Generasi Millenial Perlu Waspadai Demensia Digital

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising


Generasi millenial tumbuh dewasa diiringi dengan berbagai kemajuan dan inovasi teknologi sehingga peran teknologi seakan menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan generasi millenial. Perkembangan teknologi seperti gawai ini tentu memiliki banyak dampak positif. Akan tetapi, terlalu lama 'tenggelam' dalam kecanggihan gawai berisiko untuk menimbulkan demensia digital.

Profesor psikiatri dari UCLA Semel Institute Dr Gary Small mengatakan demensia digital berbeda dengan penyakit demensia yang umumnya ditemukan pada orang tua. Demensia digital, lanjut Gary, merupakan sebuah fenomena di mana penggunaan teknologi digital yang berlebihan dapat berakibat pada menurunnya kemampuan kognitif. Dua kemampuan kognitif yang dapat menurun akibat penggunaan teknologi digital yang berlebihan ialah kemampuan untuk belajar dan kemampuan untuk mengingat kembali suatu informasi.

"Ini sebuah fenomena yang masih baru," ujar Gary saat ditemui dalam Wellness Tour 2016 bersama Herbalife di Hotel Novotel, Tangerang.

Gary mengatakan ketika seseorang terlalu lama fokus pada alat digital atau gawainya, perhatian orang tersebut akan sekitarnya berkurang. Hal ini membuat orang tersebut tidak mampu melihat gambaran yang lebih luas sehingga ia akan menjadi lebih sulit untuk mengingat apa yang terjadi di lingkungannya.

"Dalam mengingat sesuatu, kita perlu melihat gambaran yang lebih luas. Jika tidak, kita akan sulit mengingat apa yang terjadi di lingkungan atau di sekitar kita," tambah Gary.

Di sisi lain, lanjut Gary, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam taraf wajar dapat mendorong sirkuit saraf otak bekerja lebih aktif. Oleh karena itu, agar manfaat baik dari penggunaan teknologi digital ini tidak hilang akibat penggunaan yang berlebih, Gary menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi digital.

Gary mencontohkan, ketika seseorang bekerja di depan layar komputer selama dua jam penuh tanpa jeda, akan lebih baik jika orang tersebut mengambil sedikit waktu untuk rehat sejenak. Waktu rehat ini dapat diisi dengan melakukan peregangan untuk menghindari terjadinya mental fatigue.

"Toleransi setiap orang beda-beda sebelum mereka merasakan dampak negatif dari pemanfaatan teknologi yang berlebihan," jelas Gary.