Gadis-Gadis di Pameran Mobil, antara Seksisme dan Bisnis

pada 6 tahun lalu - by

Mereka biasanya berdiri di samping mobil atau motor sambil melempar senyuman atau menyapa ramah kepada para pengunjung. Usher identik sebagai perempuan dengan penampilan dan busana menarik, yang jadi pemandangan umum saat pagelaran pameran mobil dan motor dihelat. 

Keberadaanusher sering menghiasi ajang pameran mobil seperti Geneva Motor Show, Tokyo Motor Show, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) dan lainnya. Dalam The News Wheel  sebuah artikel berjudul "Why Do Women Models Pose Beside Cars at Auto Shows" mengungkapkan adanya parausher harapannya jadi daya tarik pengunjung pameran.

Para pengunjung pria biasanya mengambil fotousherbersama produk mobil atau sepeda motor. Foto-foto itu kemudian tersebar melalui media sosial, sehingga publik lebih cepat mengenali kehadiran produk kendaraan baru.  Survei yang dilakukan terhadap pengunjung Brussels Motor Show sejak 2007 hingga 2015 yang dirilis www.autosalon.be menunjukkan, jumlah pengunjung pameran mobil memang didominasi pria, dengan porsi rata-rata 82 persen, sisanya perempuan.

Usher sering dianggap sebagai "pemanis" pada perhelatan pameran mobil. Namun, untuk menjadi usher,butuh serangkaian tes sebelum akhirnya terpilih. Parausher biasanya dikelola oleh agensi yang juga mengelola sales promotion girl(SPG). Para klienusher atau SPG adalah peserta pameran, meliputi agen pemegang merek (APM) hingga produsen komponen otomotif. 

Di Indonesia,usher menjadi bisnis yang dikelola oleh agensi. Pihak agensi mengelompokkan parausher dalam beberapa kriteria antara lain aspek fisik mencakup kecantikan, tinggi badan, dan yang penting juga adalah kecerdasan. Kelompok A umumnya mereka punya tinggi badan sekitar 170 cm ke atas, kulit bersih, dan punya pengetahuan luas. Selain itu ada kategori B, C, dan yang terendah D. 

“Pengelompokan itu yang paling utama dilihat fisik ya. Kelompok A itu tinggi minimal 170 cm, lalu fasih Bahasa Inggris atau bahasa asing lain. Kelompok A ini biasanya untuklaunching(produk otomotif), kalau di GIIAS ada di produk mobil Eropa atau Lexus,” kata perwakilan agensi penyedia usherdan SPG, Anggarino kepadaTirto.

Sedangkan, untuk kelas B tinggi minimal 165 cm, tidak harus bisa bahasa asing. Di pameran otomotif kebanyakan yang bertugas adalah usher yang punya kemampuan kelas A dan B. Klasifikasi tersebut turut membedakan bayaran yang diterima parausher. Mereka yang ada di kategori A dibayar lebih mahal dibandingkan kelompok di bawahnya.


Anggarino punya gambaran bagaimana para usherdi pameran mobil bisa mendapatkan bayaran mulai dari Rp900 ribu sampai Rp1,5 juta per hari. “Kerjanya itu pershift,enam jam per shift. Di kategori A itu ada yang longshift dari pagi sampai malam, jadi bayarannya dua kali lipat,” katanya.

Syafira, 24 tahun, salah satuushermengisahkan bagaimana enaknya menjadiusherkelas atas. Selain bayaran mahal, klien pun memberikan jamuan istimewa. “Aku sudah merasakan beberapa tempat (brand mobil) di GIIAS. Paling enak ya di Lexus ini. Penginapan disediakan, di hotel itu waktu pertama datang dikasihsurprisegitu, isinya produk perawatan tubuh. Kita diperlakukan sangat baik. Enggak berdiri terus, dikasih waktu duduk jadi penerima tamu, makanya enggak begitu capek,” ujar Syafira kepadaTirto.

Ada beberapausheryang masih berstatus mahasiswi. Perempuan muda di usia 19-24 tahun umumnya lebih disukai klien. “Jadiushersudah tiga tahunan sejak masih kuliah. Sekarang baru lulus,” kata Cindy, 23 tahun, yang berpose di areabooth Suzuki di GIIAS 2018. 


Besarnya pendapatan menjadiusherakhirnya mendorong para perempuan menjadikannya sebagai profesi utama. Namun, parausher tak hanya cukup modal fisik, tapi perlu wawasan yang luas. “Adainterviewdulu sebelum kerja. Ditanya pengetahuan soal otomotif. Klien juga kasih materiproduct knowledgesupaya kita bisa jawab kalau ada pengunjung yang tanya,” kata Cindy.

