Esemka Bukan Mobil Nasional Bukan Pula Mobil China, Lalu?

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Uzone.id- Entah karena sekarang bulan Agustus yang identik dengan nuansa Kemerdekaan dan nasionalisme, entah karena emang lagi ada pameran komponen otomotif yang digelar Kemenperin.

Pokoknya, tetiba nama Esemka kembali muncul ke permukaan. Mobil yang saat ini diproduksi PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) Boyolali jawa Tengah ini mengaku siap diproduksi massal.

Namun ada yang menarik dari klaim yang diungkapkan pihak SMK, kalau mereka bukan lah mobil nasional, sekaligus membantah, kalau bukan juga mobil China yang sekedar diganti emblemnya.

Video Test Ride Honda ADV 150:

Lah, lalu makhluk apakah ini?

"Kami bukan mobil nasional, kami mobil yang diproduksi di Indonesia. Jangan salah persepsi mengenai mobil nasional. Cukup luas artinya,” ujar Presiden Direktur PT SMK, Eddy Wirajaya.

Dijelaskan, Esemka merupakan salah satu mobil yang diproduksi di Indonesia, yang diproduksi PT SMK sebagai perusahaan swasta nasional.

 

Sejak lahir penuh sorotan dan kontroversi

Sejak namanya pertama kali muncul melalui nama Joko Widodo kala masih menjabat Walikota Solo, sampai hari ini, Esemka terus jadi sorotan dan kontroversi.

Awalnya diset sebagai mobil nasional, sehingga punya nilai jual nasionalisme. Namun, berjalannya waktu, berbagai tangkapan kamera menunjukkan banyak hal.

Salah satunya, ketika Esemka Rajawali beredar di media sosial, banyak yang menyamakannya dengan mobil China bermerek Foday yang diganti dengan emblem Esemka.

Ini emang sejatinya mobil rakitan. Bahkan, Eddy mengakui kalau sebagian besar komponen, terutama mesin masih diimpor dari China secara terirai, baru kemudian dirakit di pabrik di Boyolali.

Saat ini, Esemka telah menggandeng mitra lokal sebagai pemasok komponen. Beberapa di antaranya adalah chassis dan bak yang diproduksi oleh PT INKA.

Lalu ada blok mesin dan blok transmisi (PT Cikarang Persada Manufacturing), dashboard dan setir (PT Usra Tampi), Radiator (PT Tokyo Radiator Selamat Sempurna), Kaca Depan (PT Armada Indah Agung Glass), Ban (PT Gajah Tunggal), Bak/Kargo (ACC Bawen Karoseri dan PT INKA).

Kemudian, Oil filter dan Fuel Filter dibuat oleh PT Selamat Sempurna, Accu (PT Nippress Energi Otomotif), Air Filter (PT Duta Nichindo Pratama), Knalpot (Catur Karya Manunggal), Jok (Bawen Karoseri), Starter Assy (Fuller Autoparts Indonesia), Per Daun (Indospring), Shock Breaker (Samudra Luas Paramacitra).

 

Lalu mau kemana dan jadi apa Esemka?

Sebagai permulaan, Esemka mengaku akan fokus menggarap sebuah pikap, yang diharapkan harga jualnya bisa bersaing dengan pikap-pikap yang udah mapan, semacam Suzuki Carry, maupun Daihatsu GranMax.

Dengan harga yang bersaing, pertanyaan besarnya, bisakah pikap Esemka bersaing dengan para raksasa itu?

Contohnya udah banyak. Pikap non Jepang, seperti Tata juga DFSK, sampai saat ini belum bisa bicara banyak di segmen komersial ringan seperti itu.

Belum lagi di segmen yang mirip-mirip, Esemka juga harus perang saudara dengan AMMDes, yang juga ditujukan untuk angkutan multiguna pedesaan.

Memang, gak penting dari mana mobil ini berasal dan siapa yang ngebuatnya. Toh, sekarang statusnya udah jelas, ini bukan mobil nasional yang gak perlu dikasih sentimen nasionalisme, juga gak perlu di nyinyirin karena bukan mobil China yang diganti emblem.

Namun, proyek besar yang semula sempet diserempetkan ke politik ini gak sekedar jadi komoditas politik.

Yang cuma diberitakan, dipuji, tanpa aksi kongkret seperti mulai dipasarkan ke tengah masyaraat dan dievaluasi bersama respon pasarnya.

Pastinya, gak mudah buat Esemka eksis di pasar otomotif nasional—apalagi kalau benar bukan mobil nasional, yang artinya tanpa perlakuan khusus dari pemerintah.