Geoffrey Hinton Raih Nobel Fisika 2024, ‘Bapak AI’ yang Kini Takut AI

pada 2 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Nama Geoffrey Hinton belakangan ini santer terdengar berkat pencapaian barunya. Ia diganjar penghargaan Nobel Fisika berkat teknologi yang ia kembangkan, yakni machine learning yang tak lain dan tak bukan adalah fondasi dari artificial intelligence (AI).

Machine learning (ML) merupakan ilmu pegembang algoritma dan model secara statistik yang digunakan sistem komputer untuk menjalankan tugas tanpa instruksi eksplisit dengan mengandalkan pola serta inversi sebagai gantinya.

Secara sederhana, machine learning memungkinkan komputer untuk mempelajari data dan membuat keputusan tanpa perlu diprogram secara spesifik. Contohnya adalah fitur pengenalan wajah yang digunakan oleh banyak smartphone masa kini. 

 

 

Penemuan machine learning dengan kemampuannya menganalisis pola dan tren dalam data telah menjadi teknologi yang berpengaruh dewasa ini. Hampir seluruh perusahaan besar menggunakan machine learning untuk memahami audiens dan memberikan konten yang lebih imersif, terpersonalisasi, dan sesuai keinginan. 

Hinton sendiri selama ini dikenal sebagai ilmuwan komputer berdasar. Pria berdarah Inggris-Kanada ini dipercaya sebagai penemu metode ‘backpropagation’ yang memungkinkan jaringan saraf untuk belajar dari kesalahan, yang merupakan salah satu dari dua kunci yang membuka machine learning dan memicu kebangkitan AI yang pesat ini. 

Atas jasanya, mantan karyawan Google yang kerap dijuluki ‘Godfather AI’ (Bapak AI) ini dianugerahi Nobel Fisika 2024. Penghargaan yang juga diberikan kepada John Hopfield—fisikawan asal Amerika —tersebut diberikan oleh Royal Swedish Academy of Sciences di Swedia pada Senin, (14/10) kemarin. 

Lucunya, saat dihubungi oleh tim Nobel, ternyata Geoffrey Hinton sedang berada di California untuk tes MRI. Ketika mendapat kabar bahwa ia menerima Nobel dan ditanya bagaimana perasaannya saat itu, ia menjawab bahwa, “Saya tidak menyangka ini akan terjadi. Saya sangat terkejut,” ungkap Geoffrey Hinton, melansirMIT Technology Review

 

Penyesalan hingga rasa takut akan AI

Geoffrey Hinton menghabiskan lebih dari 10 tahun untuk bekerja di Google. Selama pengabdiannya, ia banyak mempelopori aneka produk yang memanfaatkan AI, termasuk pendekatan yang ia rintis berhasil membuka jalan bagi sistem saat ini seperti ChatGPT. 

Sebelumnya, ia bahkan pernah menciptakan terobosan besar dalam deep learning lewat AlexNet, jaringan saraf yang merevolusi pengenalan gambar pada komputer. 

Setelah memutuskan untuk mundur dari Google, Geoffrey Hinton mengungkapkan penyesalan dan rasa takut terhadap konsekuensi produk AI yang ia kembangkan. 

Ia cemas terhadap penyalahgunaan teknologi AI di masa depan, termasuk kemungkinan banjir informasi yang salah, kemungkinan AI dapat mengubah pasar kerja, serta menimbulkan bahaya serius bagi manusia.

 

Hinton juga mengungkapkan rasa khawatirnya jika orang tidak akan dapat lagi membedakan mana yang benar dengan foto, video, dan teks buatan AI yang membanjiri internet. 

"Saat ini, mereka tidak lebih pintar dari kita. Tapi saya pikir, mungkin segera (mereka lebih pintar). Jenis inteligensi ini sangat berbeda dengan yang kita miliki. Kita adalah sistem biologis dan mereka adalah sistem digital. Perbedaan besarnya adalah dengan sistem digital, ada banyak salinan dengan model yang sama,” ungkapnya, mengutip berbagai sumber.

Gimana menurut kalian?