Fitra Eri Ungkap 10 Hal yang Sering Akibatkan Kecelakaan di Jalan Tol

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Mitsubishi Pajero Sport warna putih dengan nomor polisi B 1264 BJU alami kecelakaan tragis pada Kamis (4/11/2021) hingga mengakibatkan artis Vanessa Angel dan suami, Bibi Andriansyah meninggal dunia di lokasi.

Lokasi kecelakaan itu berada di KM 672+300 / A ruas Tol Jombang-Mojokerto (Jomo). Menurut polisi, dugaan sementara karena sang supir, Tubagus Joddy, mengantuk dan kelelahan.

Pembalap Fitra Eri pun memberikan 10 hal yang bisa menyebabkan kecelakaan di ruas jalan tol melalui tayangan video yang dibagikan di akun YouTube resminya.

BACA JUGA:Kronologis Kecelakaan Pajero Sport Mengakibatkan Vanessa Angel Meninggal

1. Cuaca

Cuaca buruk seperti hujan, anginbisa mempengaruhi stabilitas mobil, daya cengkeram mobil, jarak pandang ke depan. Jadi, apa yang harus kita lakukan kalau cuaca buruk? Kamu harus menurunkan kecepatan!

Kecepatan yang diizinkan di tol itu 60-100 kpj, sebisa mungkin kita turunkan ke batas yang aman sehingga masih sesuai dengan peraturan karena jarak pandang yang terbatas.

Kita jangan menempel ke mobil depan dan kita harus menjaga jarak aman.

2. Kondisi Jalan

Kondisi jalan tol di Indonesia, kata Fitra Eri, kondisinya tidak mulus seperti sutra dan banyak tambalan-tambalan. Bahkan ada jembatan yang bisa mengakibatkan mobil itu melompat, itu sangat berbahaya.

Jika kita pacu dengan kecepatan yang tinggi dan melewati lubang, pastikan untuk mengantisipasi kondisi jalan seperti ini.

Jangan melebihi batas kecepatan dan jika melihat harus jauh ke depan. Jadi, jangan hanya hanya melihat bemper mobil depan saja, kalau terhalang pandangan depan sebaiknya kita bergeser sedikit atau mengambil jalur yang berbeda supaya kita bisa melihat kondisi jalan.

3. Manuver Mendadak

Manuver mendadak suka terjadi, misalnya dipotong mobil lain terus kita bermanuver mendadak. Atau, misalnya kita kaget saat melewati jalan yang rusak, kemudian kita banting setir.

Manuver mendadak itu bisa mengakibatkan mobil melintir dan mobil terbalik, walaupun mobilnya sudah menggunakan stability control, namun itu cuma meminimalkan, bukan berarti menghilangkan kemungkinan celaka 100 persen, apalagi mobil-mobil tinggi macam SUV Pajero Sport atau Toyota Fortuner.

Mobil yang tinggi, kata Fitra Eri, punya center gravity yang tinggi. Center gravity dengan titik tumpu di ban yang paling bawah itu akan menyebabkan secara natural mobil itu lebih limbung dan lebih sulit dikendalikan pada saat manuver secara mendadak

Jadi, hindari sebisa mungkin manuver mendadak, manuver mendadak itu belok kanan, belok kiri mendadak, gas dan rem mendadak. Harus sehalus mungkin!

Fitra Eri menambahkan, kalau kata Almarhum Asun Bahar (pembalap legendaris), driver yang baik itu bisa menyetir misalnya 80 kpj itu rasanya kayak 60 kpj karena halus dan menghindari manuver-manuver mendadak.

BACA JUGA:Penyebab Kecelakaan Vanessa Angel Diungkap dengan Metode Traffic Accident Analysis

4. Ban Botak

Ban botak sangat berbahaya terutama di saat hujan karena ban botak tidak memiliki alur untuk membuang air.

Ketika hujan itu bisa menyebabkan aquaplanning yang bisa membuat mobil mengambang di atas air, tidak bisa dikendalikan sama sekali.

Kapan ban saya harus diganti?

