga kemarin, satu rangka sudah bisa diangkat, sedangkan satu rangka lagi masih dalam proses ekskavasi. ”Masih terlihat ritme anatomisnya atau rangkaian tulang yang satu dengan yang lainnya. Ada tulang tengkorak, rahang, lengan, paha, tulang kering, kemudian jari-jari telapak kaki,” ucapnya.
Lutfi mengatakan, penggalian akan terus dilakukan sampai masa penelitian berakhir, Sabtu 25 Maret 2017 mendatang.
”Dalam sehari, paling, kami bisa meneliti sampai kedalaman 20 sentimeter karena penggaliannya harus harus dilakukan secara hati-hati. Semua temuan yang terdeposisi di dalam tanah harus kami kumpulkan semua, makanya tanah yang diambil itu diayak lagi. Dari temuan itu, kemudian bisa diinterpretasikan budaya masa lalu,” katanya.
Dia berharap, dalam penelitian ini, dapat menemukan rangka manusia prasejarah yang semakin lengkap sehingga bisa dilakukan perekaan, termasuk merekonstruksi wajah ”Manusia Pawon”. Penggambaran detail hasil temuannya baru bisa diketahui pada pekan depan, setelah proses ekskavasi selesai.
”Yang jelas, migrasi budaya prasejarah itu dari kawasan Asia Daratan ke kawasan Nusantara sampai Pasifik. Jabar diperkirakan turut mempunyai pertanggalan atau kronologi budaya pada sekitar 35.000 tahun lalu. Sementara ini, masih manusia prasejarah berusia 9.500 tahun lalu. Jadi, sebetulnya masih banyak pekerjaan rumah kita,” katanya.***