Habis Gelap di Wembley, Terbitlah Kemenangan Spurs atas Cardiff

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Menolak untuk tersungkur di depan kekalahan adalah cara yang dipilih Tottenham Hotspur untuk bangkit. Di pekan ke-20 Premier League 2018/19, mereka takluk 1-3 dari Wolverhampton Wanderers di rumah sendiri. 

Cerita suram di pengujung 2018 diubah menjadi nyanyian dan sorak-sorai kemenangan di awal 2019 saat berlaga melawan Cardiff City. Bertandang ke Cardiff City Stadium pada Rabu (2/1/2019), kemenangan 3-0 direngkuh oleh Spurs. Tiga gol kemenangan itu diciptakan oleh Harry Kane, Christian Eriksen, dan Son Heung-min.

Turun lapangan dengan formasi 4-1-4-1, Neil Warnock menempatkan Callum Paterson sebagai ujung tombak serangan. Aliran bola dari area sayap menjadi tanggung jawab Josh Murphy dan Bobby Reid. Sementara, penyeimbang lini kedua adalah peran yang diemban oleh Harry Arter dan Victor Camaras. 

Mauricio Pochettino bermain dalam skema dasar 4-1-2-1-2 yang menugaskan duet Son Heung-min dan Harry Kane di lini terdepan. Skema empat bek yang dibangun untuk meredam pertahanan lawan dikomandoi oleh Davinson Sanchez dan Toby Alderweireld.

Tiga menit adalah waktu yang dibutuhkan oleh Spurs untuk percaya bahwa bangkit dari kekalahan itu bukan perkara subtil apalagi mustahil. Upaya bek tengah Cardiff, Sean Morisson, untuk memotong umpan yang dikirimkan oleh Kieran Trippier yang mendapatkan bola berkat keberhasilan Kane melewati kepungan pemain Cardiff lewat aksi individunya.

Kemelut di depan gawang yang terjadi di momen itu diubah Kane menjadi jalan untuk mencetak gol pertama usai menyambar bola yang tak sanggup dijaga oleh Morisson. Satu sontekan pelan sudah cukup untuk menggetarkan gawang yang dikawal oleh Neil Etheridge. Gol ini tak cuma berarti keunggulan pertama bagi Spurs, tapi juga menjadi penanda bahwa Kane sudah mencetak gol ke gawang semua tim yang pernah dihadapinya di Premier League.

Tersentak dengan gol cepat tadi, Cardiff berupaya mengejar dengan membangun serangan balik. Walau beberapa kali patah di tengah jalan akibat agresivitas pertahanan Spurs, pada menit 10 Cardiff akhirnya berhasil juga untuk melesakkan tembakan mengarah gawang via Greg Cunningham. Beruntung bagi kubu Spurs karena penjagawa gawang mereka, Hugo Lloris, masih sigap mengawal gawang. 

Alih-alih menorehkan gol penyama kedudukan, Cardiff kembali kecolongan. Dua menit setelah peluang Cunningham tadi, serangan yang dibangun dari area sayap Spurs berujung pada mala kedua bagi tuan rumah. Keberhasilan Moussa Sissoko mererima umpan dan melanjutkan dengan umpan pendek kepada Son, ditutup dengan tembakan mengarah gawang oleh Eriksen yang lagi-lagi gagal dibendung oleh Etheridge. Dalam 12 menit, keunggulan 2-0 melayang ke tangan'The Lilywhites'.

 

 

Salah besar jika mengira keran gol Spurs ditutup setelah gol kedua tadi. Hanya berselang 14 menit, Etheridge kembali dipaksa untuk memungut bola dari gawangnya sendiri. Kali ini, yang membikin ulah adalah duet Kane dan Son. Umpan yang dikirimkan oleh Kane berubah menjadi assist karena Son berhasil mengonversinya menjadi gol lewat tembakan dari luar kotak penalti.

Efektivitas menjadi ciri permainan Spurs di laga ini. Penguasaan bola yang mencapai 69.3% dibarengi dengan dominasi alur serangan. Memang hingga menit 28, mereka hanya melepaskan tiga upaya tembakan--tapi dari tiga upaya itu, semuanya berujung gol. Sementara, tekanan bertubi-tubi Spurs mematikan permainan Cardiff. Sampai pertandingan menyentuh menit ke-30, pergerakan pemainnya hanya terbatas di area sayap tanpa berhasil masuk ke area sepertiga akhir lawan. 

Usai menutup paruh pertama dengan keunggulan 3-0, Spurs tak menyerahkan penguasaan bola kepada lawannya. Hingga laga memasuki menit 65, kuasa pertandingan tetap ada di tangan skuat besutan Pochettino dengan persentasi mencapai 74,6%. Agresivitas yang diusung Spurs membuat serangan balik menjadi cara yang dipakai Cardiff untuk mencetak angka--contohnya tembakan Bruno Ecuele Manga pada menit 52 yang berhasil diamankan oleh Lloris.

Spurs sebenarnya punya peluang untuk menggenapkan keunggulan menjadi 4-0 pada menit 66. Bangunan serangan yang digagas oleh umpan satu dua Harry dan Son ditutup dengan tembakan mengarah gawang oleh sang penggawa Korea Selatan. Sayangnya, kali ini tepisan Etheridge bekerja dengan piawai sehingga sanggup menggagalkan upaya tersebut.

Peluang brilian kembali muncul di kubu Cardiff pada menit 70. Meneruskan umpan via sundulan Morisson dari area kiri pertahanan Spurs, Aron Gunnarsson melesakkan tembakan jarak dekat mengarah gawang. Namun, tangkapan Lloris dengan efektif mengandaskan asa Cardiiff untuk segera membukukan gol pertama.

 

 

Menjadi hal yang wajar jika Cardiff tak sanggup menorehkan satu gol pun hingga waktu normal usai. Alih-alih membangun serangan dengan leluasa, mereka mesti bertahan ekstra rapat untuk membendung serangan Spurs. Sudah rajin menumpuk pemain di area pertahanan pun, area penalti Cardiff kerap disusupi penyerang-penyerang Spurs yang haus gol. Total, ada tujuh upaya tembakan yang dilesakkan oleh Spurs dari dalam kotak penalti Cardiff. Beruntung, performa pemain bertahan dan kiper Cardiff di laga babak kedua jauh lebih stabil dan kokoh. 

Progres juga ditunjukkan oleh tuan rumah. Walau Cardiff hanya membukukan empat upaya tembakan di sepanjang babak kedua, dua dari tembakan itu menyasar ke gawang dan dilepaskan dari kotak penalti Spurs. Artinya, usai turun minum, serangan Cardiff jauh lebih cair sehingga mampu merangsek ke area strategis untuk membobol pertahanan lawan. Namun, pengawalan Lloris bukanlah tembok yang dapat runtuh dengan mudah. 

Hingga wasit meniup peluit panjang, keunggulan 3-0 bertahan di tangan Spurs. Berbekal hasil ini, Cardiff menghuni peringkat 16 klasemen sementara dengan 18 poin. Sementara, Spurs menjejak kembali ke posisirunner updengan koleksi 48 poin. Kali ini harus kita akui, Spurs membuka tahun dengan gaya.