Hati-hati Membeli Jenis Takjil Ini untuk Berbuka Puasa

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mengimbau masyarakat waspada ketika membeli pangan jajanan untuk berbuka puasa (takjil). Teliti saat membeli dan pastikan tidak mengandung bahan berbahaya.

Kepala Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Ci­mahi Eli Herlia mengatakan, banyak­ jajanan makanan berbuka puasa ke­rap tak mengindahkan kesehatan. Mi­salnya, dengan sengaja menggunakan bahan kimia seperti pewarna tekstil atau pemanis buatan.

”Imbauan kami kepada masya­ra­kat, kalau membeli makanan harus te­liti karena dikhawatirkan menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya, Minggu 4 Juni 2017.

Berbagai macam makanan berbuka dengan rasa manis, di antaranya kolak pisang, kolak ubi atau candil, se­ring dijajakan jelang berbuka puasa baik di pingir jalan maupun di pasar-pasar. Ada juga sop buah, kerupuk, hingga gorengan.

Makanan yang menggunakan bahan pemanis buatan biasanya me­ning­galkan rasa pahit pada ujung lidah. Pedagang menambahkan pemanis buatan agar kuantitas gula biasa dikurangi sehingga menekan biaya pro­duksi. 

”Lihat juga terutama ma­kanan yang cenderung memberikan warna yang menyala atau sangat ce­rah khawatir menggunakan pewarna pakaian. Kemudian makanan yang rasa manisnya agak getir, itu dikha­wa­tirkan mengandung bahan kimia atau pemanis buatan,” ucapnya.

Dinkes Kota Cimahi kerap memberikan sosialisasi kepada masya­ra­kat melalui kader kesehatan mengenai makanan yang sehat untuk dijual baik dari segi komposisi maupun pengolahan dan pengemasan. 

”Kader pun menyosialisasikan kepada mas­ya­rakat di sekitarnya agar dalam ber­jualan harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan,” katanya.

Beberapa waktu lalu, Dinkes Kota Cimahi sempat mengadakan pelatihan kesehatan makanan terhadap 500 pedagang makanan se-Kota Ci­ma­hi. ”Diberikan ilmu cara mengolah makanan yang baik seperti apa,” katanya.

Sebetulnya, lanjut dia, sebelum bulan Ramadan, sudah dilakukan uji ba­han makanan yang diduga me­ngan­dung bahan kimia. ”Kami meng­ujinya untuk pewarna, pemanis buat­an, dan ada temuan. Cuma, memang di bulan Ramadan itu penjualnya ber­tambah, beda dengan bulan sebelumnya sehingga pengawasan perlu ditingkatkan,” kata Eli.

Sementara itu, harga-harga kebutuhan pokok di Kota Cimahi cende­rung tak berubah. Berdasarkan data, perkembangan harga pangan pokok yang diperoleh Unit Pasar Tradisional Cimindi, Cimahi, harga daging sapi lokal per kilogram Rp 115.000, sapi impor Rp 90.000. Beras Rp 11.500, cabai rawit merah Rp 60.000, cabai rawit hijau Rp 35.000, bawang me­rah Rp 25.000, bawang putih Rp 60.000, minyak goreng kemasan seki­tar Rp 12.000-Rp 15.000, gula pasir Rp 13.5000.

Pembeli asal Cigugur Tengah, Nur (38) mengatakan, harga kebutuhan pokok tidak jauh dengan saat munggahan. 

”Biasanya memang munggah lebih mahal, lalu harga turun. Tapi, sekarang cenderung stabil. Lumayan harganya mahal-mahal,” ujarnya.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Cimahi Benny Bachtiar mengakui ada ken­dala untuk menstabilkan harga. Ba­nyaknya kartel-kartel yang bermain membuat pemerintah kesulitan menjaga kestabilan harga. Butuh kerja sama lintas sektor untuk membasmi kartel atau tengkulak yang bermain harga.***