Film Istirahatlah Kata-Kata Raih Sambutan Hangat di Lampung

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Kisah perjuangan penyair revolusioner Widji Thukul melawan rezim Orde Baru yang difilmkan dengan judul "Istirahatlah Kata-Kata" mendapat sambutan hangat masyarakat Lampung. Ratusan tiket yang disediakan panitia untuk jadwal penayangan film itu pada Rabu (22/2) pukul 19.00 WIB, hanya dalam waktu empat hari sejak dibuka langsung ludes terjual, kata Yuli Marlianti, Koordinator nonton bareng (nobar) Film "Istirahatlah Kata-Kata", di Bandarlampung, Sabtu (18/2).

"Kami awalnya hanya menyediakan 169 tiket, hanya bermodal promosi melalui media sosial Facebook seluruh tiket itu telah terjual habis," katanya lagi. Setelah melihat animo yang luar biasa tersebut, pihaknya kemudian memutuskan menambah sebanyak 78 tiket. Itu pun tidak sampai sehari sudah terjual 38 tiket.

"Jadi sekarang tersisa 40 tiket lagi buat yang beruntung. Kami buka lagi penjualan tiketnya dengan sistem booking hingga Senin, 20 Februari 2017," ujarnya pula.

Mantan aktivis 98 itu menyatakan pihaknya cukup kaget dengan sambutan luar biasa dari masyarakat Lampung yang ingin menonton langsung kisah perlawanan penyair Widji Thukul yang sangat terkenal di kalangan aktivis prodemokrasi. "Kami patut berbangga, ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk menonton film ini sungguh luar biasa besar. Harapannya pemutaran tidak hanya sekali ini saja," ujarnya lagi.

Dia menambahkan bagi calon penonton yang berminat silakan memesan tiket langsung melalui dirinya, di nomor telepon 081278693437. "Ayo segera dibooking jangan sampai kehabisan tiketnya ya," kata dia.

Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lampung Risma Borthon yang juga salah satu panitia menjelaskan lagi sosok penyair Widji Thukul. Menurutnya, Widji Thukul adalah sosok aktivis unik yang menyuarakan perlawanan ketidakadilan rezim Orde Baru kala itu dengan syair-syair puisi, sehingga dia lebih dikenal di kalangan aktivis dibandingkan yang lain.

"Dengan menyuarakan puisinya pada setiap aksi demonstrasi mampu membakar semangat perlawan rakyat. Karena itulah dia sangat ditakuti rezim Soeharto kala itu, sehingga dia menjadi target untuk dihilangkan paksa. Dia diculik dan hilang, sampai kini tak diketahui rimbanya," ujarnya pula.

Perempuan berhijab itu berharap kehadiran film "Istirahatlah Kata-Kata" ini bisa menjadi harapan baru keluarga Widji Thukul dan keluarga aktivis lainnya yang dihilangkan paksa untuk mencari keadilan, sehingga terkuak siapa pelaku sebenarnya yang sudah menculik dan membunuh mereka.

"Jadi jelas ini alasan kenapa film ini layak diapresiasi dan ditonton masyarakat luas. Selain menghibur, juga mengungkap sejarah perlawanan terhadap Orde Baru," ujarnya lagi. Film ini diproduksi kerja sama beberapa pihak, di antaranya Muara Foundation, Partisipasi Indonesia, Limaenam Films, dan Kawankawan Film.

Sutradara film itu Yosep Anggi Noen, dan Produser Film Yulia Evina Bhara, dengan Gunawan Maryanto berperan sebagai Widji Thukul, Marisa Anita pemeran Istri Thukul Sipon, aktris Melanie Subono, aktor Eduart Boang Manalu, Dhafi Yunan, dan Joned Suryatmoko serta pemain lainnya.