Fitra Eri mengatakan, seharusnya kita tidak menunggu ban sampai botak. Jadi, pada ban terdapat thread wire indicator, seperti gundukan atau benjolan yang ada di tengah alur pembuangan air

Kalau gundukan itu sudah mengenai tapak atau sejajar, itu artinya harus diganti. Jadi, tidak menunggu total 100 persen. Kalau menunggu total 100 persen bukan hanya pada saat basah tapi pada saat kering kualitas atau karakter karetnya sudah berbeda dengan ban yang masih baru.

Ban botak jangan sampai dipakai bepergian apalagi dibawa ke jalan tol.

5. Genangan Air

Genangan air lebih berbahaya pada saat ban kita botak. Namun, genangan air bisa juga membuat aquaplanning pada mobil dengan ban masih bagus jika genangannya terlalu dalam, dan mobil kita terlalu cepat.

Genangan air di tol, kata Fitra Eri, biasanya terdapat di pinggir kanan atau di kiri jalur. Untuk jalur paling aman ketika hujan lebat itu berada di tengah jalan. Namun, kadang-kadang kita tidak bisa menghindari genangan air.

Apa yang harus kita lakukan saat kondisi basah?

Pertama, ban kita harus bagus, sebisa mungkin kita jangan melewati genangan air. Ingat juga jangan sampai melakukan manuver mendadak.

Apa yang terjadi kalau kita menginjak genangan air?

Usahakan setir tetap lurus. Kalau misalnya terjadi aquaplanning, arahkan mobil ke arah yang benar. Belum tentu mengerem itu menyelesaikan masalah karena mengerem bisa membuat mobil hilang kendali. Jaga setir tetap lurus dan kurangi kecepatan secara gradual.

6. Overspeed

Saat mengendarai mobil di ruas tol yang kosong di mana kecepatan 100 kpj sesuai dengan batas maksimal, namun di ruas tol dengan kecepatan 80 kpj rasanya seperti pelan. Jika kamu menambah kecepatan itu bahayanya bisa berlipat.

Fitra Eri menjelaskan, jarak pengereman mobil dari 100 kpj hingga 0 butuh jarak 45-50 meter. Kalau kecepatan dua kali lipat atau 200 kpj, bukan jarak 90-100 meter yang dibutuhkan, tapi 200 meter untuk mobil itu bisa mengerem sampai berhenti.

Untuk jarak 200 meter itu sama saja dengan hampir 2 pajang lapangan bola. Jadi, setiap menambah speed dua kali lipat, jarak pengereman bertambah empat kali lipat. Jadi, korelasinya itu kuadrat bukan linear.

Overspeed mobil sulit dikendalikan saat tiba-tiba melintir atau tiba-tiba harus mengerem mendadak atau harus bermanuver. Jadi, jauh lebih sulit dikendalikan

"Saya tahu persis karena kalau balap itu di atas 200 kpj dan sekali mobil lepas kontrol itu jauh lebih susah dibandingkan kalau kita kecepatannya lebih rendah, jadi selalu patuhi kecepatan maksimal, tapi jangan mentang-mentang kecepatan maksimal kita ngebut saat lalu lintas ramai, sebenarnya kalau aman itu kalau kita mengikuti flow mobil yang lain, kira-kira lari di berapa karena perbedaan kecepatan lah pada saat menabrak yang berbahaya. Sedangkan kalau kecepatan kita setara dengan mobil yang lain itu risikonya lebih rendah," kata Fitra Eri.

7. Tidak Menjaga Jarak Aman

Menjaga jarak aman menjadi keharusan. Kalau zaman dulu kecepatan mobil 50 kpj butuh jarak aman 50 meter, dan 100 kpj jarak aman 100 meter, namun ukuran 100 meter masing-masing punya persepsi jarak yang berbeda.

Oleh karena itu, untuk menjaga jarak aman gunakan metode detik. Contoh, mobil kita minimal harus 2 detik dari kendaraan di depan kalau kondisi jalanan kering, kalau jalanan basah minimal 3 detik ke depan.

Bagaimana menghitung 2 detik, 3 detik?

