[Hands-on] Xiaomi Mi A1 – Mencicipi Xiaomi Bercita Rasa Nexus

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ketika muncul bocoran mengenai Xiaomi yang hendak menghadirkansmartphonetanpabloatware, saya sebagai seorang pencinta Vanilla Android tentu saja sangat antusias. Tak ada alasan untuk tidak mencobanya, terlebih sudah cukup lama tidak ada perangkat smartphone yang resmi diusung Google di Indonesia, setidaknya setelah Nexus 5 yang diboyong LG pada tahun 2014.

Pada 20 September 2017, Xiaomiresmi meluncurkan MiA1di Indonesia. Perangkat ini sebelumnya telah hadir di Indiapada 5 September 2017. Sekitar seminggu sebelum peluncurannya, Xiaomi pun gencar melancarkan campaign yang memancing rasa penasaran para MiFan (sebutan untuk pengguna perangkat buatan Xiaomi) lewat hashtag #teamdobel.

Tech in Asia Indonesiamenjadi salah satu media yang berkesempatan menjajalsmartphone seharga Rp3,099 juta ini. Langsung saja kita simak pengalaman menggunakannya.


Jatuh cinta sejak genggaman pertama

Jujur saja, saya cukup pilih-pilih soalsmartphone.Xiaomi sendiri sebelum Mi A1 hadir selalu gagal memikat hati saya. Entah karena desain yang kurang ergonomis, keberadaan elemenbrandingyang mengganggu mata, dan tentunya MIUI yang menguras memori.

Bahkan pernah, saya hanya sanggup menggunakan salah satusmartphonebuatan Xiaomi dalam waktu kurang dari sehari. Alasannya tentu saja karena masalah-masalah tadi.

Semua yang membuat saya tadinya enggan melirik Xiaomi sebagai salah satusmartphonepilihan ternyata tidak ditemui pada Mi A1. Solid digenggam, denganbezelyang pas di layar 5,5 incinya. Selain itu,smartphoneini juga tidak memiliki brandingXiaomi yang terlalu terekspos hingga merusak desain.

Bahan metalnya menambah kesan elegan. Saya pribadi tentu akan memilih warna hitam dari tiga varian warna yang ada (dua lainnya adalah emas danpink). Alasannya sangat sederhana, yaitu hitam padasmartphoneini sangat elegan.

Coverbelakangnya juga tidak licin, meski bila saya nanti menggunakansmartphoneini untuk keperluan harian, pasti saya akan menambahkancaseyang cukup protektif. Tapi lagi-lagi, itu sekadar masalah selera.


Ngacirtanpa MIUI

Seperti sudah dibahas di atas, MIUI adalah salah satu penyebab saya merasa tidak nyaman menggunakan smartphoneXiaomi. Pun denganfirmwaresejenis seperti Oxygen, Cyanogen, Zen UI pada ASUS Zenfone atau TouchWiz pada Samsung.

Benar saja. Karena Mi A1 adalah Android One, maka saya tidak menjumpai interfaceyang perlu penyesuaian dari sejaksmartphoneini masuk menu utama.

Saya sempat tergila-gila dengan RAM ukuran besar, sehingga ketika ASUSmeluncurkan Zenfone 2dengan RAM 4 GB, saya menaruh harapan yang cukup besar. Tapi sayang, lagi-lagifirmwareyang ada membuat RAM yang besar kurang bekerja optimal.

Meski Mi A1 hadir “hanya” dengan RAM 4 GB, saya cukup yakin performanya akan jauh lebih optimal darismartphonelain yang menggunakan spesifikasi serupa atau hadir di rentang harga yang sama.

Satu hal lagi yang membuat saya tidak cocok dengan MIUI adalah jumlahupdatepada aplikasi yang tidak diperlukan, atau pembaruan yang tidak berasa signifikan dalam penggunaan. Selain itu, rata-ratasmartphonedengan MIUI lambat mendapat pembaruan sistem operasi Androidnya sendiri.

Contohnya sekarang sudah era Android Oreo, dan kebanyakansmartphoneXiaomi dengan MIUI masih bertahan di Android Marshmallow. Mi A1 sendiri hadir dengan OS bawaan Android Nougat 7.1.2, bahkan sudah dijanjikan akan mendapatupdateke Android Oreo dan Android P.


Spesifikasi di atas kertas biasa saja

Spesifikasi

  • ProsesorQualcomm Snapdragon 625 2Ghz octa-core
  • RAM4 GB
  • Kapasitas penyimpanan64 GB
  • Kamera Belakang12 MP (dual camera)
  • Kamera Depan5 MP
  • Layar5,5 inci 1080p
  • OSAndroid 7.1.2 Nougat
  • Baterai3.080 mAh

Bila melihat spesifikasi di atas, Xiaomi Mi A1 adalahsmartphoneyang di atas kertas biasa saja. Tidak ada sesuatu yang sangat menonjol, kecuali kamera ganda.Namun apakah fitur tersebut cukup menjadi alasan untuk tidak meminang perangkat ini?

Saya memang belum melakukanbenchmark, multitasking,atau menggunakan perangkat ini untuk bermaingameberat. Tapi saya cukup yakin ada potensi yang tersimpan tanpa perlu harus menjual spesifikasi.

Lalu bagaimana dengan kameranya? Xiaomi sendiri tidak menyebutkan sensor apa yang mereka pakai. Bagi saya, ini artinya kita harus siap untuk tidak berharap banyak dari kamerasmartphoneini. Tapi lagi-lagi, tergantung tujuan kamu memanfaatkan kamera di dalamsmartphone.

Satu yang pasti, melalui Mi A1, Android One kini telah naik kelas. Dari yang tadinyasmartphoneuntuk kelasentry levelmenjadi kelas menengah dengan perbandingan harga versus spesifikasi yang sangat masuk akal.


Harus beli sekarang?

Xiaomi Mi A1 baru akan tersedia pada 2 Oktober 2017 lewat Lazada dan 6 Oktober 2017 bila kamu ingin membeli secaraofflinemelalui jaringan distribusi Erafone.

Langsung beli atau tunggu dulu? Sejauh saya menggunakannya, saya cukup puas. Besar kemungkinan bila Xiaomi Mi4i milik istri saya tidak keburu rusak beberapa bulan sebelumsmartphoneini dirilis, saya akan membelinya langsung dan urung memberikan Motorola Moto M yang juga hadir dengan Vanilla Android di rentang harga serupa.

Bicara soal kompetisi harga, sejauh ini baru Motorola G5s yang masuk resmi ke Indonesia dengan spesifikasi paling mirip dan juga mengusung Vanilla Android. Sementara untuk alternatif lainnya ada Asus Zenfone 4 Max Pro yang mengedepankan kapasitas baterai sebagai daya jual utamanya.

Masih ragu? Tunggu ulasan kami yang lebih komprehensif dalam waktu dekat ya!

(Diedit olehIqbal Kurniawan)

The post[Hands-on] Xiaomi Mi A1 – Mencicipi Xiaomi Bercita Rasa Nexusappeared first onTech in Asia Indonesia.