Elon Musk Bicara Soal Baterai LFP di Mobil Listrik, Apa Katanya?

pada 3 bulan lalu - by

Uzone.id- Teknologi baterai LFP atau Lithium Ferro-Phosphate (LiFePO4) sedang ramai dibicarakan. Teknologi baterai tersebut menjadi bahasan dalam debat cawapres antara Gibran Rakabuming Raka dan Muhaimin Iskandar.

Dikatakan,bateraiLFP yang tidak menggunakan nikel membuat Indonesia tidak bisa bersaing. Padahal Indonesia memiliki cadangannikelterbesar di dunia yang dianggap Gibran bisa menjadi kekuatan.

Nikel yang dimiliki Indonesia bisa menjadi material utama pada baterai jenis Nikel Cobalt Mangan (NCM). Produkmobil listrikyang saat ini beredar di dunia juga banyak yang menggunakan baterai jenis ini.

"Ini agak aneh ya, yang sering ngomongin LFP timsesnya, tapi cawapresnya enggak paham LFP itu apa. Kan aneh. Sering bicara LFP, LFP, Lithium Ferro-Phosphate, Tesla gak pakai nikel, ini kan kebohongan publik, mohon maaf," ucap Gibran kepada pria yang akrab disapa Cak Imin itu.

"Tesla itu pakai nikel, Pak. Dan kita sekarang, kita itu Indonesia adalah negara yang punya cadangan nikel terbesar di dunia. Ini kekuatan kita, inibargainingkita. Jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produknya China pak," sambungnya.

Kenyataannya, Tesla memang menggunakan baterai dengan bahan nikel pada mobil listriknya. Namun, Tesla juga mulai beralih ke baterai jenis LFP di beberapa model, seperti Model 3 dan Model Y.

Dikutip dariAutomotive News, CEO Tesla Elon Musk mengatakan, sebagian besar proyek mobil listrik adalah baterai berbasis besi atau LFP.

Bahkan dalam master plan bagian 3 yang dirilis oleh Tesla, mereka akan menggunakan baterai LFP untuk truk listrik berat jarak pendek yang disebut Semi Light.

Pabrikan mobil listrik nomor dua di dunia ini mengatakan kendaraan listrik kecil akan menggunakan baterai LFP berkapasitas 53 kWh.

Dalam laporan lainnya, baterai LFP memiliki dimensi yang lebih besar dan lebih berat. Ditambah lagi memiliki energi yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan baterai berbasis nikel, sehingga memiliki daya jelajah yang lebih pendek.

Di antara kekurangan tersebut, baterai LFP dikenal memiliki risiko kebakaran yang lebih kecil dibandingkan baterai berbasis nikel. Bahkan baterai LFP juga memiliki usia pakai yang lebih panjang dan harganya yang lebih murah.

Kebutuhan ini dianggap sejalan dengan kondisi pasar mobil listrik yang dianggap masih terlalu mahal. Baterai yang menjadi komponen dominan tentunya memiliki kontribusi terbear terhadap harga mobil listrik.

Sementara daya jangkau yang lebih pendek saat ini dianggap tidak menjadi masalah besar, dikarenakan stasiun pengisian daya mobil listrik sudah mulai menjamur di negara-negara lain.