Ditemukan Tewas, Kiprah Pendiri Matahari Berawal dari Toko Kecil Mickey Mouse

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Hari Darmawan, pendiri waralaba Matahari dan juga tempat rekreasi terkenal di Bogor, yakni Taman Wisata Matahari, tutup usia.

Hari ditemukan tewas di Sungai Ciliwung, Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Sabtu (10/3/2018) pagi.

Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar Andi Mochammad Dicky mengatakan, jasad Hari ditemukan dalam posisi tengkurap dan tersangkut batu kali.

”Korban dilaporkan hilang sejak Jumat (9/3) malam, saat mengunjungi vilanya di Lokawiratama Hankam, Desa Leuwimalang. Dia ditemukan meninggal dunia di sekitar 100 meter dari vilanya,” kata Dicky melalui keterangan tertulis kepadaSuara.com, Sabtu siang.

Hari, semasa hidup, bukan orang sembarangan dalam dunia perbisnisan nasional. Lahir di Makassar—dulu Ujung Pandang—Sulawesi Selatan pada 27 Mei 1940, ia memunyai bakat untuk mengembangkan usaha kecil menjadi korporasi yang diturunkan dari sang ayah, Tan A Siong.

Tan A Siong, seperti dilansirWikipedia, adalah pengusaha lokal Makassar yang behubungan dengan produk-produk pertanian.

Pada era 1950-an, bisnis sang ayah bangkrut. Alhasil, Hari bersama orang tua dan 12 saudaranya harus kembali memulai usaha dari nol.

Untuk meringankan beban orang tua, seusai lulus SMA, Hari merantau ke Jakarta mencari pekerjaan. Selain bekerja di ibu kota, ia menjalin kisah asmara dengan putri pemilik ”Mickey Mouse“, toko serba ada (toserba) kecil di Pasar baru, Jakarta Pusat.

Setelah menikahi perempuan tersebut, mertua hari menjual Toserba ”Mickey Mouse” kepadanya. Ternyata, di tangan dingin Hari, toserba itu berkembang pesat menjadi besar.

Keuntungan dari Toserba ”Mickey Mouse” diinvestasikan kembali Hari untuk membeli  toserba yang terbesar di Pasar Baru kala itu: ”Toko De Zon”.

Hari membeli ”Toko De Zon” di Pasar Baru pada tahun 1968. Untuk diketahui, ”De Zon” adalah bahasa Belanda yang berarti “Matahari”.

Ketika beralih tangan kepada dirinya, Hari mengganti nama toserba yang berbau Belanda itu dengan “Matahari”.

Toserba Matahari sendiri kali pertama membuka gerai pada 24 Oktober 1958 di gedung dua lantai seluas 150 meter persegi di Pasar Baru.

Seiring waktu, Matahari berkembang pesat dan pada medio 1980-an, Hari mampu membuka cabang-cabang di nyaris seluruh wilayah Indonesia.

Matahari menjelma sebagai toko jaringan ritel terbesar di Indonesia sejak saat itu.

Namun, arus balik terjadi pada tahun 1997,  ketika Indonesia dilanda krisis moneter dan destabilisasi politik yang berakhir dengan runtuhnya kekuasaan otoriter Soeharto.

Matahari kala itu mengalami kerugian besar dan Hari tak lagi sanggup menanggungnya. Alhasil, toserba legendaris itu beralih tangan kepada Lippo Group.

Setelahnya, Hari mendirikan perusahaan swalayan baru bernama “Hari-Hari”. Ia juga membangun tempat wisata bernama Taman Wisata Matahari di Cisarua, Bogor.

 

 

Berita Terkait: