Heboh Film Naura dan Genk Juara yang Dituding Mendiskreditkan Islam
Sejak 16 November lalu, Film 'Naura & Genk Juara' mulai tayang di sejumlah bioskop. Film drama musikal anak tersebut menampilkan penyanyi Adyla Rafa Naura Ayu, anak penyanyi Riafinola Ifani Sari alias Nola 'Be3', sebagai tokoh utama bernama Naura.
'Naura & Genk Juara' berkisah mengenai pertemanan Naura, Okky, dan Bimo. Mereka mewakili sekolah dalam mengikuti kompetisi sains yang berlokasi di Situ Gunung. Di sana, ketiganya bertemu dengan Kipli, seorang ranger cilik yang memiliki misi untuk menggagalkan Trio Licik, sindikat perdagangan hewan liar.
Penayangan 'Naura & Genk Juara' yang juga dibintangi oleh Shelomita Diah itu menuai sambutan hangat, mengingat film sejenis terbilang langka di Tanah Air. Hingga kemudian datang komentar miring dari seorang netizen yang mengaku telah menonton film tersebut.
Ia menilai 'Naura & Genk Juara' sebagai tontonan yang tak layak diperuntukkan bagi anak-anak. Bahkan, melalui unggahan pada akun Facebook-nya yang bernama Nina Asterly, pada Senin (20/11), ia menuding film tersebut telah mendiskreditkan Islam.
Menurutnya, sosok para penjahat dalam film digambarkan memiliki brewok serta jenggot dan kerap menyerukan takbir atau ucapan lain yang memuat atribut seorang muslim. Komentar Nina kemudian menjadi viral dan dibagikan ribuan kali oleh pengguna internet lainnya.
Menurut pengamatan kumparan (kumparan.com), memang ada tiga orang penjahat dalam 'Naura & Genk Juara' memang berkumis dan berjenggot. Satu di antaranya memiliki brewok dan jenggot lebat. Penampakan ketiganya dapat disaksikan sepintas dalam trailer resmi film tersebut.
Pada awal film, salah seorang di antara para penjahat tersebut memang sempat berdialog istighfar ketika berbincang dengan rekan sesama penjahat. Ketika film telah berlangsung sekitar satu jam, penjahat lainnya mengucapkan doa makan. Para penjahat juga benar sempat menyerukan takbir. Hal itu terjadi pada bagian klimaks, seperti juga tampak dalam trailer, ketika mobil para penjahat dikerjai oleh anak-anak peserta kemping.
Lantaran terkejut oleh ulah anak-anak tersebut, para penjahat menyerukan kata-kata, seperti, "Allahuakbar!" dan "Astaghfirullah!" Nah, mungkin dialog-dialog itulah yang dipersoalkan netizen Nina Asterly karena persepsi karakter ‘muslim’ dan ‘penjahat’ yang beriringan.
Setelah menonton 'Naura & Genk Juara', kumparan juga mewawancarai penonton, yakni seorang ibu bernama Hesti dan anaknya yang bernama Ata. "Filmnya bagus," ucap anak perempuan berusia tujuh tahun tersebut.
Hesti pun menilai film tersebut baik adanya sebagai tontonan anak-anak. Banyak nilai positif dan unsur pendidikan di dalamnya.
"Filmnya bagus, ya. Tentang kerja sama, kekompakan, dan keberanian. Banyak pendidikan dan pengetahuan di dalamnya," ujar perempuan berusia 34 tahun itu.
Hesti mengaku tak mengetahui kabar bahwa 'Naura & Genk Juara' disebut-sebut telah mendiskreditkan Islam. Ia malah bertanya bagian mana yang dinilai demikian.
Setelah diberi tahu bagian-bagian film yang dipersoalkan, Hesti mengaku tak setuju dengan anggapan yang ditulis oleh pemilik akun Facebook bernama Nina Asterly tersebut.
"Enggaklah (jika disebut mendiskreditkan Islam). Justru dia bagus (karena masih) mengingat Allah, daripada kagetnya dengan kata yang nggak baik, kan? Ah, berlebihan (jika dianggap mendiskreditkan Islam)," tutur Hesti.
Baldy Mulya Putra--pemain sekaligus ayah kandung Naura--enggan memberikan komentarnya terkait tudingan tersebut.
"Saya enggak (ingin berkomentar). Enggak penting mengomentari (tudingan) kayak gitu," ujar Baldy kepada kumparan (kumparan.com) ketika dihubungi melalui telepon, Selasa (21/11) sore.
Sementara itu, Eugene Panji sang sutradara, mengaku ‘patah hati’ dengan tudingan miring yang ditujukan terhadap film 'Naura & Genk Juara’.
“Aku cuma sutradara. kalau lihat di wall saya, saya pernah nulis, saya sedang sibuk berkarya. urusan politik dan agama itu urusan kalian saja. Saya orang yangconcernsama anak-anak, makanya saya enggak mau menyakiti hati anak-anak apalagi dengan memasukkan unsur agama dan politik ke dalam film anak-anak. Itupurefilm anak-anak,” ujarnya kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (21/11).
Namun Eugene juga tak bisa mengontrol penilaian orang lain atas karyanya.
“Terserah mereka memandangnya apa, tapi film ini flm baik, film sehat dan mengajarkan tentang hubungan vertikal dan horizontal. Bagaimana kamu menghormati ciptaan Tuhan, mencintai Tuhan, menghormati orang tua dll. Tapi kemudian film itu dilempar ke ranah sensitif, susah juga mendebatnya.”
“Kenapa penjahat harus orang Islam? Ya, saya enggak tahu,” lanjut sutradara berusia 44 tahun itu.
Eugene kemudian meminta pubik untuk mengecek latar belakang orang yang menyebarkan kehebohan.
“Coba deh cek orang itu yang menyebar hoax itu, rekam jejaknya kayak apa, profilnya kayak apa… Dari 100 penonton anak dan orang tua apakah ada yang terganggu? Enggak, mereka mengucapkan terima kasih karena sudah ada film anak-anak setelah sekian lama ya. ini film yang mendidik. Dan ketika film ini dinodai sama orang-orang kayak gitu… come on!”