Final Liga Champions: Kesempatan Kedua Klopp dan DNA Liverpool

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Bukan karena tangan dingin sang juru taktik. Memang sudah menjadi tradisi Liverpool untuk berprestasi di Liga Champions. Demikian menurut manajer Juergen Klopp.

Dalam jumpa pers yang berlangsung pada Jumat (26/5/2018) waktu setempat, Klopp memulai pembahasan dengan pengalamannya menjalani pertandingan final Liga Champions. 

Ini memang bukan kali pertama buat Klopp. Pada musim 2012/13, dia juga sempat membawa Borussia Dortmund ke laga puncak. Namun, trofi gagal dibawa pulang karena kekalahan 1-2 dari Bayern Muenchen.

"Saat masih di Dortmund, saya tidak pernah menduga sejumlah hal positif yang kami raih. Dan, ini (final Liga Champions) mungkin merupakan kesempatan sekali seumur hidup. Itu yang saya rasakan di Dortmund," tutur Klopp di situs resmi UEFA.

"Kami (Dortmund) bermain melawan tim kuat ketika itu. Setelah laga, saya pun menyadari keinginan untuk merasakan kesempatan serupa lagi," katanya menambahkan.

 

Kesempatan mencicipi final kembali menghampiri Klopp saat Liverpool bersua Real Madrid Stadion NSC Olimpiskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB. 

Bagi Klopp, kesuksesan menembus partai puncak bukan andil dirinya seorang. Dia lebih menyoroti bagaimana kultur Liverpool di kompetisi level teratas Eropa ini.

Total lima trofi Liga Champions menghiasi kabinet The Reds. Hanya Real Madrid (12) dan AC Milan (7) yang meraih gelar lebih banyak daripada Liverpool di turnamen ini.

 

"Kami adalah Liverpool. Tidak cuma lantaran telah memeragakan permainan bagus, Liverpool juga memiliki DNA untuk mencapai sesuatu yang besar," ucap Klopp.

"Tak seorang pun menyangka kami bisa sampai sini. Namun, kami berada di sini karena kami adalah Liverpool. Perjalanan kami ke final luar biasa, termasuk mencetak gol paling banyak," tuturnya mengimbuhkan.

Bagaimana Liverpool menaklukkan tim-tim besar macam Manchester City dan trisula penyerang nan produktif memang menjadi modal mereka untuk merengkuh 'Si Kuping Besar' untuk kali keenam. Namun, terlepas dari tradisi klub, Klopp malah memiliki tabu. Sudah lima final beruntun, termasuk Liga Champions, dilalui pelatih Jerman itu dengan kekalahan.

Nah, dengan kesempatan kedua di final Liga Champions, mampukah Klopp memperbaiki peruntungannya sekaligus mengonfirmasi DNA Liverpool?