"Mobil di depan itu melewati satu patokan, misalnya tiang listrik atau rumah atau rambu dalam hati anda menghitung, tapi menghitungnya jangan satu, dua, tiga atau empat. Hitunglah menyerupai satu detik, jadi misalnya bisa aja satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik atau seribu satu, seribu dua, seribu tiga, seribu empat, nah itu menyerupai satu detik, jangan sampai kita belum selesai dua detik, mobil sudah sampai ke marka yang sama, kalau setelah mobil dua detik mencapai marka yang sama artinya aman, kalau (kondisi) hujan tambah tiga detik," kata Fitra Eri.

Jikan kondisi jalanan macet, jika kita tidak bisa melihat ban belakang mobil di depan, itu artinya kita terlalu dekat, kalau kita bisa melihat ban mobil di depan artinya jarak kita sudah cukup aman.


8. Hilang konsentrasi

Supir hilang konsentrasi masuk dalam laporan kecelakaan yang mengakibatkan Vanessa Angel dan suaminya meninggal dunia. Hilang konsentrasi bisa macam-macam penyebabnya, tapi yang sering adalah distraction (gangguan).

"Distracktion bisa dari mana saja, bisa dari penumpang, bisa dari anak yang kita bawa mengganggu kita atau kita menggunakan aktifitas lain, atau kita menggunakan ponsel," tutur Fitra Eri.

Mengendarai mobil sambil bermain ponsel sangat mengganggu, bukan hanya tangan kita, tapi pikiran kita dan pandangan kita. Sebisa mungkin letakkan ponsel di tempat yang aman dan tidak usah dioperasikan selama berkendara karena ponsel jadi penyumbang besar hilangnya konsentrasi.

9. Lelah atau mengantuk

Jika kita bepergian jauh dengan mobil pribadi usahakan ada driver pengganti setiap dua jam hingga tiga jam sekali. Jadi begitu supir ngantuk atau lelah bisa langsung diganti.

Selanjutnya, usahakan berkendara di jam biologis kita. Kalau kita biasa bangun di pagi hari, maka konsentrasi akan bagus saat berkendara di pagi hari. Jangan berkendara di tengah malam di mana jam biologis kita harus tidur.

"Rasa kantuk bukan hanya karena jam biologis, tapi juga oleh suara yang konstan, suara jalan, suara musik yang konstan, suara desiran angin yang konstan, itu bisa bikin ngantuk meskipun bukan saat waktunya kita tidur," kata Fitra Eri.

Bagaimana saat kita ngantuk? Jangan berkendara, cari supir pengganti atau cari rest area terdekat dan segera istirahat sebentar saja, yang penting kita sempat tidur, itu bisa jauh memulihkan kantuk

Jika kita lelah tidak ada obatnya. Minum kopi pun tidak ada efek karena kelelahan adalah tanda tubuh butuh istirahat.

10. Ban Pecah

Ban pecah jadi salah satu kasus paling banyak terjadi kecelakaan mobil dan akibatnya bisa fatal.

Fitra Eri mengatakan, ban pecah tidak seharusnya menimbulkan kecelakaan karena dirinya dan pembalap lain di Sentul berkali-kali mengalami ban pecah saat balapan, dan tidak menyebabkan kecelakaan yang fatal.

"Ban pecah bisa berisiko tapi bisa diminimalkan, pertama saat ban pecah jangan panik dan kaget," kata Fitra Eri.

Ketika ban pecah, biasanya supir langsung injak rem dan banting setir. Itu berbahaya. 

Jangan lakukan apa-apa ketika ban kempes atau meledak. Jangan pula menginjak rem sama sekali, Jika menginjak rem mobil tiba-tiba maka mobil bisa melintir.

"Ketika kita menginjak rem, rem itu akan disalurkan ke empat roda. Bayangkan ada satu ban yang tidak punya traksi karena bannya meledak, sedangkan ban lain traksinya bagus sehingga terjadi ketidakseimbangan daya cengkeram antara ban di bagian dan kiri yang menimbulkan mobil itu limbung dan bisa melintir," kata Fitra Eri.

Ban meledak menimbulkan setir menarik ke kiri dan ke kanan, terutama ban depan. Tahan setir supaya lurus dan kurangi gas secara perlahan. Pelan-pelan bawa mobil ke kiri sambil pakai lampu sein.

Setelah kecepatan di bawah 30 kpj baru boleh menginjak rem pelan-pelan. Tapi hati-hati karena setir akan membanting ke satu arah.