Down For Life: Musik Cadas Harus Selalu Berbahaya
Ulang tahun ke-73 Republik Indonesia tidak hanya mengangkat kembali kenangan perjuangan para pahlawan di masa lalu, namun juga membawa berbagai harapan baru, khususnya di kalangan para pemuda.
Setelah berbagi cerita mengenai kilas balik perjalanan mereka selama tampil di festival musik cadas terbesar di dunia, Wacken Open Air 2018, beberapa waktu lalu, unit metal asal Kota Solo, Down For Life, pun sempat membicarakan tentang harapan mereka untuk Indonesia di usianya saat ini.
Bagi sang vokalis, Stephanus Adjie, beserta dengan para personel Down For Life lainnya, harapan tersebut tak hanya ditujukan bagi kemajuan negara. Mereka menyimpan beberapa poin harapan lain yang, secara khusus, ditujukan bagi skena musik metal yang notabene menjadi tempat karier mereka bernaung selama hampir dua dekade berjalan.
"Kami berharap segala sesuatunya akan lebih baik meskipun arti baik bagi setiap orang berbeda-beda. Saya berharap pembangunan infrastruktur semakin bagus. Kebebasan berbicara juga," tuturnya kepadakumparansaat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Berbicara soal kebebasan berbicara, Adjie secara tidak langsung bersyukur bahwa sudah cukup banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu 20 tahun di Indonesia. Tuturnya, keleluasaan untuk mengemukakan pendapat di media yang besar membuat Down For Life sebagai bagian dari generasi yang cukup "beruntung".
"Karena 20 tahun yang lalu mungkin enggak bisa interview seperti ini, enggak akan bisa kami main di TV, jadi kami adalah generasi yang cukup beruntung," imbuhnya.
"Beberapa waktu yang lalu saya berbicara dengan teman, generasi 1980an itu belum ada skena. Kami yang generasi 1990an, sebenarnya mendapatkan 'hibah' yang luar biasa dari generasi sebelumnya. Meskipun cukup menakutkan. Karena ketika negara menjadi lebih bagus, kami enggak punya bahan lagi hahahaha," tambah Adjie.
Meski begitu, ia sadar bahwa setiap generasi pasti memiliki tantangannya masing-masing. Bagi Down For Life, tantangan itu mungkin termanifestasikan dalam perjuangan mereka mempertahankan eksistensi sebagai sebuah band, menjalani dinamika proses kreatif, hingga mendulang apresiasi dari sebagian masyarakat yang mungkin masih memandang sebelah mata terhadap skena musik metal.
"Kalau (apresiasi) dari masyarakat Indonesia sendiri semakin besar sekarang dibanding beberapa tahun yang lalu. Bahkan ketika kami bisa main di Wacken ini, dari keluarga lah yang paling dekat, yang dulu mungkin mencibir dan meragukan apa yang kami lakukan, sekarang cukup berbeda," lanjutnya.
"Tapi itu yang lebih penting, dari masyarakat, bukan dari pemerintah. Karena kami enggak mau ketika kami didukung pemerintah, kami akan jadi corong bagi pemerintah. Bagi kami musik cadas itu harus selalu 'berbahaya'" tutupnya.