Gerakan #2019GantiPresiden Semakin Populer

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Hasil survei nasional lembaga survei Y-Publica menunjukkan gerakan#2019GantiPresidensemakin populer.

Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono membeberkan, sejak gerakan#2019GantiPresidenitu dibumikan pada awal 2019, hanya 53 persen responden yang tahu. 

Tapi itu dulu, kini mereka yang tahu soal gerakan#2019GantiPresidentelah naik pesat. Kenaikan sampai 16,9 persen. 

"Hampir diketahui responden 69,9 persen gerakan ini makin populer diketahui di masyarakat," kata Rudi dalam pemaparan survei di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta, Senin (3/9).

Meski gerakan ini semakin menggaung, Rudi menyebut, sebagian besar publik tidak setuju dengan gerakan#2019GantiPresiden.

"(Awal dibentuk) Dulu (angka) tidak setuju 67 persen. Sekarang meningkat 68,6 persen," jelasnya. 

Pasalnya, diketahui hanya 8,4 persen gerakan tersebut sebagai ungkapan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. 

"Perlu diketahui masyarakat cukup kritis, 28,3 persen menganggap itu gerakan politik. Karena kita tahu tokoh-tokoh di gerakan ini memiliki afiliasi tertentu. 25,0 persen menganggap kampanye dini, kampanye sebelum pemilu. Bahkan 13,6 persen (responden memandang) gerakan ini mengarah ke makar, karena ada seruan mengganti presiden. Dan hanya 8,4 persen yang menganggap ini gerakan ketidakpuasan kepada pemerintah," kata Rudi. 

Survei Y-Publica ini berlangsung dari tanggal 13 hingga 23 Agustus 2018, dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat, margin of error (MoE) 2,98 persen, dengan kepercayaan 95 persen. 

Gerakan#2019GantiPresidensendiri dimotori sejumlah politikus, antara lain Mardani Alisera dari PKS.