Gopay Tumbang, Cobaan Berat yang 'Melumpuhkan' Rakyat (Sok)Cashless

pada 5 tahun lalu - by

 (Foto: dok. Katadata)

Uzone.id-- Ada hal menarik hari ini. Layananfintechsemacam Gopay yang digunakan sejuta umat mendadak tumbang, orang-orang langsung heboh, gelisah, emosi, dan sampai mengaku kelaparan. Padahal, setahu gue, Gopay itu bukan rumah makan Padang.

Layanan Gopay dari Gojek memang berkembang begitu pesat. Mulai dari sebatas alternatif pembayaran di luarcashalias uang tunai, sampai akhirnya mengubah kebiasaan mayoritas penggunanya yang benar-benar malas megangcash.Eh, apa cuma gue doang? Nggak, ‘kan?

Mulai dari malas ambil uang di ATM, hingga mempersingkat kepusingan jika abang driver gak punya kembalian.Voila, maka Gopay menjadi sebuah keniscayaan saat turun dari kendaraan.

Baca juga:Gopay Lumpuh, Tak Bisa Diisi Ulang dan Dipakai

Gopay sekarang kaitannya gak cuma sekadar jadi alat pembayaran untuk layanan ojek online atau Go-Car aja. Namun juga transaksi makanan dan minuman melalui Go-Food. 

Kehadiran Gopay yang begitu merakyat ini mendorong pengguna jadi makin malas memegang uang tunai. Setelah Gopay berjalan sebagai perusahaan mandiri dari Gojek, layanan satu ini memperluas jangkauannya untuk transaksi di luar ekosistem Gojek. Maraknya Gopay apalagi penggunaan QR Code di mana-mana dimulai pada 2018.

Makan apa nih, gaes? Cek Go-Food dulu, ya.”

Duh, gue lupa ambil duit. Kirim Gopay aja, ya.”

Eh, gak ada cash gue. Ya udah deh, pake Gopay aja.”

Begitu lah ucapan-ucapan yang kerap dilontarkan oleh warga Indonesia di zaman sekarang. 

Kasarnya, Go-Food dan Gopay adalah perpaduan ‘racun’ bagi konsumen yang doyan ngemil, hobi makan, atau memang murni malas cari makan sendiri keluar rumah atau gedung kantor.

Meski sering bergumam biaya transaksi melalui Gopay yang terasa kian mahal, tapi tetap aja rasanya sulit pisah dari layanan satu ini. Kalau kebetulan lagi gak mager nih, jajan-jajan imut di minimarket dekat rumah atau beli mie ayam di samping kantor aja bayarnya bisa pakai Gopay.

Baca juga:Perkuat Gopay, Gojek Caplok Kartuku, Midtrans dan Mapan

Kebiasaan mager dengan kondisicashlessini lama-lama dipelihara dan menjadi sesuatu yang lumrah di kalangan masyarakat digital Indonesia. Ya, memang gak apa-apa juga, sih.Toh, di negara-negara maju seperti Amerika begitu, warganya juga malas megang uang tunai.

Malah, kadang kondisicashlessini dibingkai menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, lho. Kayaknya kalau gakcashless, kok malah terdengar kuno gitu. Padahal, gak sedikit juga orang-orang yang mengakucashlessitu para manusia yang sesungguhnya memang pemalas. Bahasa kekiniannya, tukang mager. Malas ke ATM buat ambil uang, malas menghitung uang yang ada di dompet, malas menukar uang receh, dan lain sebagainya.Eh, apa cuma gue doang? Nggak, ‘kan?

Semua baru terasa ketika layanan populer seperti Gopay ini harus mengalami gangguan teknis. Akibatnya, Gopay harus lumpuh sementara waktu. Kalau setengah jam, satu jam, mungkin bisa dimaklumi.Lha, kalau sampai berjam-jam seperti hari Selasa, 25 Juni ini,begimanaceritanya?

Warganet langsung teriak macam-macam, mengeluh kenapa gak bisa pakai Gopay saat mau pesan Go-Ride, kesal kenapa gak bisa pakaivoucherGopay, sampaitop-updimobile banking.

Yang paling epik, banyak yang mengeluh mereka kelaparan gak bisa makan.

Ya memang dasar Gojek, gak bisa memilih waktu kali ya,mosokkendala teknis harus saat menjelang makan siang, sih? Mana baru gajian pula. Sudah tahu penggunamu ini rakyat mager yang (sok)cashless, kok ngasih cobaan berat banget? 

Bentar… ngomong-ngomong, ini sebenarnya yang ‘lumpuh’ layanan Gopay atau penggunanya, sih?