Fasih Bahasa Belanda Hingga Gemar Masak, Ini 10 Fakta Unik Kartini
Sejak 54 tahun lalu, Indonesia memperingati 21 April sebagai Hari Kartini. Hal ini ditetapkan langsung oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Wafat di usia 25 tahun, Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai sosok berjasa yang mempelopori emansipasi atau kebangkitan perempuan Indonesia.
Perempuan asli Jepara ini berasal dari keluarga bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah.
Semasa sekolah, Kartini dikenal memiliki otak yang cemerlang. Namun, darah Jawanya yang kental dan kulit coklatnya membuat Kartini kerap dibullyoleh guru dan teman-teman Belandanya.
Karena pada zaman itu perempuan hanya boleh menempuh pendidikan sampai Sekolah Dasar, Kartini dipingit di rumah dan tak diperbolehkan untuk belajar.
Namun, otak cerdas dan semangat belajar yang tinggi sama sekali bukan halangan untuk Kartini.
Diam-diam, ia giat membaca dan memperkaya diri lewat buku yang ia baca. Kartini banyak membaca soal gerakan emansipasi perempuan di Eropa lewat koran, majalah, dan buku yang diperolehnya dari berbagai sumber. Inilah yang secara perlahan membakar semangatnya untuk 'membebaskan' perempuan Indonesia.
Kartini juga gerah dengan aturan feodal Jawa, yang dianggapnya, merendahkan derajat perempuan. Ia tak suka harus berjalan jongkok, mundur, menunduk, dan bersuara pelan saat berhadapan dengan orang yang lebih tua atau yang status sosialnya lebih tinggi.
Ia benci dengan budaya yang 'memasung' perempuan untuk terus berada di dapur dan tunduk melayani suami. Ia tak senang melihat larangan perempuan untuk bersuara dan terlibat dalam pengambilan keputusan penting (politik).
Kartini rindu melihat perempuan berada dalam 'kasta' yang sama dengan lelaki. Ia ingin perempuan punya hak untuk bebas dan persamaan di mata hukum.
Paksaan orangtuanya untuk menikah dengan Raden Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat dijadikan Kartini sebagai tiket emas untuk mendirikan sekolah perempuan di Rembang. Sebuah gebrakan besar pada masa itu.
Namun sayang, Kartini wafat di usia muda saat melahirkan putra pertamanya, Soesalit Djojoadhiningrat.
Perjuangannya terus dikenang hingga kini. Namanya bahkan dijadikan sebagai nama untuk sebuah jalan di beberapa kota Belanda. Di mata Indonesia dan dunia, Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan yang berani dan inspiratif.
Agar lebih akrab dengan sosok pejuang hak perempuan ini,kumparanSTYLE(kumparan.com) menyajikan sederet fakta menarik seputar Raden Ajeng Kartini. Ini dia daftarnya!
1. Kartini fasih berbahasa Belanda dan Prancis.
Ia sering menuliskan surat dengan bahasa Prancis. Keahlian ini diperolehnya lewat kebiasaannya membaca.
2. Siapa sangka bahwa Pahlawan Nasional Indonesia ini mahir memasak makanan Belanda dan Prancis?
Ia sering menghidangkan masakan lezat sebagai senjata untuk bernegosiasi. Kartini sering menghidangkan groenten soep dan saus Madeira di meja makannya. Selain itu, ia juga senang memasak makanan khas Indonesia, seperti ayam besengek dan sup apangsi Jepara.
3. Menikah dengan duda beranak tujuh.
Kartini rela dinikahkan dengan Raden Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat, yang saat itu sudah menikah sebanyak tiga kali. Semua dilakukannya demi mendapat izin mendirikan sekolah perempuan. Ia juga tak tega melihat kondisi kesehatan ayahnya yang terus menurun.
4. Disukai kalangan elit Belanda.
Cerdas, berawawasan luas, dan mahir berbahasa Belanda membuat Kartini disukai oleh elit Belanda. Kesempatan ini dimanfaatkan Kartini untuk mencuri sebanyak mungkin ilmu untuk dibagikan kepada perempuan Indonesia.
5. Kartini mahir berbisnis dan memiliki bengkel ukir kayu.
Tak hanya mendirikan sekolah perempuan, Kartini ternyata juga memiliki kriya ukir kayu. Ia mempekerjakan pemuda Rembang untuk menopang perekonomian Jepara.
6. Sukarmilah, mendiang istri Raden Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat, mengagumi sosok Kartini.
Bahkan, banyak pihak mengatakan bahwa Sukarmilah sendiri yang meminta Ario Singgih untuk menikahi Kartini. Diam-diam, Sukarmilah terpesona dengan sepak terjang dan pola pikir Kartini yang terbuka.
7. Ingin mencoba gaya hidup vegetarian.
Hal ini diungkapkan Kartini dalam sebuah surat yang ditulis untuk suaminya, saat ia masih berusia 23 tahun. Hal ini tertulis dalam bukunya yang berjudul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'. "Vegetarisme itu doa tanpa kata kepada Yang Maha Tinggi." tulisnya.
8. Kartini adalah anak seorang selir dan merupakan anak kelima dari 11 bersaudara.
Ibunya bernama M.A. Ngasirah, yang merupakan anak dari seorang pemuka agama di Telukawur, Jepara.
9. Sangat menentang poligami.
Lahir sebagai anak dari seorang selir membuat Kartini paham betul perbedaan hak antara istri sah dan bukan. Contoh nyata inilah yang membuatnya membenci poligami dan mengkritik budaya Jawa yang mengizinkan lelaki beristri lebih dari satu.
10. Wafat di usia 25 tahun saat melahirkan anak pertama.
Kartini menghembuskan nafas terakhirnya setelah melahirkan Soesalit Djojoadhiningrat, putra pertamanya. Ia wafat pada 17 September 1904.