Erupsi Gunung Agung dan Keajaiban di Pura Besakih

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id - Pura Besakih seperti tidak dapat terpisahkan dari Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali. Saat membicarakan tentang Pura Besakih, banyak orang juga turut menceritakan tentang Gunung Agung. Masyarakat sekitar kerap menyebut Pura Besakih sebagai Pura Agung Besakih.

Secara fisiologis, keberadaan Pura Besakih memang masih berhubungan dengan Gunung Agung. Menurut situsPesona Indonesia, Gunung Agung dipercaya sebagai pusat persemayaman arwah leluhur dan para dewa yang menjadi utusan Sang Hyang Widi untuk mengajarkan Hindu Dharma di Bali.

Karena itu, pada masa peradaban Bali kuno, masyarakat setempat mendirikan bangunan suci untuk memuja para dewa tepat di kaki Gunung Agung. Masih dari sumber yang sama, di kawasan Pura Besakih, terdapat satu pura utama bernama Pura Penataran Agung Besakih. Lantas, ada 18 pura pendamping yang berdiri di sekeliling pura utama.

Baca:Gunung Agung Meletus di Malam Hari, Terlihat Cantik namun Mematikan

Karena itu, Pura Besakih menjadi pura terbesar di Pulau Dewata. Pura Besakih juga kerap menjadi pusat peribadatan hari besar agama Hindu.

Menariknya, Pura Besakih selalu selamat dari beberapa kali letusan Gunung Agung. Bahkan ketika terjadi erupsi yang cukup dashyat pada 1963, Pura Besakih tetap baik-baik saja.

Aliran awan panas dan lahar seakan-akan menghindari pura yang menjadi salah satu destinasi wisata religi di Bali ini. Padahal, desa-desa di sekitarnya hancur.

Hal ini telah menjadi legenda dari Pura Besakih. Berdasarkan sebuah publikasi diBali.com, masyarakat setempat percaya bahwa para dewa menunjukkan kekuatan sejati mereka tanpa menghancurkan pura yang suci.

Baca:Taman Wisata Gunung Pancar, Objek Tamasya Kekinian di Bogor

Sementara itu, tulisanBenteng Alam Pelindung Pura Besakihdi Kompas.com mengungkapkan fakta ilmiah di balik legenda tersebut.

Dalam tulisan tersebut, Kama Kusumadinata, vulkanolog Direktorat Geologi Bandung yang berada di Bali selama erupsi Gunung Agung 1963, mengatakan, pura berada 6,5 kilometer dari kawah.

Menurut Kama, itu merupakan jarak aman karena berada di luar jari-jari zona rawan bahaya 5 kilometer pada 1963 dan 6 kilometer pada peta kawasan rawan bencana saat ini.