Parausherpun dibekali pelatihan berlenggak-lenggok layaknya model. “Training productdiberikan di hari pertama. Selanjutnya ada pelatihanmanner, kita juga diajaricatwalk.Itu penting apalagi kalau terpilih ikut miss GIIAS,” jelas Syafira. 

Salah satu pencapaian bergengsi yang bisa didapatkanusherdi pameran otomotif biasanya gelar “miss auto show”—penghargaan untukusherterbaik, berdasarkan penilaian sikap, penampilan, dan wawasan. Selain penghargaan, peraihmiss auto showjamak mendapat bonus dari klien. 

Namun, ada kekeliruan tentang pandangan mengenaiusherdan SPG yang selama ini dianggap sama. Pada kenyataannya, dua pekerjaan itu berbeda dari segi tugas dan kriteria. 


Ushertidak ditugaskan menjual atau menawarkan produk dari klien yang mempekerjakan. Sementara,SPGditugaskan menjual produk dengan target tertentu. “Usheritu hanya mempercantik saja. Dia tugasnya hanya untuk menarik (pengunjung). Kalau SPG berjualan, bahkan ditargetkan.Usheritu biasanya kelas A atau B, kelas C dan D untuk SPG. Tapi, ada jugabrandyang mau SPG dari kelas B,” kata Anggarino.

Ia menegaskan profesiusherdan SPG tidak bisa dikonotasikan negatif dan dipandang sebelah mata. Mereka melakukan pekerjaannya secara profesional. Pandangan minor soal parausher dan SPG di pameran mobil memang tak bisa dipungkiri.

“Mereka itu (usherdan SPG) bekerja untuk mencari tambahan penghasilan, khususnya yang mahasiswa. Mereka mau cari uang untuk jajan, bantu orangtua, jalan-jalan. Jangan dipikirusherterutama kategori A dan B itu bisa ‘dibayar’ karena mereka itu latar belakangnya orang mampu," jelasnya.





Mereka yang Kontra 

Keberadaan parausher di kegiatan dunia otomotif seperti pameran dan balap mobil dan motor sempat menjadi pro dan kontra. Salah satunya gerakan #MeToo, sebagai aksi melawan kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan yang bergaung sejak 2017. 

Susie Wolff, mantan pembalap mobil profesional yang kini menjabat sebagai anggota pengembangan pembalap di tim Formula 1 Wiilliam Racing merasa jengah melihat eksploitasi tubuh perempuan di ranah balap. Ia pun mengarahkan timnya untuk berhenti menggunakan model seksi sebagai "umbrella girl" sebelum balapan dimulai. "Saya pikir kami membuat perubahan dalam hal positif," ujar Wolff dikutip dari New York Post

Menanggapi gerakan #MeToo, beberapa peserta Geneva Motor Show 2018 pun memberikan busana lebih tertutup untuk para usher. Seperti disebut dalam tulisan New York Post bertajuk"#MeToo Has Execs Questioning About 'Car Girl'on Auto Shows", Toyota dan Rolls Royce meniadakan sosok usher perempuan diboothpameran. Kedua merek ini sepakat mengedepankan edukasi kepada pengunjung, ketimbang menyodorkan perempuan seksi yang menarik untuk dipandang dan dipotret. 

"Tentu saja model bisa ditugaskan (menjelaskan produk), tapi kami tidak ingin membuat pelecehan dengan memajang (usher)perempuan. Itu bukan nilai yang dipegang perusahaan kami dan bukan itu yang kami inginkan," jelasHead ofToyota Motor Europe Johan van Zyl.



Belum semua peserta pameran otomotif mau melepaskan hasrat ketergantungan pada perempuan dengan penampilan menarik sebagai pemanis di pameran. Koordinator Bidang Pelayanan Hukum LBH Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan (APIK) Uli Pangaribuan mengatakan saat perusahaan mobil atau motor bertujuan menjual produk, seharusnya tidak perlu menggunakan jasa para perempuan sebagai pemanis produk.

"Saya melihatnya ini eksploitasi, karena perempuan-perempuan ini harus memakai pakaian seksi yang mungkin saja mereka tidak mau menggunakannya. Tapi, karena bekerja butuh uang jadi mau tidak mau mengiyakan. Kalau memang mau jualan kenapa harus (memperlihatkan) wanita seksi, kan yang mau dijual produknya," kata Uli kepadaTirto.

Baca juga artikel terkaitPAMERAN MOBILatau tulisan menarik lainnyaYudistira Perdana Imandiar